Mengenal lebih detail Rumah Adat Provinsi Yogyakarta Bangsal Kencono B angsal Kencono adalah rumah yang berbentuk padepokan. Rumah ini ...
Mengenal lebih detail Rumah Adat Provinsi Yogyakarta Bangsal Kencono
Menurut Sumber Sejarah, Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756M. Dibangunnya padepokan ini dulu ditujukan untuk acara keagamaan atau kesultanan. Tempat ini juga digunakan dalam "Jumenengan" yaitu acara naik tahta seorang sultan. Banyak ornamen dan detail-detail yang terpengaruh aliran hindu seperti jumlah tiang sebanyak tujuh buah melambangkan kesempurnaan dan masih banyak lagi.
Selain itu, rumah adat yogyakarta ini juga mempunyai beragam keunikan dari segi arsitekturnya maupun dari sisi nilai filosofis yang terkandung didalamnya. Secara umum, arsitektur bangungan utama pada rumah adat Bangsal Kencono ini mempunyai banyak kesamaan dengan desain rumah adat Provinsi Jawa Tengah. Atap rumah adat ini mempunyai bubungan tinggi yang menopang pada 4 (empat) tiang dibagian tengah yang bernama "Soko Guru". Material atapnya sendiri terbuat dari bahan dasar sirap atau genting tanah.
Ciri khas Rumah adat Bangsal Kencono Yogyakarta:
1.Ukuran Rumah: karena desainnya seperti padepokan serta berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga Kerajaan, maka sudah jelas bangunan ini memiliki ukuran yang luas dan besar sesuai dengan kebutuhan fungsinya tersebut.
2.Desain dan Motif Ukiran: Dilihat pada halaman utama Bangsal Kencono yang ditanami aneka tanaman yang asri serta terdapatnya sangkar burung, ini menunjukkan bahwa Desain bangunan ini memiliki filosofi yang mengedepankan kecintaan terhadap alam. Sedangkan untuk motifnya sendiri dominan dengan nuansa kejawen yang berpadu dengan kebudayaan Eropa seperti arsitektur Belanda, Portugis dan Cina serta Hindu.
Ukiran kepala Kala di Bangsal Manis
3.Fungsi: fungsi Bangsal Kencono sangatlah kompleks, karena selain sebagai tempat tinggal bagi keluarga kerajaan Yogyakarta, Bangsal ini merupakan tempat atau pusat diselenggarakannya berbagai upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat.
Kompleks rumah Bangsal Kencono sendiri tersusun atas beberapa bangunan dengan fungsinya masing-masing. Fungsi-fungsi ruang tersebut disesuaikan dengan kegunaan rumah adat Yogyakarta ini sebagai istana kerajaan. sedikitnya Bangsal Kencono dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian depan, bagian inti, dan bagian belakang.
1. Bagian Depan
Bagian depan Rumah adat Yogyakarta ini terdiri dari Gladhag Pangurakan, Alun-Alun Lor, dan Masjid Gedhe Kasultanan.- Gladhag Pangurakan adalah gerbang utama yang digunakan sebagai pintu masuk ke dalam istana. Letaknya berada di utara Keraton dan terdiri dari 2 gerbang, yaitu Gerbang Gladhag dan Gerbang Pangurakan (lebih dalam). Keduanya menggunakan sistem berlapis dan dijaga oleh prajurit kerajaan.
- Alun-alun Lor adalah lapangan berumput di utara Keraton. Di masa silam, bagian ini digunakan untuk penyelenggaraan beragam kegiatan dan acara kerajaan yang melibatkan rakyat, seperti upacara grebeg, upacara sekaten, watangan, rampogan macan, pisowanan ageng, dan lain sebagainya. Sat ini alun alun lor lebih digunakan untuk konser-konser musik, rapat akbar, kampanye, digunakan untuk sepak bola warga sekitar, dan tempat parkir kendaraan.
- Kompleks Mesjid Gedhe Kasultanan adalah sebuah masjid kasultanan yang digunakan oleh punggawa kesultanan untuk melaksanakan ibadah sholat. Letaknya berada di barat Alun-alun utara. Masjid ini juga kerap disebut Mesjid Gedhe Kauman. Arsitekturnya berbentuk tajug persegi dengan pintu utama di sisi timur dan utara bangunan.
Masjid Gedhe Kauman (Masjid Gedhe Kasultanan Keraton Yogyakarta)
2. Bagian Inti Bagian Inti Rumah adat Yogyakarta terdiri dari Kompleks Pagelaran, Siti Hinggil Ler, Kamandhungan Lor, Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul, Siti Hingil Kidul.
- Bangsal Pagelaran adalah bangunan yang khusus digunakan bagi para penggawa kesultanan saat hendak menghadap sultan ketika upacara resmi. Kini ia lebih digunakan sebagai tempat digelarnya even-even pariwisata, religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton.
- Siti Hinggil Ler letaknya berada di selatan kompleks Pagelaran. Secara tradisi bangunan ini digunakan untuk tempat pelaksanaan upacara-upacara resmi kesultanan.
- Kamandhungan Ler terletak di sebelah utara. Bangunan ini digunakan untuk mengadili perkara-perkara berat yang ancamannya hukuman mati. Pengadilan di bangunan dipimpin sendiri oleh Sultan sebagai hakimnya. Sekarang, Kamandhungan Lor lebih digunakan untuk pelaksanaan upacara adat seperti garebeg dan sekaten.
- Sri Manganti berada di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler dengan dihubungkan Regol Sri Manganti. Pada zamannya bagian ini digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu kerajaan. namun, sekarang ia lebih digunakan untuk menyimpan pusaka keraton yang berupa alat musik tradisional gamelan dan untuk penyelenggaraan even pariwisata keraton.
Bangsal Sri Manganti tempat pertunjukan tari dan seni karawitan gamelan di Kraton Yogyakarta.
- Kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Letaknya berada di pusat kompleks rumah adat Yogyakarta dan terdiri dari 2 bagian, yaitu Pelataran Kedhaton untuk tempat tinggal sultan, Keputren untuk tempat tinggal utama istri (para istri) dan puteri Sultan, serta Kesatriyan untuk tempat tinggal putra-putra Sultan.
Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno
- Kemagangan dahulu digunakan untuk penerimaan abdi-Dalem, tempat berlatih, tempat ujian, serta tempat apel kesetiaan para abdi-Dalem yang sedang magang. Bangunan ini terletak di tengah halaman di belakang kompleks Kamandhungan.
- Siti Hinggil Kidul pada zaman dulu digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan adu manusia dengan macan (rampogan), menyaksikan para prajurit yang tengah melakukan gladi resik upacara Garebeg, tempat berlatih prajurit perempuan (Langen Kusumo), dan tempat prosesi awal perjalanan upacara pemakaman Sultan yang wafat ke Imogiri. Kini, Siti Hinggil Kidul lebih digunakan untuk pagelaran seni pertunjukan umum , seperti pameran, wayang kulit, dan seni tari.
Bagian Belakang Rumah adat Yogyakarta terdiri dari Alun-Alun Kidul dan Plengkung Nirbaya.
- Alun-alun Kidul adalah alun-alun yang terletak di bagian Selatan Keraton. Ia sering pula disebut Pengkeran.
- Plengkung Nirbaya adalah poros utama ujung selatan keraton yang lurus menuju gerbang keluar untuk prosesi pemakaman Sultan yang wafat ke Imogiri
COMMENTS