Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi dengan kultur masyarakat yang unik. Mas...
Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi dengan kultur masyarakat yang unik. Masyarakat provinsi ini terdiri dari beberapa etnis yang sejak dulu hidup berdampingan secara damai. Etnis-etnis tersebut misalnya suku Sasak, suku Bima, Dompu, dan suku Bali. Masing-masing suku tersebut meski hidup dalam kebersamaan, namun semuanya tetap memiliki ciri khas budayanya sendiri-sendiri. Ciri khas tersebut misalnya bisa kita lihat dari beragam alat kesenian tradisional yang hingga kini masih sering dimainkan masyarakatnya.
Kategori: Alat MusikDi daerah Bima terdapat 5 jenis pembagian alat musik yakni:
Elemen Budaya: Alat Musik Tradisional
Provinsi: Nusa Tenggara Barat
Asal Daerah: Nusa Tenggara Barat
- Golongan ufi merupakan sebuah alat musik tiup.
- Golongan bo – e merupakan alat musik pukul dengan tangan misalnya rebana.
- Golongan Ko – bi merupakan alat musik petik misalnya gambo ( gambus).
- Golongan toke merupakan alat musik yang dipukul dengan alat pemukul, misalnya genda (gendang)
- Golongan ndiri merupakan alat musik gesek misalnya biola mbojo ( biola Bima).
Pareret merupakan alat musik tradisional NTB yang terbuat dari bambu. Pareret merupakan alat musik tiup sejenis terompet yang dimainkan dalam orkestra yang berfungsi sebagai pembawa melodi. Alat musik ini berkembang di Lombok bagian barat dalam subkultur Hindu yang dibawa oleh orang-orang Bali. Selain itu, pareret juga terdapat di daerah Karangasem, Bali meskipun kini sudah jarang keberadaanya.
Dalam membuat pareret diperlukan hari baik yaitu pada hitungan pasaran Pahing, sedangkan harinya apa saja. Selain itu, disediakan sesajen (andang-andang) terdiri dari beras, kepeng bolong (satakan), buah pinang, dan benang kotak setukel. Andang-andang mempunyai makna perlindungan agar si pembuat tidak leles (mata merah dan berair). Pareret dimainkan sebagai salah satu kelengkapan upacara persembahyangan dan adalah ulang tahun pura bagi orang Bali yang hidup di Lombok Barat.
2. Satong Srek
Satong srek merupakan Alat musik tradisional Provinsi NTB yang terbuat dari bambu dan seng. Satong srek dibuat dari bambu yang salah satu bagiannya diberi penampang berupa lempengan seng yang dibuat tajam dan kasar permukaannya. Jika permukaan seng digesek atau dipukul akan mengeluarkan bunyi.
Satong srek dimainkan sebagai alat musik tambahan dalam suatu bentuk orkestra kesenian tradisional dan dapat pula dimainkan secara solo / individual. Alat musik ini biasanya untuk mengiringi tarian nguri, syier male, badede, bulan kasandung, ngumang rame. Satong srek dapat juga dipadukan dengan alat-alat musik modern.
3. Gula Gending
Alat musik ini terbuat dari seng dan tekstil. Instrumen ini digunakan untuk menjajakan gula kapas (harum manis) yang terbuat dari gula pasir. Oleh karena itu, alat tersebut kemudian dinamakan gula gending. Tempat penyimpanan gula dalam bahasa Sasak disebut Tongkaq juga berfungsi sebagai instrumen musik. Dimainkan dengan cara menggendong tongkaq, kotak dipukul dengan jari tangan kanan dan kiri sesuai gending/lagu yang dimainkan.
Gula gending dimainkan berkeliling ke pelosok kampung sambil menjajakan gula kapas. Gending yang dimainkan berfungsi sebagai daya tarik anak-anak untuk membeli. Jenis gending yang dimainkan antara lain buah Odaq, Tempong Gunung dan sebagainya.
4. Palompong
Alat musik ini terbuat dari kayu dan logam. Palompong termasuk dalam jenis alat musik silofan. Cara memainkannya, pemain duduk dengan dua kaki dalam posisi lurus ke depan, sementara palompong diletakkan di atas paha kemudian bilah dipukul dengan dua pemukul. Rongga di antara paha dan bilah-bilah palompong berfungsi sebagai resonator.
Dahulu alat ini dimainkan secara tunggal dan biasanya dimainkan oleh laki-laki pada saat menunggu sawah atau ladang untuk mengusir sepi. Saat ini palompang juga dimainkan oleh wanita dan menjadi bagian dari orkestra Gong Genang yang berfungsi sebagai alat musik ritmik untuk mengiringi tari-tarian pada saat irama cepat. Palompang merupakan alat musik khas Kabupaten Sumbawa, namun ada juga alat musik sejenis ini di daerah Lombok dengan sebutan "cungklik"
5.Sarone
Sarone merupakan sebuah alat musik tiup dari Kabupaten Bima Dompu. Alat musik ini termasuk golongan aerofon yang berlidah. Menurut jumlah lidahnya termasuk tipe klarinet karena lidahnya hanya satu, yang menurut bahasa setempat, lidah ini disebut Lera. Bentuk tabungnya adalah konis ( makin lama makin besar)
Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak lolo terdiri atas bulu.. Pada lolo terdapat 6 (enam) bongkang ( lubang) di atas, dan satu lubang di bawah. Cara melubangi dilakukan dengan menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo. Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya ½ (setengah)dari jarak antara dua lubang diatas.
Sarone ada yang berlubang lima di atas dan ada yang berlubang 6 (enam) di atas. Sedang lubang dibawah tetap satu. Untuk yang mempunyai lima lubang, nada – nadanya adalah, do, re, mi, fa dan sol. Bila sarone ditup, nada do diperoleh dengan menutup semua lubang, baik lubang diatas maupun lubang di bawah. Nada re diperoleh dengan membuka lubang paling bawah.
Nada mi diperoleh dengan membuka dua lubang nada fa dengan membuka tiga lubang. Sedang nada sol diperoleh dengan menutup lubang kedua dari atas, sementara lubang – lubang yang lain dibuka. Pada serune yang memiliki enam lubang, bertambah satu nada yaitu nada si.
6.Silu
Silu adalah salah satu jenis alat musik dari daerah Bima Dompu. Silu termasuk jenis alat musik aerofon tipe hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu disebut pipi silu terdiri atas 4 lidah. Di daerah Bima ada pembagian alat musik. Menurut pembagian tersebut, silu termasuk golongan ufi yaitu sebuah alat musik tiup. Sedang golongan alat musik lain adalah bo – e yaitu alat musik pukul dengan tangan misalnya rebana. Ko – bi adalah alat musik petik misalnya gambo ( gambus). Golongan lainnya adalah toke, yaitu alat musik yang dipukul dengan alat pemukul, misalnya genda ( gendang), Golongan yang terakhir adalah Ndiri, yaitu alat musik gesek misalnya biola mbojo ( biola Bima). Bahan untuk membuat silu adalah kayu sawo, perak dan daun lontar.
Pada silu tidak terdapat ornamen – ornamen, warnanya adalah warna asli. Bahanya, kecuali wata silu dibuat mengkilat dengan cat. Unsur musikal (suara) rupanya lebih dipentingkan daripada unsur visual estetik. Tidak ada aturan tertentu untuk memilih bahan. Khususnya kayu sawo sebagai bahan pokok dicari kayu sawo yang sudah tua dan dipilih yang besarnya sesuai dengan keperluan.
Dalam pembuatan silu tidak ada ukuran yang standar. Di dalam membuat silu yang diutamakan adalah produksi suaranya. Salah satu ukuran silu, yaitu silu Goa yang terdapat di Istana Bima adalah sebagai berikut : Panjang silu seluruhnya mulai dari ujung pipi silu sampai pangkal ponto silu adalah 570 mm. Lebar pipi silu 15 mm, panjangnya 14 mm.Nali silu panjangnya 100 mm. Wata silu memiliki garis tengah 15 mm ( pangkal) sedang ujungnya bergaris tengah 17 mm. Satompa silu garis tengahnya 34 mm. Penampang ponto silu garis tengahnya 120 mm. Lubang – lubangnya bergaris tengah 4 mm. Jarak antara lubang yang satu dengan lubang yang lainnya antara 25 – 30 mm. jarak ini tidak ada standar karena sangat tergantung pada produksi suara yang dihasilkan.
7.Gendang Beleq
Gendang Beleq adalah alat musik tradisional yang dimainkan secara berkelompok. Gendang Beleq berasal dari Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Asal kata Gendang berasal dari bunyi gendang itu sendiri, yaitu bunyi deng atau dung. Beleq berasal dari bahasa Sasak yang berarti besar. Gendang Beleq berarti gendang besar.
Gendang Beleq dimainkan secara berkelompok membentuk orkestra. Orkestra Gendang Beleq terdiri dari dua Gendang Beleq yang disebut mama (laki-laki) dan gendang nina (perempuan) yang berfungsi sebagai pembawa dinamika. Juga terdiri atas sebuah Gendang Kodeq (gendang kecil), perembak belek dan perembak kodeq sebagai alat ritmis, gong dan dua buah reog, yakni reog nina dan reog mama sebagai pembawa melodi. Pemain Gendang Beleq memainkan Gendang Beleq sambil menari. Pemain Gendang beleq terdiri dari 13 sampai 17 orang.
Gendang Beleq memiliki nilai filosofis dan juga disakralkan oleh masyarakat Suku Sasak.Masyarakat Sasak menilai Gendang Beleq memiliki nilai keindahan, ketekunan, kesabaran, kebijakan, ketelitian, dan kepahlawanan. Nilai-nilai tersebut selalu diharapkan menyatu dengan hati masyarakat Suku Sasak.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Barat, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
COMMENTS