Alat Musik Tradisional dari Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara adalah sebuah provinsi yang terletak persis diujung bagi...
Alat Musik Tradisional dari Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara adalah sebuah provinsi yang terletak persis diujung bagian utara Pulau Sulawesi yang beribukota-kan Manado. Mendengar nama Manado mungkin anda sudah membayangkan tentang pesona cantik wanita Sulawesi yang mahal bak mutiara. Sulawesi Utara memiliki sekurangnya 14 suku bangsa, dan banyak tari-tarian daerah, salah satu yang terkenal adalah Tari Poco-Poco. Disamping beragam tarian dan kesenian daerah, Provinsi Sulawesi Utara memiliki beragam jenis alat musik tradisional.
Berikut ini Alat Musik Tradisional Provinsi Sulawesi Utara (Sulut): Kolintang, Salude, Tetengkoren, Sasesahang, Oli, Arababu, Bansi, Terompet bambu (Pepato) dan Bia
1. Kolintang
Kolintang merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad di Kepulauan Melayu Timur - Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, dan Timor. Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana menjadi bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi gong yang terus berkembang.
Di Provinsi Sulawesi Utara Kolintang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari daerah Minahasa. Kayu yang dipakai untuk membuat Kolintang adalah kayu lokal yang ringan namun kuat seperti Kayu Telur (Alstonia sp), Kayu Wenuang (Octomeles Sumatrana Miq),Kayu Cempaka (Elmerrillia Tsiampaca),Kayu Waru (Hibiscus Tiliaceus), dan sejenisnya yang mempunyai konstruksi serat paralel. Nama kolintang berasal dari suaranya: tong (nada rendah), ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa daerah, ajakan "Mari kita lakukan TONG TING TANG" adalah: " Mangemo kumolintang". Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi kata kolintang.
Kolintang terbagi menjadi beberapa jenis yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut terlihat dari suara yang dihasilkannya. Jenis alat musik Kolintang terdiri dari 9 jenis, yaitu : loway (bass), cella(cello), karua (tenor 1), karua rua (tenor 2), uner (alto 1), uner rua (alto 2), katelu (ukulele), ina esa (melodi 1), ina rua (melodi 2) dan ina taweng (melodi 3).
Pada saat ini fungsi alat musik Kolintang lebih bervariatif, baik dimainkan untuk pengiring tari, lagu, atau dimainkan secara orkestra. Dalam pertunjukan musik Kolintang biasanya semua jenis alat musik tersebut dimainkan secara padu sehingga menghasilkan nada yang pas dan enak didengar. Namun untuk kalangan profesional biasanya hanya menggunakan 6 alat saja sudah bisa menghasilkan suara yang lengkap.
Dalam pertunjukan biasanya semua jenis musik Kolintang disusun dengan formasi tertentu agar menghasilkan perpaduan nada yang pas dan agar mudah dikombinasikan. Untuk susunan lengkap biasanya pada bagian depan diisi oleh melodi. Lalu pada bagian belakang kiri biasanya diisi dengan bass. Sedangkan bagian belakang kanan diisi dengan cello. Untuk alat lain biasanya tergantung lebar panggung yang digunakan dengan memperhatikan fungsi tenor dan alto.
2. Salude
Salude merupakan alat musik sejenis sitar tabung yang termasuk dalam kelompok ido-kardofon. Cara memainkan alat musik tradisional ini dengan cara dipetik serta dipukul dengan pelepah pinang. Alat musik salude memiliki dua dawai yang diperoleh dari kulit ari. Salude sendiri terbuat dari seruas bambu. Pada bagian tengah badan bambu terdapat lubang yang memiliki fungsi sebagai resonator.
3. Tetengkoren
Tetengkoren adalah sebuah alat komunikasi tradisional masyarakat Sulawesi Utara yang sampai saat ini masih dipergunakan. Selain sebagai alat musik, nama tetengkoren juga merupakan sebuah tarian. tari tetengkoren mengungkapkan suatu kebiasaan sekelompok petani di desa Minahasa ketika selesai melaksanakan aktifitas di kebun (mapulus). Sambil istirahat melepas lelah mereka bermain, bercanda, dan bersukaria sambil memukul-mukul bambu yang oleh masyarakat setempat dinamakan Tetengkoren.
4. Sasesahang
Sasesahang merupakan alat musik tradisional Sulawesi Utara yang dibuat dari bambu dengan bentuk ujung meruncing menyerupai bentuk garputala. Instrumen ini dimainkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan kayu pemukul berlapis karet. Nada yang dihasilkan alat ini termasuk nada melodis jika dibuat secara tersusun dengan panjang bambu yang saling berbeda.
5.Oli
Alat Musik Oli Sama seperti Salude, alat musik Oli juga dibuat dari bambu. Bedanya, instrumen ini justru dimainkan dengan cara ditiup dan yang menjadi resonator adalah rongga mulut pemainnya. Model Oli dapat kita temukan di kebudayaan masyarakat sub suku Melayu lainnya di nusantara, kendati dengan nama yang berbeda.
Alat musik Oli dulunya digunakan untuk menyembah Tuhan ,kini masih digunakan dalam upacara-upacara adat. Alat musik oli masih dimainkan hingga saat ini misalnya dalam upacara budaya ucapan syukur Tulude di daerah Sangihe yang setiap tahunnya dilaksanakan. Ucapan syukur ini dilakukan kepada Tuhan, atas perlindungan dan permohonan setiap tahunnya.
Dalam pagelaran musik Oli dimainkan lima alat musik sekaligus, yakni Bansi yang dimainkan dengan cara ditiup seperti suling, lalu ada juga Salude dengan cara dipukul, Arababu memainkan dengan cara dipetik, lalu alat musik Oli yang ditiup, dan Sasaheng yang dimainkan dengan cara digoyang-goyangkan.
6.Arababu
Arababu adalah instrumen sejenis rebab yang dibuat dari tempurung kelapa dan kulit binatang sebagai resonatornya. Hanya ada 1 dawai yang terdapat pada alat musik ini. Dawai tersebut dimainkan dengan cara digesek menggunakan tangkai gesek dari bambu. Dawainya sendiri dibuat dari serat pisang Hote, jenis tanaman pisang yang cukup banyak tumbuh di Sulawesi Utara.
7. Bansi
Bansi dalam bahasa Minahasa berarti suling. Sama seperti suling pada umumnya, bansi dibuat dari bambu dengan beberapa lubang nada di bagian sisinya. Bansi dimainkan dengan cara ditiup di bagian ujungnya. Bansi dimainkan bersama alat musik lain sebagai pelengkap
8. Terompet bambu (Pepato)
Terompet bambu atau Pepato telah dibuat dan dimainkan selama ratusan tahun di Sulawesi Utara, terutama di Sangihe dan Talaud. Bambu yang sangat tua dan berkualitas tinggi dibentuk menjadi terompet yang indah yang menghasilkan bunyi yang merdu. Untuk memastikan terompet akan tahan lama dan berkualitas bagus, galah bambu direndam dalam air yang mengalir, biasanya sungai, selama sekitar tiga bulan. Bambu tersebut kemudian dikeringkan dengan cara ditempatkan pada papan di atas nyala api kecil selama sekitar empat bulan. Hanya dengan cara itu bambu siap untuk diolah menjadi terompet. Ada berbagai model instrumen bambu. Misalnya, saksofon bambu disebut sesuho, sementara terompet bambu dikenal sebagai pepato.
9.Bia
Bia merupakan alat musik yang dibuat dari bahan kerang laut. Bia merupakan salah satu alat musik tradisional yang hampir punah. Hal ini disebabkan bahan baku untuk membuat alat musik ini semakin langka diperoleh seiring perusakan ekologi yang menghancurkan habitat dari hewan pra sejarah ini. Selain itu dalam membuat alat musik bia sangatlah rumit, rusak sedikit berarti terbuang sia-sia.
Alat musik Bia merupakan jenis musik aerophone (mengeluarkan bunyi dan iramanya bila dihembuskan udara) merupakan khas estetika musik masyarakat daerah pesisir. Seperti Likupang, Amurang, Tanawangko, Kema, dan pulau pulau di Sangihe, Sitaro dan Talaud. Namun bukan
berarti masyarakat di pedalaman dan pegunungan tidak akrab dengan musik yang indah dan khas ini.
Masyarakat di pedalaman Minahasa sejak lama menggunakan alat musik Bia yang disebut Pontuang dalam musik pengiring kerja mapalus, maupun sebagai alat komunikasi massa (untuk tanda bahaya).
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Alat Musik Tradisional Provinsi Sulawesi Utara, Semoga bermanfaat, Terima Kasih.
COMMENTS