Kebudayaan Provinsi Maluku Maluku merupakan salah satu provinsi di bagian timur Indonesia yang beribukota di Ambon. Provinsi Maluku memi...
Kebudayaan Provinsi Maluku
Maluku merupakan salah satu provinsi di bagian timur Indonesia yang beribukota di Ambon. Provinsi Maluku memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Rumah Adat
Rumah adat Baileo Nolloth termasuk salah satu dari baileo tua di pulau Saparua. Bentuknya masih asli meskipu telah direnovasi pada tahun 1985. Baileo ini didirikan pada tahun 1653, setelah orang-orang Nolloth turun dari negeri lama Nolloth di gunung ke tepi pantai pada tahun 1652.
2. Pakaian Adat
2. Tari Cakalele
3. Tari Saureka-reka
4. Tari Bambu gila
5. Tari Poco-poco
4. Senjata Tradisional
1. Parang Salawaku
2. Kalawai
5. Suku :
Suku dan marga yang terdapat didaerah Maluku adalah : Rana, Alifuru, Togitil, Furu Aru, dan lain lain.
6. Bahasa Daerah :
Togitil, Furu Aru, dan Ahfuru.
7. Lagu Daerah :
Kole kole, Mande mande, Rasa Sayang Sayange.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Maluku semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Maluku merupakan salah satu provinsi di bagian timur Indonesia yang beribukota di Ambon. Provinsi Maluku memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara : Provinsi Maluku Utara
- Sebelah timur : Provinsi Papua Barat
- Sebelah selatan : Negara Timor Leste dan Australia
- Sebelah barat : Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah
1. Rumah Adat
Masyarakat Maluku tengah terbagi atas dua kelompok besar, yaitu pata lima dan pata siwa. Kelompok pata lima berada di daerah pulau Seram, sedangkan pata siwa berada di daerah Seram Barat. Untuk dapat mengetahui kelompok masyarakat itu tergolong dalam kelompok pata lima ataukah pata siwa , maka perlu diperhatikan jumlah tiang yang terdapat pada sebuah suwane/ baeleo. Kalau jumlah tiang suwane 5 maka masyarakat pemiliknya tergolong pata lima. Sebaliknya, kalau jumlahnya 9 berarti tergolong ke dalam kelompok pata siwa.
2. Pakaian Adat
Bicara mengenai keragaman budaya Indonesia memang tidak akan pernah ada habisnya. Mulai dari acara adat, makanan, tradisi, hingga pakaian adat merupakan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Bagi orang awam, satu suku saja memiliki budaya yang begitu kaya dan cukup rumit untuk dipelajari, terlebih lagi seluruh suku dan etnis yang jumlahnya bisa ribuan.
Salah satu kebudayaan yang secara jelas dapat langsung dilihat dan menjadi ciri khusus dari satu suku adalah Pakaian adat.Pakaian adat Maluku adalah salah satu yang menarik untuk kita telaah lebih jauh lagi. Sebenarnya pakaian adat Maluku tidak hanya satu jenis karena tiap wilayah di Maluku mempunyai ciri tersendiri.
Pakaian adat Maluku yang dikenal dengan nama baju cele atau kain salele adalah pakaian adat dengan nilai estetis dan filosofis tinggi. Meski sederhana dan secara penggunaan tidak serumit pakaian adat dari provinsi lain di Indonesia, pakaian adat Maluku ini dianggap mewakili karakteristik adat suku-suku di Kepulauan Maluku yang khas. Baju cele adalah baju berwarna merah terang dengan motif garis-garis emas atau perak yang geometris. Kainnya tebal tapi tetap nyaman digunakan. Untuk wanita, baju cele umumnya dipadukan dengan kain sarung tenun atau kebaya dengan warna yang sama.
Sementara bagi pria, baju cele dibentuk menyerupai jas dan dikenakan bersama kemeja sebagai dalaman dan celana panjang formal berwarna hitam atau putih sebagai bawahannya. Adapun untuk alas kaki, baik pria maupun wanita umumnya menjadikan sepatu vantovel hitam sebagai pilihan utama. Khusus untuk penggunaan baju cele pada wanita, beberapa aksesoris biasanya akan diterapkan sebagai penghias dan penambah kecantikan. Beberapa aksesoris pakaian adat Maluku ini antara lain:
- Konde - Konde yang digunakan wanita sebagai pelengkap pakaian adat Maluku sebetulnya tidak berbeda dengan konde pada umumnya. Hanya saja, warna yang khusus digunakan adalah konde berwarna emas atau perak. Dalam bahasa Maluku konde ini dikenal dengan nama
- Haspel - Kak kuping. Konde umumnya dipadukan dengan 4 buah kak kuping yang bentuknya seperti kembang.
- Sisir konde - Sisir konde diletakan di tengah konde berfungsi untuk menjaga konde agar tetap rapi.
- Bunga Ron - Aksesoris dari bahan gabus atau papeceda ini dilingkar pada konde.
- Kain Lenso - Kain lenso adalah kain saputangan yang diletakkan dan direkatkan di pundak menggunakan temiti. Disebutkan bahwa penggunaan kain lenso pada pakaian adat Maluku terjadi akibat pengaruh budaya Belanda.
Baju cele umumnya hanya digunakan pada saat-saat tertentu. biasanya masyarakat adat Maluku hanya menggunakan pakaian adatnya ini pada saat upacara-upacara adat, seperti upacara Panas Pela, upacara Cuci Negeri, atau Pelantikan Raja. Akan tetapi, pada saat ini baju cele juga telah sering digunakan sebagai pakain resmi dalam upacara pernikahan atau saat beribadah ke gereja. Selain baju cele, Maluku sebetulnya memiliki beberapa pakaian adat lain yang akrab dengan kehidupan dan budaya masyarakatnya. Beberapa pakaian adat Maluku tersebut antara lain:
1. Kebaya Putih Tangan Panjang
Pakaian adat ini berbahan brokat dengan warna putih yang dahulu biasa dikenakan wanita kalangan tertentu, seperti wanita kerajaan, guru, pendeta atau bangsawan. Kebaya putih tangan panjang dilengkapi dengan beragam aksesori, seperti kancing di tangan, kancing bagian depan, hiasan bordir di bagian belakang, kaos kaki putih, tusuk konde (karkupeng), sanggul berbentuk bulang, serta alas kaki putih dan canela.
2. Kebaya Hitam Gereja
Kebaya hitam gereja adalah kebaya lengan panjang dari bahan brokat hitam yang dipadukan dengan bawahan sarung dari jenis kain yang sama. Beberapa aksesoris seperti lenso, canela hitam, dan kaos kaki putih, serta sanggul bulan lengkap dengan haspel (tusuk konde) biasanya digunakan sebagai penambah nilai estetis. Sesuai namanya, pakaian ini secara umum hanya digunakan sebagai pakaian ibadah gereja.
3. Baniang Putih
Baniang putih adalah pakaian adat Maluku tengah yang hanya dikenakan kaum pria. Pakaian ini berupa kemeja dengan leher bundar yang dilengkapi kancing putih. Baniang putih secara umum biasanya digunakan sebagai dalaman jas.
4. Kebaya Dansa
Kebaya dansa adalah pakaian adat yang biasanya dikenakan saat ada pesta rakyat. Pakaian adat Maluku yang satu ini adalah kemeja berleher bundar tanpa kancing. Kain yang digunakan untuk membuatnya adalah jenis kain polos berkembang kecil. Beda dengan baniang putih, kebaya dansa dapat dikenakan oleh pria maupun wanita.
5. Baju Nona Rok
Baju ini berupa kebaya putih panjang berbahan brokat halus dan rok bermotif kembang kecil. Baju nona rok biasa digunakan lengkap dengan aksesoris berupa ikat pinggang perak (peding), sanggul (konde bulan), tusuk konde (haspel), dan berbagai perlengkapan lain seperti yang digunakan pada baju cale.
3. Tarian tarian Daerah
1. Tari Lenso
Tarian tradisional ini merupakan tari pergaulan dan sangat identik dengan kaum muda-mudi. Tarian yang juga sering dipentaskan di Minahasa Sulawesi Utara ini sering dijadikan media untuk mencari pasangan hidup. Oleh sebab itu, Tari Lenso (selendang) sering dipentaskan di keramaian seperti acara penikahan atau tahun baru. Jumlah penarinya biasanya berjumlah 6 sampai 10 orang. Musik pengiringnya antara lain tambur minahasa, suling, kolintang, dan tetengkoren.
2. Tari Cakalele
Cakalele merupakan tarian perang yang dibawakan oleh pria dan perempuan secara berpasangan. Tarian yang diiringi musik tifa (drum), suling, dan bia (kerang besar) ini biasanya ditampilkan dalam rangka menyambut tamu atau dalam perayaan adat. Penari pria mengenakan pakaian yang didominasi warna merah dan kuning sambil membawa parang dan tameng (salawaku). Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.
3. Tari Saureka-reka
Tari Saureka-reka atau disebut juga tari gaba-gaba (pohon sagu) mempertunjukan kelincahan kaki menginjak di antara empat bilah pohon sagu yang dipukuli, dimulai dari tempo lambat hingga cepat. Tarian asli Ambon ini merupakan bentuk ucapan terima kasih dan sering ditampilkan saat acara penyambutan tamu. Tarian ini di mainkan oleh empat pasang muda-mudi dan diiringi oleh musik tradisional seperti totobuang, tifa, dan ukulele.
4. Tari Bambu gila
Tarian yang satu ini mengandung unsur mistis. Tarian ini berasal dari Ternate, Maluku Utara. Tarian ini dibawakan oleh enam pria yang memegang batang bambu panjang yang “hidup” setelah dibacakan mantera. Para penari akan bergerak secara dinamis mengikuti gerakan bambu gila yang berguncang-guncang tersebut. Gerakan kompak dari penari ini melambangkan jiwa persatuan dan gotong-royong yang tertanam dalam budaya masyarakat Maluku.
5. Tari Poco-poco
Mungkin di antara tarian-tarian di atas tarian ini yang paling terkenal. Tari Poco-poco adalah tarian jenis linedance yang populer sejak tahun 2000-an. Tarian ini awalnya dikenal sebagai gerakan senam di antara lingkungan militer hingga kemudian berkembang menjadi sebuah tarian yang digemari seluruh masyarakat Indonesia. Lagu pengiring tarian ini juga berjudul “Poco-poco” dan diciptakan oleh pria asal Ambon yang bernama Arie Sapulette.
1. Parang Salawaku
Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradisional dari Maluku.Parang Salawaku terdiri dari Parang (pisau panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa lalu adalah senjata yang digunakan untuk berperang. Di lambang pemerintah kota Ambon, dapat dijumpai pula Parang Salawaku.Bagi masyarakat Maluku, Parang dan Salawaku adalah simbol kemerdekan rakyat.
Senjata ini dapat disaksikan pada saat menari Cakalele, yaitu tarian yang menyimbolkan kekuatan kaum pria Maluku. Parang di tangan kanan penari melambangkan keberanian sementara salawaku di tangan kiri melambangkan perjuangan untuk mendapatkan keadilan. Parang Salawaku merupakan kerajinan tangan khas orang Maluku. Parang dibuat dari besi yang ditempa dengan ukuran bervariasi, biasanya antara 90-100 cm. Pegangan parang terbuat dari kayu besi atau kayu gapusa. Sementara itu, salawaku dibuat dari kayu keras yang dihiasi kulit kerang laut.
2. Kalawai
Orang Maluku pasti tak asing dengan senjata tradisional mereka, yaitu kalawai. Kata kalawai juga pernah disyairkan dalam lagu Bulan Pake Payong. Berikut syairnya. Kata kalawai berasal dari bahasa daerah Maluku, khususnya daerah Maluku Tengah (Pulau Seram, Ambon, Saparua, Haruku, Nusalaut, Buru dll). Kata kalawai berasal dari dua suku kata, yakni kala dan wai.
Kala memiliki arti tikam sementara wai memiliki arti air. Sehingga secara harfiah kata “kalawai” berarti menikam air. Kalawai adalah salah satu senjata tradisional khas daerah Maluku. Bentuk Kalawai adalah hampir mirip seperti tombak namun bentuk Kalawai sendiri biasanya pegangannya terbuat dari buluh ataupun kayu, yang lebih panjang dari tombak, ujung buluh tersebut kemudian di beri besi tajam, besi tersebut harus lebih dari satu, dan di ikat melingkari buluh tersebut. Biasanya besi kalawai terdiri dari besi yang diasah sampai menjadi tajam.
Kalawai berbeda dengan tombak, jika tombak umumnya bermata 1, kalawai umumnya bermata 3 dan mirip dengan Trisula. Kalawai juga memiliki fungsi yang berbeda dengan Tombak, Kalawai hanya digunakan di lautan oleh nelayan atau biasa digunakan di dalam air, baik di lautan maupun sungai/danau untuk menangkap hewan yang hidup perairan dangkal maupun dalam berupa ikan, gurita, teripang, morea dan lain sebagainya. Sementara Tombak umumnya digunakan untuk berburu di hutan dan yang paling umum adalah berperang.
5. Suku :
Suku dan marga yang terdapat didaerah Maluku adalah : Rana, Alifuru, Togitil, Furu Aru, dan lain lain.
6. Bahasa Daerah :
Togitil, Furu Aru, dan Ahfuru.
7. Lagu Daerah :
Kole kole, Mande mande, Rasa Sayang Sayange.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Maluku semoga bermanfaat. Terima Kasih.
COMMENTS