Alat Musik Tradisional Provinsi Kalimantan Barat Kalimantan Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Ka...
Alat Musik Tradisional Provinsi Kalimantan Barat
Kalimantan Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan yang ber-ibukota Pontianak. Kalimantan Barat sering dijuluki orang sebagai Provinsi Seribu Sungai, hal ini disebabkan Kalimantan Barat (Kalbar) memiliki kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil.Provinsi Kalimantan Barat juga memiliki alat musik tradisional yang menjadi ciri khasnya, yaitu alat musik tradisional kalimantan Barat. Selain menjadi penuntun lagu tradisional Kalimantan Barat, alat musik ini juga warisan budaya yang harus tetap kita jaga.
Berikut daftar Alat Musik Tradisional Provinsi Kalimantan Barat:
1. SapekSapek atau sape lebih dikenal pada telinga kita dengan sebutan “Gitar Dayak” atau “Gitar Kalimantan” karena bentuknya dan caranya dalam dimainkan sama dengan alat musik Gitar. Alat musik ini di claim sudah dimiliki oleh suku Dayak Kayaan dengan bentuk badannya yang lebar dan tangkai bagian atas kecil untuk pegangan.
Panjang dari Sapek sekitar satu meter, bahkan untuk ukuran tangan orang dewasa-pun terkadang sulit memegang alat musik tradisional ini Sapek dengan jenis 2 senar mempunyau 4 tangga nada
Dari banyaknya sub suku Dayak, sapek paling banyak ditemui di suku Dayak Kayaan dan Kenyah. Alat musik tradisional Kalimantan Barat ini tampak seperti gitar, dengan tubuh panjang dan bagian leher yang sangat pendek.
Namun alat ini sangat berbeda dengan gitar, fret (Batas nada, dalam istilah suku Dayak disebut lasar) yang biasanya memiliki jumlah belasan, disepak hanya memiliki 2-3 fret saja. Bahkan terkadang tidak ada sama sekali yang terletak dibagian leher, hampir seluruh fret terpasang pada bagian tubuh.
Keunikan lainnya dari alat musik tradisional Kalimantan Barat ini adalah fret-fret tersebut bisa digeser atau dipindah-pindah. Karena memang fret tersebut tidak ditanam secara permanen seperti gitar, melainkan ditempel menggunakan lem yang sangat kental dan tidak pernah mengering. Dengan cara pemindahan fret itulah susunan nada sapek dapat berganti-ganti.
2. Agukng atau Gong
Salah satu alat musik yang kerap dipakai dan dianggap sakral adalah Agukng atau Gong. Alat ini ditemui hampir di seluruh kelompok Dayak dan dipercaya diturunkan langsung oleh para dewa dari kayangan untuk dimainkan dalam upacara. Instrumen ini dipercaya dapat mengusir roh jahat dan mendatangkan roh para leluhur atau makhluk gaib lainnya. Hal ini karena Agukng suara agukng adalah bunyi yang agung untuk mengiring kedatangan roh para leluhur atau makhluk gaib yang dapat membantu dalam melaksana ritual.
Selain fungsi diatas, Agukng juga dianggap sebagai lambang kebangsawanan pemiliknya. Orang yang memiliki Agukng dianggap sebagai orang kaya atau bangsawan, karena tidak semua orang memilikinya, kecuali kaum bangsawan dan orang berada. Selain ituAgukng zaman dahulu digunakan sebagai mas kawin. Dari sini kita dapat melihat bahwa Agukng dianggap berharga dan penting keberadaannya dalam suatu masyarakat. Fingsi Agukng lainnya adalah sebagai properti tari dan digunakan pula untuk sarana komunikasi pada beberapa masyarakat Dayak di Kalimantan Barat.
Agukng terdiri dari beberapa jenis dan ukuran, serta dipakai dalam jumlah yang bervariasi (dalam Paulus Florus, ed.:2005: 115). Dikalangan masyarakat Dayak paling tidak ditemukan lima jenis Agukng, yaitu:
- Tipe Garantung (Gong Besar), yaitu gong berukuran besar, sisi rendah, nada rendah, karakter suara lembut dan beralunan panjang.
- Tipe Tawak (Gong Panggil), yaitu Gong berukuran agak kecil yang sisi dan pencunya agak tinggi, suaranya tegas dan beralunan pendek. Gong ini biasanya digunakan untuk alat komunikasi atau pemberitahuan apabila ada kematian, bencana, tamu terhormat, pesta, upacara, dan lain sebagainya.
- Tipe Bondi, yaitu Gong yang sisi dan pencunya rendah. Permukaan sekitar pencu kebanyakan tidak ada lekukan melingkar. Gong ini hampir mirip dengan tawak namun bentuknya sedikit lebih kecil. Suaranya lembut dan merdu. Biasanya gong tipe ini disebut Bobondi, Bendai, Bandai, atau Canang.
- Tipe Boring, yaitu Gong yang permukaannya datar. Suaranya bergetar deper (nyaring). Gong ini biasanya disebut juga dengan nama Boring-boring, Gentarai, dan Puum.
- Tipe Kelintang (Gong-gong kecil horisontal), yaitu satuan dari beberapa Gong kecil yang berjumlahnya 5 sampai 9 instrumen dan disusun secara horizontal pada sebuah rancakan berdiri. Suaranya tinggi dan nyaring. Instrumen ini berfungsi sebagai pembawa melodi. Nama lain alat ini adalah Engkeromong, Keremong, Kangkanong, dan Klentang.
Keledi adalah alat musik tiup tradisional yang berasal dari Kalimantan Barat. Keledik / Kedire ini merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan benang. Keledi atau organ mulut dibuat dari buah labu yang sudah tua (berumur 5-6 bulan) kemudian dikeluarkan isinya, direndam selama satu bulan, dan selanjutnya dikeringkan.
Buah labu dan batang-batang bambu disatukan dengan menggunakan perekat dari sarang kelulut (sejenis lebah hutan berukuran kecil). Alat musik ini menghasilkan nada pentatonik. keledi dimainkan untuk mengiringi nyanyian tradisional, tarian, teater tutur (berupa syair dalam nyanyian yang berisi nasihat dan petuah) serta saat upacara adat pada suku bangsa Dayak.
4.Kubeh
Kubeh adalah alat musik tabuh dayak yang secara khusus dimiliki oleh masyarakat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat. Kubeh termasuk perkusi dalam tradisi gendang besar dan kebanyak sekarang dimainkan dalam ensambel musik Dayak Kanayatn untuk mengiring tari atau pertunjukan musik secara tunggal. Dulunya alat musik ini termasuk sakral dan tidak boleh dimainkan disembarang tempat, karena alat musik kubeh hanya boleh dimainkan dalam tradisi Totokng, atau tradisi memandikan kepala kayau (memandikan kepala orang mati yang dipenggal kepalanya untuk keperluan tertentu).
Kubeh sterbuah dari kayu asam atau durian. Lingkar membran berkisar 50cm sampai 60cm. Tinggi kubeh berkisar 110cm sampai 120cm. Badannya diukir dengan motif khas Dayak Kalimantan Barat. Berat berkisar 16kg. Menerima pesanan sesuai keinginan (bentuk dan besaran kubeh).
5.Solekng
Solekng merupakan alat musik tiup berlubang enam yang termasuk instrumen jenis Aerophone atau golongan alat musik yang sumber bunyinya disebabkan oleh sirkulasi udara. Aerophone adalah udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik sebagai penyebab bunyi (Pono Banoe, 1984: 13). Solekng tidak digunakan dalam upacara, tetapi digunakan dalam ansambel Jonggan.
Cara memainkannya ditiup sambil menempelkan bibir pada lubang tiup, sedang jari-jari kedua tangan digunakan untuk membuka dan menutup lubang nada. Pada beberapa sub suku Dayak di Kalimantan ditemukan juga suling degan lubang empat dengan bentuk sama dengan suling Maniamas. Pada bagian suling ini terdapat lubang yang kalau dimainkan ditutup dengan ibu jari.
Solekng atau suling dalam tradisi musik Dayak Kanayatn dibagai menjadi dua jenis, yaitu Solekng Maniamas dan Solekng Sabak. Solekng Maniamas adalah suling yang buku’ (ruas) atau bagian pangkalnya diraut dan diperkecil untuk membuat lubang tiup. Bagian pangkal diberi bambu tipis melingkar sesuai dengan lingkar pangkal Solekng dan besar lubang tiup. Solekng jenis ini sering disebut dengan Solekng vertikal.
Solekng Sabak adalah sebuah suling bambu yang pada pangkal dan ujungnya tidak memiliki buku’ seperti yang terdapat pada suling Maniamas. Lubang tiup instrumen ini terletak dibagian belakang dekat pangkal, sejajar dengan lubang nada. Bagian dalam belakang diberi sumpal (penyumbat) yang biasanya terbuat dari karet bundar untuk menahan sirkulasi angin agar tidak keluar dan menjadi bunyi.
6.Ketubokng/Tuma
Ketubokng adalah alat musik tabuh khas Dayak Kalimantan Barat. Alat musik ketubong termasuk alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan dua tangan. Masyarakat Dayak Kanayatn menyebut alat musik ketubokng dengan nama Tuma.
Badan alat musik ketubokng terbuat dari kayu durian atau asam yang dipanaskan atau dikeringkan dengan cara tradisional (disalai). Pada bagian atas terdapat membran dari kulit kambing yang disamak secara manual. Bagian leher diikat dengan rotan berfungsi untuk menempelkan membran pada badan (tawang). Panjang katubokng berkisar 70cm sampai 80cm dengan lingkar membran berkisar 17cm sampai 22cm. Perkiraan berat sekitar 3kg.
7. Dau atau Amadakng
Dau atau Amadakng adalah alat musik Dayak yang terbuat dari logam yang bentuknya menyerupai Bonang dalam Gamelan Jawa. Instrumen ini terdiri dari delapan buah instrumen yang ditempatkan dalam satu rancakan memanjang. Rancakannya dibuat persegi empat dengan penyangga dari tali di bagian bawah. Keseluruhan instrumen ini mempunyai ukuran hampir sama antara satu dengan lainnya, yaitu diameter lingkaran atas sekitar 25 cm-28 cm, diameter lingkaran bawah sekitar 26 cm-27 cm, dan diameter lingkaran Bujal (pencon) sekitar 3 cm-4 cm.
Alat Musik Dau dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
Dau dimainkan dua orang, yaitu pemain Dau we’nya (Dau satu) berada di sebelah kanan yang tugasnya memainkan nada-nada rendah dan pemegang tabuhan dasar, sedangkan pemain Dau Naknya (Dau dua) berada di sebelah kiri yang bertugas memainkan nada-nada tinggi untuk memberi variasi permainan Dau We’nya.
Cara instrumen Dau ditabuh dengan dua tangan menggunakan stik yang terbuat dari kayu berukuran panjang 25 cm-30 cm dan berdiameter sekitar 2 cm sampai 2,5 cm. Dau we’nya memainkan nada-nada pokok lagu dan memberikan penekanan pada nada tertentu dalam sebuah lagu, sedangkan Dau naknya memberi variasi permainan untuk mengambil nada-nada yang tidak terdapat pada Dau wenya, sehingga membentuk akor tertentu untuk mengiringi lagu yang dibawakan.
Setiap anak Dau mempunyai nama sendiri-sendiri. Adapun nama dan nada masing-masing anak Dau adalah sebagai berikut :
Buah labu dan batang-batang bambu disatukan dengan menggunakan perekat dari sarang kelulut (sejenis lebah hutan berukuran kecil). Alat musik ini menghasilkan nada pentatonik. keledi dimainkan untuk mengiringi nyanyian tradisional, tarian, teater tutur (berupa syair dalam nyanyian yang berisi nasihat dan petuah) serta saat upacara adat pada suku bangsa Dayak.
4.Kubeh
Kubeh adalah alat musik tabuh dayak yang secara khusus dimiliki oleh masyarakat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat. Kubeh termasuk perkusi dalam tradisi gendang besar dan kebanyak sekarang dimainkan dalam ensambel musik Dayak Kanayatn untuk mengiring tari atau pertunjukan musik secara tunggal. Dulunya alat musik ini termasuk sakral dan tidak boleh dimainkan disembarang tempat, karena alat musik kubeh hanya boleh dimainkan dalam tradisi Totokng, atau tradisi memandikan kepala kayau (memandikan kepala orang mati yang dipenggal kepalanya untuk keperluan tertentu).
Kubeh sterbuah dari kayu asam atau durian. Lingkar membran berkisar 50cm sampai 60cm. Tinggi kubeh berkisar 110cm sampai 120cm. Badannya diukir dengan motif khas Dayak Kalimantan Barat. Berat berkisar 16kg. Menerima pesanan sesuai keinginan (bentuk dan besaran kubeh).
5.Solekng
Solekng merupakan alat musik tiup berlubang enam yang termasuk instrumen jenis Aerophone atau golongan alat musik yang sumber bunyinya disebabkan oleh sirkulasi udara. Aerophone adalah udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik sebagai penyebab bunyi (Pono Banoe, 1984: 13). Solekng tidak digunakan dalam upacara, tetapi digunakan dalam ansambel Jonggan.
Cara memainkannya ditiup sambil menempelkan bibir pada lubang tiup, sedang jari-jari kedua tangan digunakan untuk membuka dan menutup lubang nada. Pada beberapa sub suku Dayak di Kalimantan ditemukan juga suling degan lubang empat dengan bentuk sama dengan suling Maniamas. Pada bagian suling ini terdapat lubang yang kalau dimainkan ditutup dengan ibu jari.
Solekng atau suling dalam tradisi musik Dayak Kanayatn dibagai menjadi dua jenis, yaitu Solekng Maniamas dan Solekng Sabak. Solekng Maniamas adalah suling yang buku’ (ruas) atau bagian pangkalnya diraut dan diperkecil untuk membuat lubang tiup. Bagian pangkal diberi bambu tipis melingkar sesuai dengan lingkar pangkal Solekng dan besar lubang tiup. Solekng jenis ini sering disebut dengan Solekng vertikal.
Solekng Sabak adalah sebuah suling bambu yang pada pangkal dan ujungnya tidak memiliki buku’ seperti yang terdapat pada suling Maniamas. Lubang tiup instrumen ini terletak dibagian belakang dekat pangkal, sejajar dengan lubang nada. Bagian dalam belakang diberi sumpal (penyumbat) yang biasanya terbuat dari karet bundar untuk menahan sirkulasi angin agar tidak keluar dan menjadi bunyi.
6.Ketubokng/Tuma
Ketubokng adalah alat musik tabuh khas Dayak Kalimantan Barat. Alat musik ketubong termasuk alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan dengan cara ditabuh menggunakan dua tangan. Masyarakat Dayak Kanayatn menyebut alat musik ketubokng dengan nama Tuma.
Badan alat musik ketubokng terbuat dari kayu durian atau asam yang dipanaskan atau dikeringkan dengan cara tradisional (disalai). Pada bagian atas terdapat membran dari kulit kambing yang disamak secara manual. Bagian leher diikat dengan rotan berfungsi untuk menempelkan membran pada badan (tawang). Panjang katubokng berkisar 70cm sampai 80cm dengan lingkar membran berkisar 17cm sampai 22cm. Perkiraan berat sekitar 3kg.
7. Dau atau Amadakng
Dau atau Amadakng adalah alat musik Dayak yang terbuat dari logam yang bentuknya menyerupai Bonang dalam Gamelan Jawa. Instrumen ini terdiri dari delapan buah instrumen yang ditempatkan dalam satu rancakan memanjang. Rancakannya dibuat persegi empat dengan penyangga dari tali di bagian bawah. Keseluruhan instrumen ini mempunyai ukuran hampir sama antara satu dengan lainnya, yaitu diameter lingkaran atas sekitar 25 cm-28 cm, diameter lingkaran bawah sekitar 26 cm-27 cm, dan diameter lingkaran Bujal (pencon) sekitar 3 cm-4 cm.
Alat Musik Dau dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
- Instrumen yang membawakan Balungan (inti melodi)
- Instrumen yang mengisi melodi.
Dau dimainkan dua orang, yaitu pemain Dau we’nya (Dau satu) berada di sebelah kanan yang tugasnya memainkan nada-nada rendah dan pemegang tabuhan dasar, sedangkan pemain Dau Naknya (Dau dua) berada di sebelah kiri yang bertugas memainkan nada-nada tinggi untuk memberi variasi permainan Dau We’nya.
Cara instrumen Dau ditabuh dengan dua tangan menggunakan stik yang terbuat dari kayu berukuran panjang 25 cm-30 cm dan berdiameter sekitar 2 cm sampai 2,5 cm. Dau we’nya memainkan nada-nada pokok lagu dan memberikan penekanan pada nada tertentu dalam sebuah lagu, sedangkan Dau naknya memberi variasi permainan untuk mengambil nada-nada yang tidak terdapat pada Dau wenya, sehingga membentuk akor tertentu untuk mengiringi lagu yang dibawakan.
Setiap anak Dau mempunyai nama sendiri-sendiri. Adapun nama dan nada masing-masing anak Dau adalah sebagai berikut :
- Dau terkecil disebut Panangkekng dengan nada 1 (do) satu oktav lebih tinggi dari nada dasar yang ditempatkan di sebelah kiri rancakan
- Panuna’ bernada 6 (la) ditempatkan di sebelah Panangkekng
- Panyantel bernada 5 (sol) ditempat di sebelah kanan Panuna’
- Panimpak bernada 3 (mi) ditempatkan di sebelah kanan Panyantel
- Panarodot bernada 2 (re) ditempatkan di sebelah kanan Panimpak
- Paninga’ bernada 1 (do standard) ditempatkan di sebelah kanan Panimpak
- Panodot bernada 6 (la) di bawah nada dasar dan ditempatkan di sebelah kanan Paninga’
- Pangantor bernada 5 (sol) yang ditempatkan di sebelah kanan Panodot.
Entebong adalah alat musik tradisional Kalimantan Barat yang terbuat dari kayu dan kulit binatang.Berbeda dengan Keledik dan Sapek, alat musik Entebong ini bentuknya seperti gendang yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik satu ini terdapat di Kabupaten Sekadau yang dibuat oleh suku Dayak Mualang.
Balikan juga termasuk alat musik tradisional Kalimantan Barat yang hampir mirip sekali dengan sapek. Memainkannya juga dengan cara dipetik yang dibuat oleh Suku Dayak di daerah Kapuas Hulu.
Kangkuang dibuat dari kayu yang di tengahnya dilubangi dan diukir dengan bentuk sedemikian rupa. Meskipun informasi yang saya dapat, Kangkuang dubuat oleh suku Dayak Banuaka yang terletak di Kapuas Hulu. Kangkuang juga bisa di kategorikan sebagai musik perkusi.
Kangkuang yang mempunyai ukiran unik telah menjadi ciri khas dari alat musik pada daerah hulu sungai Kapuas ini. Terkadang Kangkuang mempunyai bentuk ukiran yang bisa dibilang “seram” pada design alat musik tradisional Kangkuang.
Beberapa suku Dayak lain menyebut alat musik ini dengan nama Klenang. Sollokanong dibuat dari kuningan atau kayu dan dibentuk lebih kecil dari gong atau terbuat dari kayu, penggunanya harus satu set.
Klenang digunakan oleh 2 orang dengan masing-masing orang tersebut memainkan perannya (memainkan 2-3 buah) yang memiliki ukuran kecil biasanya pemain utama memainkan semuanya, dan diiringi oleh tabuhan Gong dan Gendang. Biasanya untuk mengawalinya Klenang diawali dengan lantunan pantun.
Kelontak adalah salah satu alat musik khas dayak terbuat dari bambu yang dibentuk secara khusus. Kelontak adalah alat musik yang biasa digunakan pada masa panen di daerah Hulu,kelontak dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kecil,dalam satu orang pemain jumlah kelontak yang dipegang adalah 2 buah,yang diletakan pada jari manis dan kelingking. Kelontak sering dimainkan masyarakat dayak untuk menyambut masa panen.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Alat Musik Tradisional Provinsi Kalimantan Barat, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
COMMENTS