Alat Musik Tradisional Provinsi Sulawesi Barat Provinsi Sulawesi Barat merupakan daerah yang terkenal akan objek wisatanya yang mampu...
Alat Musik Tradisional Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Barat merupakan daerah yang terkenal akan objek wisatanya yang mampu menggaet wisatawan, mau dari lokal maupun Internasional. Selain sebagai daerah penghasil kakao yang tinggi, daerah ini juga memiliki banyak sumber daya mineral seperti emas, batubara dan minyak bumi. Ditambah sekarang masyarakat juga menanam cengkeh yang meningkatkan pemasukan negara. Selain memiliki kekayaan obyek wisata Provinsi Sulawesi Barat juga kaya akan ragam budaya dan kesenian, salah satunya adalah alat musik tradisional.
1.Pompang
Dalam sejarahnya, musik pompang pertama kali dipopulerkan para penggembala kerbau di Mamasa. Lambat laun musik bambu ini digemari masyarakat luas hingga menjadi hiburan alternatif pada upacara adat rambu tuka atau acara-acara hiburan dan pesta syukuran.
Bahkan, bagi warga yang tinggal di pelosok desa, musik ini menjadi hiburan utama pada berbagai kegiatan. Tak heran banyak kelompok musik yang menggunakan alat musik ini tumbuh di masyarakat. Tidak hanya diminati kalangan orang tua, sebagian kaum muda Mamasa mengaku menyukai musik tradisional ini.
Pemain yang mengetahui cara memainkan alat musik kecapi mandar biasanya dimintai tolong untuk mengisi beberapa acara atau mengiringi sebuah lagu, tentunya dengan adanya sedikit biaya karena memainkan alat musik tradisional tidaklah mudah dan butuh tenaga serta keahlian. Dulunya penggunaan alat musik tradisional ini hanyalah sebagai penghibur diri saja, lalu berkembang hingga akhirnya beberapa orang memanfaatkan keindahan suaranya untuk mengisi kekosongan acara agar ramai dan seru.
Bentuk dari kecapi biasa dengan kecapi yang dimainkan perempuan sedikit berbeda, bentuk kecapi yang dimainkan perempuan lebih lengkung. Untuk memainkannya, pemain duduk dengan kaki sebelah kiri diangkat lalu mendekatkan kecapi ke dada. Sangat disayangkan keunikan dari alat musik ini harus lenyap tertelan oleh waktu dikarenakan kurangnya minat para pemuda untuk mempelajari atau setidaknya melestarikan alat musik tradisional tersebut.
3. Pakkeke / Keke
Salah satu alat musik tiup tradisional Mandar, Provinsi Sulawesi Barat adalah Pakkeke / keke yang juga mempunyai keunikan, selain bentuknya, Pakkeke juga memiliki kekhasan bunyi. Alat musik Pakkeke sendiri terbuat dari bambu yang berukuran kecil yang diujungnya terdapat daun kelapa kering yang dililitkan sebagai pembawa efek bunyi yang dihasilkan oleh alat ini. Biasanya alat tiup tradisional jenis Pakkeke ini dimainkan di sawah atau di ladang milik warga untuk mengisi kesepian para petani saat menunggui ladang atau sawah mereka. Kini alat musik inipun seringkali dimainkan untuk kepentingan seni pertunjukan dan dikolaborasikan dengan alat musik tradisional lainnya.
Calong biasanya dimainkan secara solo, namun seperti yang tadi saya sampaikan seiring perkembangnya zaman masyarakat mulai memanfaatkan permainan alat musik tersebut secara massal.
Awalnya calong dipakai oleh para petani Mandar sebagai hiburan ketika menunggu hasil panenan di sawah. Namun saat ini, agaknya sulit lagi menjumpai petani yang memainkan calong di sawah garapannya. Akan lebih mudah menemukan calong di tempat-tempat kesenian di Mandar, sebab ia digunakan sebagai instrumen musik tradisional.
Calong sendiri pernah mengharumkan nama Mandar dalam kancah nasional. Pada tahun 2013 lalu, bersama dengan penampilan khas Mandar lainnya seperti tarian, pertunjukan calong ditampilkan dalam pawai seni budaya nusantara yang diselenggarakan di istana negara. Saat itu Sulawesi Barat akhirnya menjadi penampil terbaik bersama sembilan provinsi lainnya.5.Gongga Lima
Jenis Gongga lima terdapat diwilayah balanipa hampir sama dengan alat musik parappasa dari Gowa Sulawesi Selatan, perbedaan Parappasa dengan Gongga lima dapat dilihat dari penampilan alat itu, dalam pembuatannya bambu dibelah-belah kecil yang ukuran bilahannya hampir sama besar dengan pensil sehingga dalam penampilannya menyerupai sapu lidi, cara memainkannyapun tidak sama dengan Gongga lima, sebab ketika dimainkan alat ini dibenturkan kebenda lain untuk mendapatkan bunyi.
Dalam perkembangannya Gongga lima beralih fungsi hanya sekedar digunakan sebagai pemuas batin ketika sedang melaksanakan aktivitas menunggu tanaman dikala senggang. sekarang terkadang alat ini disajikan sebagai penambah bunyi efeck pada sebuah pementasan, baik itu pementasan musik, tari, maupun teater.
6. Sattung
Sattung merupakan Alat musik petik yang terbuat dari bambu. Sattung terbuat dari Ruas bambu yang telah dipilih (kering) semakin panjang ruasnya semakin bagus kualitasnya, membuatnya dengan cara memotong bambu sesuai dengan ruas, tulang akan tetap melekat sehingga terlihat tidak bolong lalu mengikat dengan teratur ujung-ujung bambu untuk menghindari kerusakan ketika mencungkil kulit bambu sebanyak 2-3 kali, hasil cungkilan itu diberi greff (pengganjal dawai) dari unjung ke ujung, kemudian ditengah-tengah ruas bambu dibuatkan lubang resonansi dan dipertengahan dawai juga diberi kayu tipis sebagai tempat untuk memetik dawai, dan yang terakahir tulang yang berada disebelah kiri diberi lubang untuk menciptakan efek Vibrator.
Awal penyajiannya dilakukan sebagai media untuk memuaskan batin ketika sedang dalam keadaan senggang, lalu berkembang menjadi alat hiburan saat pelaksanaan upacara pelantikan raja dan sampai sekarang tidak lagi difungsikan seperti semula melainkan hanya sebagai pelengkap pertunjukan.
7.Rebana atau Rawana
Rebana adalah alat musik tradisional masyarakat Sulawesi Barat yang termasuk dalam jenis alat musik membrapon, yaitu musik tersebut menggunakan kulit sebagai sumber bunyi atau selaput tipis yang direntangkan. (Solihing, Ibid: 95).
Rebana dalam bahasa Sulawesi Barat disebut dengan rawana, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Lafud. Kehadirannya sebagai alat musik tradisional merupakan penggabungan budaya antara budaya Arab dan budaya Mandar. Sekitar abad ke 17 yang lalu atau zaman pemerintahan raja Mandar yang ke IV Daetta, anak pertama dari raja ke II Tomeppayung, Cucu Raja Mandar I Imanyambungi (Todilaling). Wilayah ini menjadi salah satu target untuk menciptakan sebuah paham yang konon adalah paham melawan animisme atau zaman penyembahan berhala, pengaruh itu tidak lain kalau bukan pengaruh budaya Arab, (Ibu Cammana, 31 juli 2003)
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Alat Musik Tradisional dari Provinsi Sulawesi Barat, Semoga bermanfaat. Terima Kasih
COMMENTS