Alat Musik Tradisional Provinsi Maluku Utara Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada ta...
Alat Musik Tradisional Provinsi Maluku Utara
Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, Maluku Utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku, yaitu Kabupaten Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Tengah.
Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibukota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya
Masyarakat di Maluku Utara sangat beragam. Total ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia dan non-Austronesia. Kelompok Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya adalah Suku Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda. Di Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri dari Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku Ternate dan Suku Tidore. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi antar suku.
Selain memiliki keberagaman suku, Provinsi Maluku Utara juga memiliki Alat Musik Tradisional yang tidak kalah uniknya dari daerah lainnya di Indonesia. Berikut ini penjelasan secara detail macam - macam Alat Musik Tradisional Provinsi Maluku Utara :
1.Bambu Hitada
Bambu Hitada adalah salah satu kesenian musik dari Maluku Utara. Kesenian musik ini dimainkan secara kelompok dengan menggunakan alat musik khas Maluku Utara yang lainnya. Bambu Hitada juga cukup terkenal di daerah maluku Utara terutama masyarakat Halmahera. Kesenian lokal ini juga sering ditampilkan dalam berbagai macam acara adat.
Dalam sebuah permainan musik Bambu Hitada, fungsi dari masing-masing alat musik berbeda-beda seperti dalam sebuah grup musik umumnya. Untuk alat musik bambunya sendiri dimainkan dengan cara dihentakkan kebawah bergantian dengan bambu-bambu yang lain. Tanah/Lantai yang dipukul atau bagian bawah bambu haruslah dilapisi dengan karung goni agar tidak merusak lantai dan menstabilkan suara yang dihasilkan.
Musik Bambu Hitada diyakini berasal dari kebiasaan masyarakat Maluku Utara pada zaman dulu yang hidup berdampingan langsung dengan alam. Bertahan hidup membuat mereka terinspirasi untuk menciptakan sesuatu dan salah satunya adalah kesenian musik Bambu Hitada ini.
Bagi masyarakat khususnya di Halmahera musik Bambu Hitada dulunya tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja namun juga sebagai sarana komunikasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun itu hanyalah kebiasaan masyarakat pada zaman dulu dan menggunakan syair-syair yang mereka nyanyikan untuk berkomunikasi kepada leluhur mereka.
2. Cikir
Cikir adalah alat musik tradisional Maluku Utara yang terbuat dari batok kelapa dan biji-bijian, biasanya yang digunakan adalah biji kacang hijau kering dan dimainkan dengan cara digoyang-goyang seperti alat musik modern marakas.
Cikir biasanya digunakan sebagai pengiring musik pada pertunjukkan musik Bambu Hitada (seperti yang tadi saya jelaskan diatas) di Halmahera. Dalam permainannya biasanya cikir hanya sebagai alat musik pelengkap saja tapi pemainnya terkadang membuat gerakan lucu sehingga menambah keseruan dari permainan musik tersebut.
3.Fu
Maluku Utara dikenal memiliki beragam alat musik yang unik, salah satunya Fu. Fu merupakan alat musik yang terbuat dari kulit kerang dan cara memainkannya dengan ditiup pada bagian yang berlubang atau terbuka. Selain digunakan untuk memanggil penduduk, alat musik ini juga biasa digunakan untuk mengiringi tari-tarian. Bila dilihat keistimewaan yang paling dominan adalah bahan dasar pembuatan Alat musik Fu sendiri, 100% dapat dikatakan berasal dari hasil alam. Kulit kerang yang dipakai dalam pembuatan Alat musik ini berasal dari Saumlaki, Dobo, Kepulauan Aru dan Banda.
Saat ini keberadaan Fu perlahan terkikis bahkan hampir hilang kegunaannya. Fu lebih banyak disimpan menjadi pajangan di museum. Ada beberapa desa yang melestarikan Fu, seperti desa Sirisori, Amalatu dan desa hutumuri yang masih melestarikan musik ini sehingga fungsinya tetap terlaksana dengan baik.
4.Petibass/tali satu
Petibass merupakan alat musik yang berfungsi sebagai gitar bass yang terbuat dari triplek. Petibass ini biasanya disebut dengan “tali satu” karena hanya memiliki satu tali petik saja. Petibass biasanya digunakan dalam kesenian Musik Yanger.
5. Biola Besar
Biola Besar yang memiliki dua tali senar yang dimainkan pada musik Yanger ini tidak digesek atau dipetik melainkan dipukul dengan menggunakan sebatang lidi sebesar jari tangan yang panjangnya sekitar 30 cm. Pada jenis Musik Bambu Hitada, Petibass Tali Satu dan Biola Besar ini tidak digunakan sama sekali, karena tone bass sudah diperankan oleh batang bambu yang besar dan agak panjang.
6. Biola Kecil
Biola merupakan sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Pada kesenian musik Yanger digunakan 2 biola kecil, kedua biola ini dimainkan sebagai intro “suara satu” & “suara dua”.
7.Juk
Juk merupakan Alat musik tradisional Maluku Utara yang dimainkan dengan cara dipetik pada dawainya. Juk biasanya hanya memiliki 4 Dawai. Fungsi dari Juk adalah sebagai pengiring musik Bambu Hitada, tetapi anda juga bisa menggunakannya sendiri sebagai penghibur dikala bosan. Juk biasanya di kolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Alat Musik Tradisional Provinsi Maluku Utara, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Pada awal pendiriannya, Provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang berlokasi di kaki Gunung Gamalama, selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 Agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan infrastruktur, ibukota Provinsi Maluku Utara dipindahkan ke Kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya
Masyarakat di Maluku Utara sangat beragam. Total ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia dan non-Austronesia. Kelompok Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya adalah Suku Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda. Di Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri dari Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku Ternate dan Suku Tidore. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi antar suku.
Selain memiliki keberagaman suku, Provinsi Maluku Utara juga memiliki Alat Musik Tradisional yang tidak kalah uniknya dari daerah lainnya di Indonesia. Berikut ini penjelasan secara detail macam - macam Alat Musik Tradisional Provinsi Maluku Utara :
1.Bambu Hitada
Bambu Hitada adalah salah satu kesenian musik dari Maluku Utara. Kesenian musik ini dimainkan secara kelompok dengan menggunakan alat musik khas Maluku Utara yang lainnya. Bambu Hitada juga cukup terkenal di daerah maluku Utara terutama masyarakat Halmahera. Kesenian lokal ini juga sering ditampilkan dalam berbagai macam acara adat.
Dalam sebuah permainan musik Bambu Hitada, fungsi dari masing-masing alat musik berbeda-beda seperti dalam sebuah grup musik umumnya. Untuk alat musik bambunya sendiri dimainkan dengan cara dihentakkan kebawah bergantian dengan bambu-bambu yang lain. Tanah/Lantai yang dipukul atau bagian bawah bambu haruslah dilapisi dengan karung goni agar tidak merusak lantai dan menstabilkan suara yang dihasilkan.
Musik Bambu Hitada diyakini berasal dari kebiasaan masyarakat Maluku Utara pada zaman dulu yang hidup berdampingan langsung dengan alam. Bertahan hidup membuat mereka terinspirasi untuk menciptakan sesuatu dan salah satunya adalah kesenian musik Bambu Hitada ini.
Bagi masyarakat khususnya di Halmahera musik Bambu Hitada dulunya tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja namun juga sebagai sarana komunikasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun itu hanyalah kebiasaan masyarakat pada zaman dulu dan menggunakan syair-syair yang mereka nyanyikan untuk berkomunikasi kepada leluhur mereka.
2. Cikir
Cikir adalah alat musik tradisional Maluku Utara yang terbuat dari batok kelapa dan biji-bijian, biasanya yang digunakan adalah biji kacang hijau kering dan dimainkan dengan cara digoyang-goyang seperti alat musik modern marakas.
Cikir biasanya digunakan sebagai pengiring musik pada pertunjukkan musik Bambu Hitada (seperti yang tadi saya jelaskan diatas) di Halmahera. Dalam permainannya biasanya cikir hanya sebagai alat musik pelengkap saja tapi pemainnya terkadang membuat gerakan lucu sehingga menambah keseruan dari permainan musik tersebut.
3.Fu
Saat ini keberadaan Fu perlahan terkikis bahkan hampir hilang kegunaannya. Fu lebih banyak disimpan menjadi pajangan di museum. Ada beberapa desa yang melestarikan Fu, seperti desa Sirisori, Amalatu dan desa hutumuri yang masih melestarikan musik ini sehingga fungsinya tetap terlaksana dengan baik.
4.Petibass/tali satu
Petibass merupakan alat musik yang berfungsi sebagai gitar bass yang terbuat dari triplek. Petibass ini biasanya disebut dengan “tali satu” karena hanya memiliki satu tali petik saja. Petibass biasanya digunakan dalam kesenian Musik Yanger.
5. Biola Besar
Biola Besar yang memiliki dua tali senar yang dimainkan pada musik Yanger ini tidak digesek atau dipetik melainkan dipukul dengan menggunakan sebatang lidi sebesar jari tangan yang panjangnya sekitar 30 cm. Pada jenis Musik Bambu Hitada, Petibass Tali Satu dan Biola Besar ini tidak digunakan sama sekali, karena tone bass sudah diperankan oleh batang bambu yang besar dan agak panjang.
6. Biola Kecil
Biola merupakan sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Pada kesenian musik Yanger digunakan 2 biola kecil, kedua biola ini dimainkan sebagai intro “suara satu” & “suara dua”.
7.Juk
Juk merupakan Alat musik tradisional Maluku Utara yang dimainkan dengan cara dipetik pada dawainya. Juk biasanya hanya memiliki 4 Dawai. Fungsi dari Juk adalah sebagai pengiring musik Bambu Hitada, tetapi anda juga bisa menggunakannya sendiri sebagai penghibur dikala bosan. Juk biasanya di kolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya.
COMMENTS