Tari Pho Tarian Tradisional Provinsi Aceh Tari Pho adalah tari yang berasal dari Aceh. Perkataan Pho berasal dari kata peubae ...
Tari Pho Tarian Tradisional Provinsi Aceh
Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar dan raja-raja, yang didasarkan atas permohonan kepada Yang Mahakuasa, mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara-upacara adat.
Sejarah Tari Pho
Menurut Abdul, dkk (2009:181) Tarian pho adalah tari yang berasal dari provisi Aceh, tepatnya diperbatasan antara Aceh Barat dan Aceh Selatan. Asal kata Pho berasal peuba-e yang artinya meuratoh atau meratap. Pho adalah panggilan atau sebutan penghormatan dari rakyat hanba kepada yang maha kuasa. Selain itu sebutan Pho juga ditunjukan untuk raja Aceh terdahulu yang sudah meninggal disebut po teumeureuhon. Tari Pho dimainkan oleh para wanita, dahulu dilakukan pada saat kematian orang, yang didasarkan atas permohonan kepada yang mahaa kuasa. Mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap iringan ratapan tangis. Pada zaman sekarang tari pho masih dipertahankan pada acara-acara perkawinan, khitanan dan acara hiburan di Nagan Raya.
1. Bentuk Penyajian Tari Pho
Tari Pho ditarikan oleh wanita dan diiringi oleh syair-syair yang dilantunkan oleh seorang syahi. Penari berjumlah genap (8, 10, sampai dengan 12). Tarian ini biasanya di tampilkan pada acara perkawinan dan khitanan dengan maksud menghibur penonton dan tuan rumah. Seorang syahi berada di samping panggung sambil melantunkan syair yang sesuai dengan tempat yang di pergelarkan. Sehingga terdapat lantunan “puebae” dan “meuratoh” atau peratapan saja. Syair yang pertama di nyanyikan oleh syahi dan kemudian di sambut oleh para penari. Penampilan tari Pho ini di adakan pada pagi dan siang (sore) hari. Gerakan tarian ini adalah gerakan sederhana seperti berbanjar dua saf, membentuk lingkaran dan keliling menghentakan kaki secara serentak.
Pakaian yang digunakan adalah pakaian adat Aceh. Tempat penyajian tari pho ini diadakan dipentas terbuka dan bisa juga di atas pentas. Syair yang pertama di nyanyikan oleh syeh dan kemudian di sambut oleh para penari. Penampilan tari Pho ini di adakan pada pagi dan siang (sore) hari. Gerakan tarian ini adalah gerakan sederhana seperti berbanjar dua saf, membentuk lingkaran dan keliling menghentakan kaki secara serentak. Pakaian yang digunakan adalah pakaian adat Aceh. Tempat penyajian tari pho ini diadakan dipentas terbuka dan bisa juga di atas pentas.
2. Gerak Tari Pho
Berdasarkan hasil observasi, pada dasarnya gerak tari tradisional Pho cenderung bervariasi akan tetapi tidak terlepas dari pengulangan gerakan. Dimana gerakannya dimulai dari awal gerak persiapan sampai dengan gerakan pulang.
- Awal Masuk
- Saleum
- Bineuh
- Troun Ta Jak Manoe
- Boh Gaca
- Jak ku timang
- Tum beude
- Peulot Manok
- Si Kumbang Didin
- Bungong rawatun
- Saleum woe
Pola lantai ialah garis-garis di lantai yang dilalui seorang penari atau garis-garis lantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus dapat dibuat kedepan, kebelakang, kesamping atau diagonal. Selain itu garis dapat dibuat menjadi desain lingkaran, belah ketupat, segitiga, berbanjar lurus dan juga dapat dilakukan desain garis lurus.
4. Tata Busana Tari Pho
Dalam bentuk penyajian tari keseluruhan unsur pendukung yang sangat dominan untuk menunjang pencapaian konsep tari salah satunya adalah tata busana. Busan dalam tari bukan hanya untuk penutup tubuh melainkan harus sesuai dengan konsep garapan tari yang di pertontonkan untuk mendukung penampilan tari agar terlihat lebih sempurna. Berdasarkan wawancara dengan salah satu penari di gampong simpang peut, tata busan yang digunakan penari dalam tari Pho ini juga memiliki busana khusus yaitu baju tradisi Aceh warna Kuning, Songket tradisi Aceh, Ikat pinggang, Sanggul Aceh, Tile penghias kepala, Anak jilbab(penutup kepala) dan Selendang.
5. Tata rias
Tata rias dalam penyajian tari Pho sudah mengikuti perkembangan zaman yaitu menggunakan rias cantik dan pola pembentukan kelopak mata yang memberikan kesan mata yang besar dan tajam dengan menggunakan warna yang terang agar terlihat karakter yang tegas pada wajah penari.
6. Pentas/Panggung Tari Pho
Tempat untuk pementasan tari Pho ialah pentas proscenium dan tapal kuda, karena tari Pho bisa di tampilkan diruangan tertutup dan terbuka (lapangan) di pentas mana saja.
7. Iringan dan syair tari Pho
Dalam penyajian tari Pho digunakan iringan internal yaitu suara yang datang dari penari itu sendiri yang berfungsi untuk mengiring setiap gerak yang ada dalam tari atau yang disebut syair.Adapun yang menjadi syair dalam penyajian tari Pho ini adalah bebas, tetapi bernuansa cerita sejarah sebagai berikut:
Arti dari syair tari Pho
Syair saat Awal masuk, yaitu:
Nanggroe aceh di sini tempat kami lahir
Di ujung pantai pulau Sumatra…dari sabang sampai meuroke
Kami melangkah kami bersama (2x)
Syair saat salam, yaitu:
Assalamualaikum bapak disini…disini kami sudah sampai ditempat (2x)
Kedua tangan dengan sepuluh jari kami angkat bersaan…menggantikan puan didepan anda
Syair saat di pinggir, yaitu:
Dipinggir saya balik lain…putih licin jawab semua
Sayang sangat si madion…lepaskan dosa semua sama mamak
Sayang sangat si malelang…sayang sekali malelang mamak
Syair saat turun kita pergi mandi, yaitu:
Turun pergi mandi pengantin perempuan turun pergi mandi (4x)
Siap mandi minta kain ganti…kain san dusen pengganti kain setelah mandi
Syair saat hias inai, yaitu:
Ambil kaca tujuh tangkai…mengukir innai sangat lama
Ambil innai tujuh tangkai…mengukir innai ditelapak tangan malelang mamak
Sisir rambut di taruk andam…cantik sekali kita lihat wajahnya
Pengantin perempuan langsung disruruh duduk…diatas tilam samping nun suja
Syair saat menimang anak, yaitu:
Menimang anak…mau pergi meniang..
Bunga kembanh hai anak…buah hati mamak (2x)
Oh sayang…oh sayang…buah hati
Doda idi hai anak dodo doda idi pergi menimang
Si kumbang mandi…hai anak di pinggir pantai ooh
Cepat besar hai anak…yang jiwa seni
Supaya maju hai anak…seni budaya
Ooh sayang…ooh sayang…buah hati
Pergi bobok hai anak…do doda idi hai anak …sudah patah kaki
Sekarang kamu sambut hai anak.seni budaya
Jangan kita tiru hai anak…dengan Negara luar
Oh sayang…oh sayang.buah hati
Syair saat suara tembak, yaitu:
Suara tembak…suara tembak suara tembak bela Negara (6x)
Teuku umar johan pahlawan…syahid orang itu di ujung kalak
Mulut ke mulut dimana tanda…tanda di situ syaitan rimba
Rencong cut nyak dien yang keluar dibagi buah hati yatim yang bela bangsa
Ditangan pedang di pinggang pisau gak ada siapa yang ketawa sudah yang sudah
Syair saat masukin ayam, yaitu:
Masukin ayam kedalam arena …tuak ditantang si rajawali
Ayam jalak dengan ayam bireng…selalu cantik kita liat wajah
Ayam kami ini tajam dikaki…kalau yang kenal itu juara
Kalau kalah ayam kami ini…kamu ganti lain yang cantik rupa
Syair saat si kembang didi, yaitu:
Alun alun suara…si kembang didi lah burung bayeum lentin
Burung nuri…terbang baling-bali burung diditerbang dalam sarang
Burung bayeun di pinggir pantai…kepala nya lepas putih bercahaya
Syair saat bunga rawatun, yaitu:
Dipinggir sunggai pukul ….lempar mandi dibatu putih
Kepala pun bersih putih bercahaya…lempar mandi dalam air laut
Si anak pun kurus …terlempar di batu karang
Di pinggir si anak ambil tiram.petik bunga siang masuk di dalam kain
Ooh pinggir bunga rawatun meutali di dalam laut raya
Syair saat salam pulang, yaitu:8. Fungsi Tari Pho
Assalamualaikum keumala negri izinkan kami mau pulang
Oh sayang…oh sayang…buah hati
Tarian Pho ini biasanya dilakukan pada kematian orang-orang besar dan raja-raja dengan melakukan pantun-pantun dan syair sedih sebagai sebuah ratapan. Tarian ini dipengaruhi oleh budaya pra-islam. Setelah islam berkembang dan mulai dipahami dengan baik oleh masyarakat Nagan Raya, tari ini tidak di pertahankan sebagai pertunjukan ritual kematian lagi karena dalam islam tidak membenarkan untuk meratapi sampai meraungraung orang yang sudah meninggal, karena kematian adalah Sunnatullah sehingga dibutuhkan kesabaran setiap orang untuk menghadapi musibah yang menimpa diri dan keluarga, serta kerabat dekat lainnya sehingga kemudian tarian ini hanya berfungsi sebagai pertunjukan hiburan semata.
9. Makna dalam Gerak Tari Pho
Tari Pho, bila dilihat sekilas tentang latar belakangnya, tampak bahwa tarian ini merupakan manifestasi dari kebutuhan masyarakat Aceh, yaitu masyarakat agraris, dimana didalam tarian ini tampak dengan jelas gerakan-gerakan simbolis dalam kisah yang pernah terjadi dikalang masyarakat dan kebiasaan masyarakat mengolah sawah ladang.
- Gerak saleum
- Gerak saleum ini memiliki makna yaitu memberikan penghormatan kepada penonton atau keluarga pemilik rumah. Saleum adalah sebuah penghormatan, tata krama, dalam berkehidupan khususnya di masyarakat Nagan Raya.
- Gerak Oh bineuh
- Gerak ini adalah gerakan dari nyanyian pembukaan bineuh para penari mengikuti irama lagu tersebut sambil membentuk sebuah lingkaran dengan berkeliling serta menghentakan kaki ke lantai secara serentak badan agak membungkuk miring, yang mengisahkan kejadian madion dan malelang.
- Gerakan tron ta jak manoe
- Gerakan tron ta jak manoe ini adalah gerak tarian yang menggambarkan cara kebiasaan seorang ibu memandikan anaknya.
- Gerakan boh gaca
- Gerak boh gaca ini memiliki makna pengantin yang sedang mengukir gaca di kedua telapak tangan si pengantin.
- Gerak jak ku timang
- Gerak jak ku timang ini memiliki makna seorang ibu sedang mengayunkan anaknya dengan penuh kasih dan sayang.
- Gerakan exstra
- Gerakan exstra ini adalah gerak yang mengarah hiburan, nasehat, cerita/sejarah.
- Tum beude : Gerakan tum beude ini menggambarkan tentang kejadian dimasa lampau ketika Aceh dijajah oleh Belanda. Banyak suara-suara tembakan yang terdengar oleh masyarakat.
- Peulot manok : Tepuk tangan adalah simbolis mengusir burung dan mengetam atau mengumpulkan ikatan-ikatan padi yang telah diketam. Laga agam yang mengisahkan persaingan antara pihak satu dan pihak yang lain demi mendapatkan kekuasaan.
- Si kumbang didi : Simbolis yang menggambarkan burung nuri berdiri di pinggir laut dan kemudian terbang ke langit seperti dalam cinta.
- Bungong rawatun : Gerakan para penari menghentakan kaki ke lantai berarti bahwa tanah yang telah dibajak dan disikat.
- Gerakan saleum woe
- Gerakan saleum woe ini adalah penghormatan untuk penonton untuk meminta izin kembali/pulang.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di gampong simpang peut naganraya, maka di sini penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut.
- Tari Pho adalah tari tradisisonal Aceh khususnya digampong simpang peut nagan raya yang telah lama dan berkembang di daera tersebut. Perkataan Pho berasal dari kata Puba-e, Puba-artinya meuratoh atau meratap. Tari Pho merupakan suatu tarian yang berdiri sendiri, yang diadakan dalam acara hiburan perkawinan, dan khitanan.
- Gerak yang ditarikan dalam tari Pho antara lain yaitu: gerak awal masuk , gerak saleum, gerak oh bineuh, gerak tron ta jak manoe, gerak jak kutimang, gerak boh gaca, gerak jak ku timang, gerak exstra:-tum beude, gerak peulot manok, gerak si kumbang didi, gerak bungong rawatun dan gerak saleum woe. Pola lantai pada tarian Pho ini sangat sederhana berbentuk lingkaran, segitiga, berbanjar lurus dan berbentuk belah ketupat, berbanjar dua saf, merentangkan tangan (burung terbang).
- Busana yang digunakan adalah pakain adat Aceh serta menggunakan rias cantik dan tidak menggunakan properti. Musik iringan yang dipakai tari Pho adalah musik internal yang berasal dari suara syeh dan penari tersebut. Tari ini ditarikan oleh 8 orang penari wanita dan ditampilkan pada saat acara-acara yang bersifat hiburan dan keramaian seperti adat perkawinan dan khitanan. Makna tari Pho dalam upacara adat perkawinan dan khitanan adalah untuk mengungkapkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan melalui syair, gerak dalam tarian Pho tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Abdul, dkk. 2009. Budaya Aceh. Aceh: Pemerintah Aceh.
- Dibia, dkk. 2007. Tari Komunal. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.
- Emzir. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional
- Hasbullah, 2014. Keanekaragaman Kesenian Tradisional. Banda Aceh: Balai pelestarian nilai budaya.
- Jazuli, sarastiti. 2008. Teori Kebudayaan. Semarang: FBS UNNES
- Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Skunder. - Puwokerto: PT. Raja Grafindo Persada.
- Noor, Juliansyah. 2010. Metodelogi Penelitian. Bandung: Kencana.
- Pekerti, Widia, dkk. 2002. Pendidikan Seni Musik-Tari/Drama. Jakarta: Universitas Terbuka.
- Sarastiti, Dian. 2013. Jurnal Bentuk Penyajian Tari Ledhek Barangan di Kabupaten Blora. Semarang: SENDRATASIK FBS UNNES.
- Sumardjo, Jakob. 1997. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: STSI.
- Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
- Suhermieral. 2004. Apresiasi Seni Budaya Aceh. Banda Aceh: Ar-raniry pres
- Yusuf, dan Nurmayani. 2013. Syair Do Da Idi dan Pendidikan Karakter Ke Acehan. Provinsi: MAA.
- Reizna Putri1, Tri Supadmi, Ramdiana -Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Tari Pho Tarian Tradisional Provinsi Aceh, Semoga bermanfaat. Terima kasih
COMMENTS