Tari Tarek Pukat Tarian Tradisional Provinsi Aceh Tarek Pukat merupakan salah satu dari bentuk kesenian yang merupakan wujud kebudayaa...
Tari Tarek Pukat Tarian Tradisional Provinsi Aceh
Tarek Pukat merupakan salah satu dari bentuk kesenian yang merupakan wujud kebudayaan hasil olah pikir, gagasan masyarakat pesisir Aceh. Tarek Pukat adalah gambaran aktivitas masyarakat pesisir yang memiliki rasa keindahan (estetika) yang ditimbulkan dari gerak, syair, dan musik. Setiap komponen terdapat kearifan lokal yang memiliki makna, isi pesan tentang norma-norma sosial, nilai-nilai budaya, dan sebagai wujud kebudayaan yang mengatur sistem sosial dalam menata aktivitas kehidupan sosial masyarakatnya. Tari Tarek Pukat ini difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong.Tarek Pukat adalah sebuah tarian yang menceritakan tentang keseharian masyarakat aceh dalam mencari nafkah. Tari Tarek Pukat merupakan satu tarian yang menjadi bagian dalam tari Meusare-sare. Bagian pertama dalam tarian Meusare-Sare adalah Tari Tob Pade dan bagian kedua adalah tari Tarek Pukat. Tari ini diciptakan oleh seniman Aceh bernama Yusrizal pada tahun 1958 dalam rangka persiapan Kongres Pemua II tahun 1960 di Bandung. Tarian ini menggambarkan bagaimana masyarakat aceh dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya pada masyarakat daerah pesisir pantai aceh. Formasi dalam tarian yang ditarikan bersama-sama menggambarkan bagaimana sifat gotong-royong dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Dalam bahasa aceh, tarek pukat berarti menarik jala ikan, dimana kegiatan ini berlangsung di daerah pesisir, yang merupakan kegiatan rutin para nelayan. Kegiatan tarek pukat sangat kental akan kebudayaan aceh, sebagai mana kita tau daerah aceh di kelilingi oleh pesisisr laut. Selain itu, tarek pukat merupakan sebuah tarian daerah yang dimana tarian ini menggambarkan tentang kegiatan “menarek pukat”
Mengingat provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagian besar di kelilingi oleh pesisir pantai, maka, tarian ini sangat mencerminkan keadaan orang-orang aceh pesisir. Selain itu, tarian tarek pukat biasanya diiringi oleh musik ”serune kala” dimana alunan musiknya sangat tradisional dan kental akan kebudayaan aceh sendiri.
Tarian tarek pukat biasanya di tarikan oleh 7 sampai 9 orang wanita, dan 4 atau 5 orang laki-laki yang mengiringi tarian ini. Pada dasarnya, gerakan tarian ini sangatlah sederhana, dan mudah untuk di pelajari, dimana para wanita berdiri dan duduk sambil merangkai rangkaian tali yang mencerminkan jaring ikan, lalu para laki-laki mengiringi tarian ini di belakan para wanita dengan memperagakan gerakan yang mencerminkan seseorang menangkap ikan.
Di era sekarang, tarian ini sudah banyak berkembang, baik dari segi gerakan, pakaian adat, maupun aransemen musik yang mengiringinya, namun perubahan-perubahan yang terjadi tidak terlalu mencolok dan tidak melenceng dari bentuk tarian aslinya, yang penting, pada dasarnya, tarian ini merupakan warisan kebudayaan Aceh yang harus kita jaga dan kita lestarikan, terutama kepada anak-anak muda yang kurang mencintai kebudayaan daerah.
Sejarah Tari Tarek Pukat
Menurut sejarahnya, Tari Tarek Pukat terinspirasi dari tradisi menarek pukat atau tradisi menarik jala yang sering dilakukan oleh masyarakat Aceh, Khususnya masyarakat di daerah pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Konon kegiatan menarek pukat ini sudah dilakukan masyarakat pesisir Aceh sejak lama.
Saat menangkap ikan, mereka melepas dan menarik jala tersebut secara gotong royong. Setelah selesai menangkap ikan, hasil yang mereka dapatkan tadi akan dibagi-bagikan kepada warga yang ikut serta saat menarek pukat tadi.Tradisi tersebut kemudian direfleksikan dalam sebuah tari yang disebut dengan Tari Tarek Pukat ini.
Mengenal Sosok Yuslizar Sebagai Pencipta Tari Tarek Pukat
Dilahirkan di Banda ceh pada tanggal 23 Juli 1937, Yuslizar merupakan anak pertama dari dua bersaudara hasil pernikahan Bagindo Nazar dengan Nafisah. Dari pernikahan tersebut lahirlah dua orang anak yaitu anak pertama bernama Yuslizar dan anak kedua bernama Martini. Pekerjaan dari ayah Yuslizar adalah seorang polisi dan ibunya adalah seorang guru. Mereka sering berpindah-pindah tugas dari Aceh selatan, Singkel, Sibreh, Banda Aceh dan ibunya pernah mengajari di SD Ole-Lhe.
Sejak kecil bakat seninya telah telihat, pada saat duduk di bangku Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri 1 medan ia telah mengikuti kursus-kursus tari di medan. Setelah menamatkan SMEA, ia berkiprah dibidang tari di Langsa, disana ia tinggal bersama pamannya.
Pada tahun 1959 A.K Abdullah yang bertugas sebagai ROHDAM (Rohani Kodam) I Iskandar Muda menjumpai beberapa seniman aceh yang salah satunya adalah Yuslizar, beliau menceritakan pengalamannya selama bertugas diluar aceh kepada Yuslizar. Menceritakan bahwa beliau sering melihat tarian sirih dalam acara-acara resmi sebagai tanda penghormatan terhadap tamu yang datang. Dari ide tersebug maka lahirlah tari Ranup Lampuan.
Selama hidupnya Yuzlizar hidup seorang diri, ia tidak menikah dan tidak memiliki keturunan. Pada tanggal 6 Januari 1982 ia meninggal dunia karena penyakit kolestrol, jenazah beliah disemayamkan di rumah keluarga Priatno dan dimakamkan di TPU Keudah Banda Aceh.
Fungsi Dan Makna Tari Tarek Pukat
Selain difungsikan sebagai bentuk seni pertunjukan, Tari Tarek Pukat ini juga difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
Selain difungsikan sebagai bentuk seni pertunjukan, Tari Tarek Pukat ini juga difungsikan sebagai bentuk apresiasi terhadap budaya dan tradisi masyarakat Aceh pesisir, khususnya saat menangkap ikan di laut. Tarian ini dimaknai sebagai gambaran sikap gotong royong dan semangat kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam sebuah tarian.
Makna Tari Tarek Pukat Sebagai Komunikasi Nonverbal
Dalam tarian Tarek Pukat, komunikasi yang terjalin bukan dengan bertatap muka dengan komunikasi dua arah, tetapi merupakan tindakan yang dilakukan oleh para penari kepada penontok untuk bertukar makna yang dikirimkan melalui tari Tarek Pukat dan diterima penonton secara sadara untuk mendapatkan umpan balik. Umpan balik tersebut dimaksudkan dengan mengkomunikasikan ungkapan perasaan penonton terhadap tari tersebut. Bentuk komunikasi dalam tari ini adalah busana, nada dan suara, musik, ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Bentuk dari pesan komunikasi nonverbal sangat luas, mulai dari faktor internal (intonasi, penampilan dan cara bersikap) hingga eksternal dari komunikator (suasana, waktu, dan jarak). Aspek tersebut menjadi sebuah kesatuan dari bentuk pesan yang disampaikan. Suasana komunikasi (ruang, suhu, cahaya dan warna), unsur-unsur pernyataan diri (pakaian, sentuhan/perabaan, waktu), gerak tubuh (bentuk-bentuk gerakan tubuh, kontak mata, ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, penggunaan gerakan tubuh), unsur paralinguistic (karakteristik suara, gangguan suara) (Liliweri, 1994:113).
Pada tari Tarek Pukat, komunikasi nonverbal dilihat dari busana yang pakai, ekspresi wajah, musik, dan gerak tarian. Pesan yang disampaikan dalam tarian Tarek Pukat adalah pesan moral dan makna yang dikomunikasikan dalam pesan nonverbal.
Makna Busana dalam Tari Tarek Pukat
Busana tari dapat dijadikan identitas bagi sebuah tarian. Hal ini dikarenakan tema tari sering dimaknakan atau disimbolkan dari aspek busananya. Selain itu, pakaian atau busana merupakan ekspresi penting tentang makna dan sebuah bentuk komunikasi. (Carbaugh Hasting 2011:459). Kostum busana tari Tarek Pukat dibuat secara khusus, baik secara desain dan bentuk. Penata kostum memiliki peran besar dalam andil memunculkan warna dan keserasian dalam busana tari Tarek Pukat. Tidak ada bentuk busana dan warna yang baku dalam busana tarian Tarek Pukat. Hanya yang baku adalah bentuk dasar yang mencerminkan busana khas Aceh semata. Namun dalam menggunaan warna dan tambahan didalam busana tersebut hanyak bergantung dari penata busana dari kelompok tari tersebut saja. Busana tari Tarek Pukat termasuk dalam kategori busana pertunjukan.
Dalam tari Tarek Pukat, mempunyai dua busana yang berbeda antara penari pria dan wanita. Oleh karena itu dapat dilihat gambar busana yang dipakai dalam tari Tarek Pukat sebagai makna dari tari tersebut:
Kostum/Busana Tari Tarek Pukat
- Busana Wanita
- Busana Bagian Atas
- Baju Songket
- Baju songket aceh merupakan pakaian khas aceh yang berlengan panjang yang berwarna biru muda. Bagian atas berlengan panjang longgar. Baju ini digunakan untuk menutupi tubuh bagian atas agar terlihat sopan.
- Busana Bagian Bawah
- Kain Songket Aceh
- Kain songket digunakan untuk menutup celana panjang bagian dalam yang biasanya lebih tipis. Ini dimaksudkan untuk menutupi bentuk tubuh bagian pinggang kebawah agar tidak terlihat membentuk dikarenakan menggunakan celana bahan hitam serupa legging yang umumnya lebih ketat dan membentuk.
- Celama Bahan
- Celana bahan terletak di dalam kain songket yang berguna menutup bagian kaki sampei mata kaki. Karena kultur agama islam yang kuat ini dimaksudkan untuk menutup aurat wanita dengan menggunakan celana tambahan di dalam kain songket. Biasanya celana tersebut berbentuk legging yang agak ketat. Namun setelah tertutup oleh kain songket dari pinggul sampai dengan lutut, bentuk bokong akan tertutupi hingga lutut oleh kain songket.
- Aksesoris
- Hiasan Kepala
- Hiasana kepala khas Aceh digunakan untuk menambah estetika dalam sebuah busana tari pertunjukan. Hiasan ini berbeda-beda antara sanggar satu dengan sanggar lainnya. Penggunaan bentuh hiasan sesuai dengan penata rias dari penari tersebut.
- Kerudung
- Kerudung digunakan untuk menutupi aurat kepala. Tarian ini kental dengan budaya Aceh. Kita ketahui bahwa Aceh dijuluki Serambi Mekah. Kultur islam sangat kental dalam tarian ini. Dimana penari menutup aurat mereka dalam melakukan tarian.
- Ikat Pinggang
- Ikat pinggang digunakan untuk mengganjal kain songket agar tidak terlepas. Ikat pinggang disatukan dengan kain songket yang fungsinya untuk memberikan warna lebih kuat dan sabuh terlihat indah dan rapi.
- Tali
- Tali digunakan sebagai properti dalam tarian. Pada tarian ini, tali akan dirajut selama tarian berlangsung hingga menyerupai jala ikan. Hakikat dari tarian ini adalah keseharian masyarakat aceh dalam mencari nafkah khususnya masyarakat yang berada dipesisir pantai Aceh yang mencari nafkah dengan menjadi nelayan ikan laut. Tali yang digunakan biasanya tali tambang kecil yang biasa digunakan anak pramuka.
- Warna Busana
- Warna busana tari Tarek pukat pada wanita adalah perpaduan antara warna biru, emas, dan sedikit aksen warna hitam. Warna biru dan emas lebih dominan pada busana tari yang dikenakan oleh wanita. Biru memiliki makna lembut, anggun, dan sejuk. Sedangkan warna emas melambangkan kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi.
- Busana Pria
- Busana Bagian Atas
- Baju Songket
- Baju songket yang dikenakan oleh penari pria pada dasarnya hampir sama dengan yang digunakan oleh wanita. Yang membedakan hanyakalah bahan dan bentuk baju yang dikenakan oleh pria.
- Busana Bagian Bawah
- Celana Songket
- Cenala songket panjang yang digunakan untuk menutupi bagian bawah dari penari pria. Ada beberapa sanggar seni yang menggunakan celana songket Aceh dan ditambahkan dengan kain songket Aceh yang mirip dengan yang dikenakan oleh penari wanita. Itu hanya tergantung dari penata busana dari sanggar tersebut
- Aksesoris
- Ikat Kepala
- Ikat kepala terbuat dari kain bermotif yang diikatkan dikepala penari pria. Ini melambangkan kerja keras dan pantang menyerah dalam mencari nafkah untuk keluarga.
- Topi Jerami
- Topi jerami yang digunakan adalah topi jerami biasa. Fungsinya adalah untuk melindungi dari panas matahari saat bekerja mencari nafkah. Pada tarian ini topi jerami merepresentasikan keadaan sebenarnya dalam menjadi nafkah
- Warna Busana
- Pada busana pria yang lebih dominan adalah warna hitam dan emas. Hitam adalah warna yang melambangkan keanggunan, kemakmuran, percaya diri, kuat, maskulin, dramatis, misterius dan ketegasan. Sedangkan warna emas mencerminkan prestis (kedudukan), kesehatan, keamanan, kegembiraan, kebijakan, arti, tujuan, pencarian kedalam hati, kekuatan mistis, ilmu pengetahuan, perasaan kagum, konsentrasi
Pada budaya aceh kecenderungan penggunaan warna adalah warna hitam dan emas. Warna lain hanya sebagai tambahan saja. Dapat kita lihat dalam pakaian adat aceh warna yang bermain adalah warna hitam dan emas.
Prinsip disain memiliki komposisi dari keseimbangan seperti simetris, ukuran, aksentuitas pemakaian aksesoris tambahan pada baju misalnya, harmoni yaitu keserasian warna, kontras tetapi warnanya tidak bertabrakan jadi tetap serasi, repitisen, kontinyuitas, dan kesinambungan satu dengan lainnya. Pembuatan dari busana haruslan memiliki filosofi, memudahkan penari dalam bergerak,dan minimalis dalam artian sederhana tetapi mempunyai nilai lebih, maka dari itu dalam busana ini permainan warna menjadi menonjol dan memiliki pesan yang menjadi satu kesatuan agar memberikan kesan indah bila dilihat oleh penonton.
Perpaduan warna biru, emas dan hitam pada busana wanita memberikan kesan anggun, berani dan berkelas. Sedangkan pada busana pria hanya memadukan warna hitam dan emas yang memberikan kesan berani, pantang menyerah, dan elegan pada pemakainya.
Perpaduan warna biru, emas dan hitam pada busana wanita memberikan kesan anggun, berani dan berkelas. Sedangkan pada busana pria hanya memadukan warna hitam dan emas yang memberikan kesan berani, pantang menyerah, dan elegan pada pemakainya.
Makna dari busana ini adalah mengajarkan kepada masyarakat untuk tetap berjuang keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya, memancarkan kekuatan dalam bertahan hidup pada penari pria dan memberikan kesan lembut, anggun dan elegan pada penari wanita.
Makna Facial Expresion dalam Tari Tarek Pukat
Bagi penari, ekspresi wajah merupakan sebuah saluran kekuatan antara penari dan penonton dengan makna yang berlaku dalam konteks social budaya. Ekspresi merupakan suatu ungkapan untuk memperkuat atau mempertegas suatu maksud tertentu. Seperti pada tari ini, ekspresi wajahnya dimiliki oleh penari tari Tarek Pukat. Makna-makna ini tidak hanya dibuat dan diperlihatkan kepada penonton tetapi harus ada interaksi dengan mereka.
Ekspres dalam tari Tarek Pukat dapat diklasifikasikan seperti:
- Kontak Mata/Pandangan
- Pandangan para penari Tarek Pukat ini fokus. Tidak banyak memainkan pandangan. Bagi penari wanita, pandangan lebih focus kepada merajut jala ikan dengan penjiwaan dan keseriusan. Sedangkan penaria pria juga sama, tidak banyak melakukan kontak mata dengan penonton. Pandangan mereka terfokus kepada suatu kerjaan mereka. Seolah-olah para penari ini sedang melakukan pekerjaan masing-masing dalam mencari nafkah dengan menjadi nelayan.
- Bibir/Senyuman
- Permainan atau gerakan bibir dalam tari Tarek Pukat ini hanya sekedar senyum biasa. Tidak ada senyum centil dalam tarian ini. Senyum yang dipancarkan dari bibir seorang penari memiliki maksud-maksud tertentu. Namun yang lebih banyak pada tarian ini adalah senyum keseharian saat bekerja dengan ikhlas dalam mencari nafkah.
Oleh karena itu makna dari ekspresi wajah dalam tarian ini adalah bagaimana keseharian kehidupan masyarakat Aceh khususnya masyarakat Aceh yang tinggal di pesisir pantai yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Keseriusan dalam bekerja dan keihklasan untuk menjalankan hidup dengan sepenuhnya serta rasa syukur kepada ALLAH.Secara kasat mata, ekspresi pada tarian ini tidak terlalu memperlihatkan keceriaan yang seperti melakukan sebuah permainan, melainkan keceriaan dan keihklasan dalam melakukan sebuah pekerjaan dalam mencari nafkah. Kontak mata dan senyuman merupakan komunikasi melalui isyarat yang dilakukan oleh penari dan diterima oleh penonton, secara tidak langsung penari memberikan pesan nonverbal yaitu facial kepada penonton untuk memahami maksud dari tarian ini.
Pengiring Tari Tarek Pukat
Makna Musikal Tari Tarek Pukat
Makna Musikal Tari Tarek Pukat
Musik yang mengiringi Tari Tarek Pukat mempunyai karakter yang riang yang dihasilkan dari alat musik pukul dan alat tiup. Alat musik pukul yang digunakan dalam pementasan Tari Tarek Pukat. Alat musik pukul ini bernama Rapai dan alat musik tiup ini bernama Seruna Kala.
Musik yang dihasilkan dari ketukan rapai ini bertempo cepat dan keras sehingga menghasilkan hentakan yang menumbuhakan rasa semangat. Para penari yang bergerak dengan lincah seirama dengan irama musik. Ditampah lagi dengan alunan dari seruna kala yang merupakan alat musik tiup yang memiliki karakter lembut yang dimaksudkan untuk mengimbangi bunyi ketukan irama dari rapai yang menghentak-hentak. Perpaduan dari music ini memberikan makna bahwa dalam menjalani kehidupan dan mencari nafkah haruslah dengan bersemangat dan dengan sepenuh hati.
Para penonton ketika mereka datang ke suatu pertunjukan tari kemudian mereka mendengar sekaligus melihat tariannya maka akan timbul perasaan yang dapat dirasakan namun terkadang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, dan secara tidak langsung perasaan itulah yang dapat menjadi makna musikal terhadap tari Tarek Pukat.
Makna Lirik Musik Tari Tarek Pukat
Pada lirik lagu yang mengiringi tarian Tarek Pukat menggambarkan keadaan dimana para masyarakat pesisir yang mencari nafkah dengan menjadi nelayan. Berikut adalah analisis dari lirik lagu Tarek Pukat:
- Lirik: Kayoh… Kayoh… Kayoh
Arti: Kayuk…Kayuh…Kayuh
Koreografi: para penari memasuki panggung atau stage tempat performens
Kata kayoh diteriakan sebanyak tiga kali merupakan ungkapan untuk memanggil para nelayan lelaki untuk turun kelaut, menjalankan kapal mereka, dan mulai menangkap ikan.
- Lirik: tarek pukat rakan beuh
Arti: tarik jarring saudara (rekan sekalian)
Koreografi: para penari wanita duduk bersaf sambil merajut jala.
Pada lirik ini, memilik makna bahwa setiap manusia haruslah berusaha dalam memenuhi nafkah mereka. Mereka melakukannya dengan cara bergotong-royong. Kebersamaan dan sifat gotong-royong merupakan nilai yang disampaikan.
- Lirik: lam buleun lam suepot
Arti: ditengah bulan dan gelap
Koreografi: para wanita masih merajut jala dan penari pria menari mengelilingi penari wanita.
Biasanya menjala ikan dilakukan pada malam hari dan kembali ke pantai pada pagi hari. Mencari nafkah tanpa kenal lelah dalam memenuhi kehidupan sehari-hari menjadi keharusan bagi setiap manusia.
- Lirik: ka rheut ungkot jeunara, ungkot jeunara
Arti: sudah terjerat ikan jeunara. Ikan jeunara
Koreografi: para wanita mempertunjukan jala yang telah dirajut dan diiringi penari pria.
Setelah bekerja keras, tentu akan mendapatkan hasil yang setimpal dengan apa yang mereka kerjakan. Memperoleh hasil tangkapan dan mensyukuri setiap rezeki yang didapat.
Dalam tari Tarek pukat, musik menjadi hal yang pentik dalam mengiringi sebuah gerakan tarian. Oleh karena itu, musikal pada tari ini membangkitkan emosi penikmat yaitu rasa bersemangat, senang, dan motivasi utamanya adalah kegembiraan. Hal ini dapat diasumsikan berdasarkan bahwa penelitian musikal ini telah menarik emosi penonton pada pertunjukan tarian ini.
Makna Gerak Tubuh (Gesture) dalam Tari Tarek Pukat
Pada dasarnya, setiap gerakan dalam tarian Tarek pukat ini menceritakan bagaimana keseharian dari kehidupan masyarakat yang berada dipesisir pantai dan mencari nafkah dengan menjadi nelayan. Kehidupan dari keluarga nelayan yang diangkat pada tarian ini. Dimana sepadang suami istri bahu-membahu dalam mencari nafkah untuk menyambung hidup.
Gerakan ini tidak dilakukan secara sengaja dengan berfikir secara berlebihan untuk gerakan tetapi dengan mengalirkan jiwa dan emosi yang dimiliki oleh setiap orang maka gerakan ini berlangsung dengan sendirinya. Oleh karena itu gerakan dalam tari harus memiliki penjiwaan yang mendalam untuk menyampaikan pesan dan ekspresi kepana penonton.
Pertunjukan Tari Tarek Pukat
Dalam Tarian Tarek Pukat, awalnya penari wanita yang berjumlah 9 orang membawa 8 utas tali, perhatikan penari paling kiri tidak memegang apapun (hanya memposisikan tangan seperti memegang tali). Seiring dengan pergantian irama musik, gerakan berubah menjadi mengarahkan gulungan tali di tangan kanan ke belakang penari sebelah kanan, dan penari disebelah kanan memasukkan badannya ke dalam gulungan tali tersebut.
Ketika gerakan tersebut mencapai penari ke 9, gerakan diputar balik, dan disini terjadi proses penyilangan tali, membentuk mobius strip, sehingga tali satu dengan lainnya saling mengikat. Gerakan terus berulang tergantung berapa ruas jaring yang ingin dibuat. Jika ingin memperbanyak ruas horizontal jaring, maka jumlah putaran tarian harus lebih banyak. Sedangkan jika ingin memperbanyak ruas vertikal jaring, maka yang diperbanyak adalah jumlah penari.
Pertunjukan Tari Tarek Pukat
Dalam Tarian Tarek Pukat, awalnya penari wanita yang berjumlah 9 orang membawa 8 utas tali, perhatikan penari paling kiri tidak memegang apapun (hanya memposisikan tangan seperti memegang tali). Seiring dengan pergantian irama musik, gerakan berubah menjadi mengarahkan gulungan tali di tangan kanan ke belakang penari sebelah kanan, dan penari disebelah kanan memasukkan badannya ke dalam gulungan tali tersebut.
Ketika gerakan tersebut mencapai penari ke 9, gerakan diputar balik, dan disini terjadi proses penyilangan tali, membentuk mobius strip, sehingga tali satu dengan lainnya saling mengikat. Gerakan terus berulang tergantung berapa ruas jaring yang ingin dibuat. Jika ingin memperbanyak ruas horizontal jaring, maka jumlah putaran tarian harus lebih banyak. Sedangkan jika ingin memperbanyak ruas vertikal jaring, maka yang diperbanyak adalah jumlah penari.
Pola topologi dan mobius strip memang cukup mudah dilihat pada tarian ini, sebab ia memiliki produk. Dan penggunaan topologi tersebut tentunya bertujuan untuk membentuk produk akhir yang menjadi klimaks dari tarian. Pola akhir yang ditunjukkan tersebut membuat penonton mengerti berbagai tujuan gerakan sebelumnya, sehingga semua gerakan berhubungan satu sama lain. Karena tarian ini menggambarkan kehidupan nelayan, ada kemungkinan kehidupan mereka dipenuhi dengan topologi dan mobius strip yang tercermin dalam gerakan tali ini.
Formasi dalam tari tarek pukat
NO | Runtutan Gerak | Keterangan |
---|---|---|
1 | Penari wanita memasuki panggung | Memasuki panggung dengan bersama-sama berjalan bersama-sama |
2 | Penari pria menyusul memasuki panggung | Memasuki panggung dengan mengambil posisi dibelakang penari wanita |
3 | Penari wanita duduk bersimpu | Penari wanita duduk bersimpu |
4 | Penari pria memutari penari wanita | Menari seraya memutari penari wanita |
5 | Penari wanita berdiri | Penari memperagakan jala yang telah dirajut bersama |
6 | Penari pria dan wanita mengakhiri tarian | Kedua penari menutup tarian dengan membentangkan jala ikan secara bersamaan. |
©DTECHNOINDO |
Gerakan tari tarek pukat ini diambil dari keseharian kehidupan masyarakat pesisir pantai yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan tradisional. Apabila difilosifikan atau diartikan satu per satu maka tidak akan menyatu. Gerak tari yang karya seniman kreatif ini mengandung keindahan dan makan. Seperti kata Jakob Sumardjo (2000: 154).
“karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengartian menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja, dalam kerya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Pendandangan tidak berkata apa-apa atau tidak menyampaikan pesan apapun, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu”Gerakan tari Tarek Pukat mengandung keindahan dari setiap gerakangan tangan, kepala dan kakinya juga menyampaikan makna. setiap gerakan memiliki makna-makna didalamnya.
Makna gerakan secara keseluruhan adalah menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir pantai Aceh yang berprofesi sebagai nelayan. Kearifan lokal yang terkandung dalam tarian ini adalah cara dan peralatan yang digunakan dalam mencari nafkah dikesharian masyarakat Aceh. Peralatan yang digunakan dalam mencari penghidupan sebagaimana tergambar melalui tari tersebut misalnya, jaring, alu, sampan, dan berbagai peralatan lainnya. Hal ini mencerminkan bagaimana masyarakat Aceh mampu menjaga kelangsungan sumber daya yang ada.
Pada umumnya seni tari budaya memiliki berbagai komunikasi, salah satunya komunikasi nonverbal, selain itu tari Tarek Pukat mempunyai makna yang tidak sekedar dibuat atau dicetak kemudian ditampilkan kepada masyarakat atau penonton saja, tetapi dibuat melalui interaksi dengan cara mempertunjukan tarian tersebut kepada publik. Sekecil apapun bentuk makna yang tersimpan pada tarian ini merupakan pesan komunikasi yang disampaikan kepada masyarakat.
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tetapi melalui bahasa tubuh juga peryataan diri, ekspresi wajah, warna, busana, suara yang membantu mengkomunikasikan verbalnya. Pesan yang disampaikan yaitu moral yang berkaitan dengan kearifan local rakyat pesisir pantai Aceh dalam mencari nafkah. Berdasarkan komunikasi nonverbal Tari Tarek Pukat, tarian ini memiliki klasifikasi nonverbal yang dapat dilihat dari busana,ekspresi wajah, musik dan gerakan tari. Klasifikasi tersebut menjadi alat komunikasi nonverbal untuk menyampaikan pesan dan makna kepada masyarakat atau penonton.
Kesimpulan
- Tari Tarek Pukat mempunyai perbedaan busana antara penari pria dan wanita. Pada pria menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang serta hiasan ikat kepala dan topi jerami. Sedangkan pada wanita, menggunakan baju songket lengan panjang, celana legging hitam yang ditutup oleh kain songket dan juga aksesoris yang digunakan berupa hiasan kepala, kerudung, ikat pinggang dan tali sebagai property menari. Makna dari busana tari ini adalah Mencerminkan ketekunan, kelembutan dan keanggunan (khususnya busana wanita) serta memiliki nilai kesopanan sesuai dengan ajaran islam yang melekat kuat di bumi Aceh.
- Facial Eksprecion pada tarian Tarek pukat terdiri dari senyuman dan tampilan wajah yang serius, makan Facial Ekspresion adalah Keseriusan, keuletan, dan keihlasan dalam setiap bekerja dan mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Musik dalam tarian Tarek Pukat terdiri dari penggunaan alat musik rapai dan serune kala serta menggunakan lirik lagu yang dinyanyikan bersama-sama oleh para penari wanita yang mempunyai makna dan penjiwaan yang membangkitkan emosi semangat, senangn motivasi, kegembiraan dan keuletan dalam mencari nafkah untuk menyambung hidup bagi masyarakat.
- Gerakan tari Tarek Pukat terdiri dari formasi yang dimainkan dan gerakan setiap penarinya. Penari pria dan wanita mempunyai gerakan yang berbeda namun menciptakan penampilan yang memukau dan sinergi. Makna dari gerakan tarian Tarek Pukat adalah kehidupan masyarakat pesisir pantai Aceh yang berprofesi sebagai nelayan. Kearifan lokal yang terkandung dalam tarian ini adalah cara dan peralatan yang digunakan dalam mencari nafkah dikesharian masyarakat Aceh. Peralatan yang digunakan dalam mencari penghidupan sebagaimana tergambar melalui tari tersebut misalnya, jaring, alu, sampan, dan berbagai peralatan lainnya.
- Tari Tarek Pukat merupakan bagian dari Meusare-sare yang berarti bersama-sama atau bergotong-royong dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman tari asal Aceh yang bernama Yuslizar pada tahun 1958 atau 1959 dalam rangka persiapan Kongres Pemuda II tahun 1960 di Bandung. Dari busana, music, ekspresi dan gerakan tubuh tari Tarek Pukat merupakan bukti kreatifitas seniman, menginspirasi bagi generasi muda, memotivasi dan menghibur masyarakat.
- Tari Tarek Pukat merupakan komunikasi nonverbal untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat atau penonton. Klasifikasi komunikasi nonverbal dalam tari Tarek Pukat dapat dilihat dari busana, ekspresi wajah, musik, dan gerak tubuh.
- Makna dari tari Tarek pukat adalah menggambarkan kehidupan masyarakat Aceh, khususnya yang berada atau berdomisili di sekitar pesisir pantai yang bersama-sama atau bergotong-royong dalam mencari nafkah bagi penghidupan dirinya dan keluarganya.
Saran
- Diharapkan banyak bermunculan tarian yang membawa kearifan lokal dan memiliki makna yang lebih mendalam tentang budaya yang ada di Indonesia pada umumnya dan di Aceh pada khususnya.
- Seniman pada umumnya diharapkan untuk lebih berkreasi lagi dalam memperkenalkan budaya khususnya di Aceh yang menjadi kebanggaan dan kecintaan bagi masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
- Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
- Berger, Peter L. and Thomas Luckmann 1996. The Social Construction of Reality A Treatise in The Sociology of Knowladge, New York
- Effendy, Onong Uchjana. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
- Endraswara, Suwardi.2003. Metodelogi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers
- Foss. Littlejohn. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: salemba Humanika
- Gerungan, W.A.2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Refika Aditama
- Koentjaraningrat.1999. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
- Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
- Moleong, Lexy. J. 1998. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
- https://geometryarchitecture.wordpress.com/2014/06/15/tarian-cerminan-hidup-yang-penuh-dengan-topologi/amp/. 2009. Tari Aceh. Banda Aceh: No Government Individual
- Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
- W. Syam, Nina. 2011. Psikologi sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
- [1] [2]
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Tari Tarek Pukat Tarian Tradisional Provinsi Aceh, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Lake maaf sigolomjih bang,
BalasHapusGambar diagram grafis Tarek Pukat yg abg ambil merupakan gambar yang saya buat untuk analisa kuliah saya tahun 2014 di blog https://geometryarchitecture.wordpress.com/2014/06/15/tarian-cerminan-hidup-yang-penuh-dengan-topologi/
mohon dicantumkan sumbernya ya bg, karena itu saya buat berdasarkan penelitian saya waktu itu makanya ada kata-kata mobius strip. Ditakutkan terjadi kesalahpahaman bagi pembaca yang tidak mengetahui tarian ini sebelumnya.
Teurimong Gaseh.
Telah dicantumkan pada referensi link ke 2. Terima Kasih Telah berkunjung.
BalasHapus