Tradisi Pernikahan Palembang - Provinsi Sumatera Selatan Kategori: Upacara Tradisional Indonesia, Upaca Pernikahan Topik: Upacara Trad...
Tradisi Pernikahan Palembang - Provinsi Sumatera Selatan
Pada zaman kesultanan Palembang berdiri sekitar abad 16 lama berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot, bibit dan bebet. Pada masa sekarang ini perkawinan ditentukan oleh kedua pasang calon mempelai pengantin itu sendiri. Untuk memperkaya pemahaman dan persiapan pernikahan.
Tahapan - Tahapan Tradisi Pernikahan Adat Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
A. Sebelum Pernikahan
1. Madik
Madik berasal dari bahasa Berasal dari kata bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan. Madik dalam upacara adat pernikahan Palembang adalah langkah awal bagi keluarga mempelai laki-laki untuk menikahkan anaknya. Adapun yang diselidiki tentang wanita tersebut antara lain adalah tingkah laku, kecantikannya, dan keturunannya. Biasanya, penyelidikkan dilakukan oleh seorang perempuan dari pihak laki-laki yang sudah berusia tua yang dipercaya dan berpengalaman. Tugasnya melakukan pengamatan atau penelitian terhadap sang gadis (calon menantu), maupun lingkungan keluarga mereka. Pengamatan dimaksud dilakukan secara diam-diam dari jauh dan hasil pengamatan itu kemudian dilaporkan kepada pihak keluarga pria.
Di dalam proses madik atau penyelidikan tentunya sudah ada tanda-tanda apakah harapan yang diinginkan sudah atau belum didapatkan. Jika dalam tahapan penyelidikan berjalan lancar seperti keinginan pihak keluarga laki-laki, maka selanjutnya menuju tahapan-tahapan berikutnya.
Di dalam adat pernikahan Palembang pada zaman sekarnag, madik sudah tidak cocok untuk dipakai karena kebanyakan dari kedua calon mempelai sudah saling kenal.
2. Menyenggung
Menyenggung (Menyengguk atau sengguk) berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya memasang "pagar" agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain). Menyenggung adalah pernyataan tujuan penegasan maksud keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Untuk maksud itu, biasanya dikirim seorang utusan ke rumah keluarga perempuan. Guna melakukan penjajakan atau pembicaraan pendahuluan dengan pihak keluarga perempuan mengenai minat atas diri si gadis keluarga tersebut.
3. Ngebet
Berasan berasal dari bahasa Melayu artinya bermusyawarah, yaitu bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar. Pertemuan antara dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang diminta oleh pihak si gadis dan apa yang akan diberikan oleh pihak pria. Pada kesempatan itu, si gadis berkesempatan diperkenalkan kepada pihak keluarga pria. Biasanya suasana berasan ini penuh dengan pantun dan basa basi. Setelah jamuan makan, kedua belah pihak keluarga telah bersepakat tentang segala persyaratan perkawinan baik tata cara adat maupun tata cara agama Islam. Pada kesempatan itu pula ditetapkankapan hari berlangsungnya acara "mutuske kato".
Setelah mengetahui hal-hal yang paling kecil sekalipun, maka keluarga calon mempelai laki-laki mengutus beberapa orang untuk melamar pada pihak keluarga calon mempelai wanita. Utusan ini dipimpin oleh seorang yang pandai berbicara, baik masalah adat maupun masalah-masalah yang lainnya.
Rombongan utusan ini membawa sangkek-sangkek yang berisi bahan-bahan mentah, seperti: Gula, gandum, telur, dan lain-lain. Jumlah sangkek-sangkek ini selalu ganjil, yaitu: tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Jumlah sangkek-sangkek ini juga menunjukkan tingkat kemampuan sosial ekonomi dari keluarga pihak mempelai laki-laki.
5. Mutus Kato
Mutus kato atau mutusi rasan dalam bahasa Palembang berarti membuat perembuk untuk mengambil kata sepakat tentang kapan hari dan tanggal pernikahan akan dilangsungkan dan dengan cara bagaimana dan apa persyaratannya. Di dalam acara mutus kato tersebut utusan pihak keluarga lelaki terdiri dari sembilan orang, dan dengan membawa sembilan tenong, lazimnya pembawa tenong itu terdiri dari perempuan.
Adapun hal-hal yang biasanya dibahas pada saat mutus kato ini yang sifatnya dianggap final antara lain:
6. Nganterke Belanjo
Prosesi nganterke belanjo biasanya dilakukan sebulan atau setengah bulan bahkan beberapa hari sebelum acara Munggah. Prosesi ini lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi saja. Uang belanja (duit belanjo) dimasukkan dalam ponjen warna kuning dengan atribut pengiringnya berbentuk manggis.
Hantaran dari pihak calon mempelai pria ini juga dilengkapi dengan nampan-nampan paling sedikit 12 buah berisi aneka keperluan pesta, antara lain berupa terigu, gula, buah-buahan kaleng, hingga kue-kue dan jajanan. Lebih dari itu, diantar pula’enjukan’ atau permintaan yang telah ditetapkan saat mutuske kato, yakni berupa salah satu syarat adat pelaksanaan perkawinan sesuai kesepakatan.
B.Persiapan Menjelang Akad Nikah
Ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan terhadap calon pengantin wanita yang biasanya dipercaya berkhasiat untuk kesehatan kecantikan, yaitu betangas. Betangas adalah mandi uap, kemudian Bebedak setelah betangas, dan bepacar. Dulunya kegiatan ini di lakukan seseorang yang bertindak sebagi pelayang pengantin yang bertindak sebagai “Temu Jero” di mana seluruh kegiatan di atas di lakukan oleh beliau selama beberapa hari tersebut sampai dengan acara terakhir yaitu ratiban.
1. Betangas.
2. Bebedak
Bebedak istilah untuk mendandai calon penganten secantik mungkin dari tatanan rambut, muka badan kaki tangan dan keseluruhannya.
3. Bepacar
Berpacar (berinai) yang diberikan pada seluruh kuku kaki dan tangan dan juga telapak tangan dan kaki yang disebut pelipit. Pacar ini juga menandakan bahwa mereka akan memasuki kehidupan baru sebagai pasangan rumah tangga. Ada satu lagi kegiatan yang di fungsikan untuk mengetahui dan menelusuri silsiah dan ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah yaitu ziarah.
C. Pelaksanaan Pernikahan
1. Upacara Akad Nikah
Menyatukan sepasang kekasi menjadi suami istri untuk memasuki kehidupan berumahtangga. Upacara ini dilakukan dirumah calon pengantin pria, seandainya dilakukan dirumah calon pengantin wanita, maka dikatakan 'kawin numpang'. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan masa, kini upacara akad nikah berlangsung dikediaman mempelai wanita. Sesuai tradisi bila akad nikah sebelum acara Muggah, maka utusan pihak wanita terlebih dahulu ngantarke keris ke kediaman pihak pria.
Bila akad nikah ini dilakukan jauh hari sebelum acara munggah dan akad nikah tersebut di lakukan di tempat pengantin perempuan maka pengantin pria akan pulang ke rumahnya, dan kembali saat pagi sebelum acara munggah.
2.Ngocek Bawang
Ngocek Bawang diistilahkan untuk melakukan persiapan awal dalam menghadapi hari munggah. Pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak dan lain sebagainya disiapkan pada hari ini. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari sebelum acara munggah.
Selanjutnya pada esok harinya sehari sebelum munggah, dilakukan acara ngocek bawang besak. Seluruh persiapan berat dan perapian segala persiapan yang belum selesai dikerjakan pada waktu ini. Daging, ayam dan lain sebagainya disiapkan saat munggah, mengundang (ngulemi) ke rumah besannya, dan si pihak yang di ulemi pada masa ngocek bawang wajib datang, biasannya pada masa ini diutus dua oarang yaitu wanita dan pria.
3. Munggah
Pelaksanaan Munggah dilakukan dirumah kediaman keluarga pengantin wanita. Sebelum prosesi Munggah dimulai terlebih dahulu dibentuk formasi dari rombongan pria yang akan menuju kerumah kediaman keluarga pengantin wanita. Sebelum prosesi Munggah dimulai terlebih dahulu dibentuk formasi yang akan berangkat menuju rumah pengatin wanita.
Formasi itu adalah :
- Kumpulan (grup) Rudat
Pada saat pengantin lelaki di antar kembali ke tempat pengantin prempuan sebelum acara munggah dan diarak pakai rebana. Mempelai laki-laki diantar oleh keluarganya dengan membawa barang-barang, dari bahan makanan sampai pakaian, yang diletakkan di dalam nampan atau hidangan, namanya “gawaan”.
Mempelai laki-laki didampingi seorang pendamping, yang membawa bunga langsir. Ini melambangkan penyerahkan dari pihak laki-laki untuk diterimakannya menjadi keluarga pada pihak wanita. Arak-arakan ini dinamakan “munggah”.
- Kuntau (Pencak Silat) dan Pembawa Bunga Langsih
Pada saat kedatangan ini biasanya di awali dengan berbalas pantun dan atraksi buka palang pintu dari pencak silat, dan Pengatin Pria yang diapit oleh kedua orang tua, dua orang pembawa tombak, seorang pembawa payung pengantin, didampingi juru bicara, pembawa bunga langsih dan pembawa ponjen adat serta pembawa hiasan adat dan gegawan ,yang terpenting dari kedatangan ini adalah bunga langsih (bunga yang di maksud terserah jenis bungnya apa yang penting enak di pandang dan sekarang banyak juga yang mengganti bunga langsih ini dengan bunga plastik) yang harus di bawa karena kalau tidak ada pengantin tidak akan dapat masuk kerumah pengantin perempuan.
Pada saat sampai ini maka pengantin perempuan akan memberikan kain tajung dan kemeja kepada pengantin pria “Pemapak” dan dibuatkan “jerambah” (kain panjang biasa atau dari selendang songket yang di bentangkan dari pintu masuk sampai ke pintu kamar pengantin).
4. Suap-suapan & Cacap-cacapan
-Suap-suapan
Kedua acara ini pada di bawakan oleh perempuan baik dari pembawa acara, pelantun pantun, pembaca doa, begitu juga dengan yang melakukan suapan dengan pengantin, pada saat di tempat acara pengantin perempuan duduk di belakang pengantin pria dan di lakukan suapan dari nasi kunyit panggang ayam (mirip seperti tumpeng).
- Cacapan-cacapan
Untuk cacap-capan ritual yang di lakukan sama seperti suap-suapan tetapi untuk cacap-cacapan ini berupa air bunga yang di usapkan di dahi dan ubun-ubun (seputaran kepala), untuk sekarang biasanya kedua acara di atas sudah di campur antara perempuan dan laki-laki jadi ada juga yang melakukan cacap-cacapan adalah laki-laki ayah dari pengantin perempuan dan pengantin laki-laki.
Tetapi sekarang ini karena perubahan zaman biasanya setelah kedua acara di atas langsung ke tempat acara resmi seperti ke tenda atau gedung tempat di langsungkannya resepsi pernikahan.
D. SETELAH PERNIKAHAN
1. Nganter Bangkeng
Setelah acara munggah selesai, malamnya rombongan muda-mudi dari pihak laki-laki datang ke rumah mempelai wanita untuk mengantarkan pakaian-pakaian mempelai laki-laki. Muda-mudi dari pihak laki-laki ini disambut oleh muda-mudi dari pihak wanita dengan mengadakan acara gayung bersambut (Ningkuk) sampai larut malam. Inilah yang dinamakan acara “nganter bangkeng”.
Hari Perayaan I:
Hari perayaan biasanya di adakan keesokan harinya di rumah mempelai laki-laki (Jika pada saat munggah sudah di tempat perempuan). Pada hari perayaan ini, kedua mempelai dijemput oleh pihak keluarga mempelai laki-laki untuk dibawa ke rumah keluarga mempelai laki-laki, untuk mengadakan suatu acara yang dinamakan “perayaan”. Acara perayaan ini khusus untuk remaja putri atau gadis-gadis saja, dengan memakai dan mengenakan baju kebaya dan berkain panjang serta berselendang. Hiburannya adalah orkes melayu atau orkes gambus.
Zaman dulu perayaan ini bukan hanya ada juga yang di sebut “Fatayat” yaitu kumpulan ibu-ibu terutama dari pengajian berkumul dengan membaca puji-pujian kepada allah ataupun tadarusan.
Musik yang di pakai pada saat itu adalah Orkes tanjidor yang ber irama melayu tetapi untuk acara saweran biasyanya penyanyinya adalah “banci’yang sudah di dandani bukan seperti sekarang acara Orgen Tunggal dengan penyanyi wanita yang seksi.
2. Nyanjoi
Rombongan muda-mudi dari pihak mempelai wanita datang ke rumah mempelai laki-laki. Kedatangannya disambut oleh muda-mudi dari pihak mempelai laki-laki dan diisi dengan acara gayung bersambut. Inilah yang dinamakan “nyanjoi penganten”.
Hari Perayaan II:
Kedua mempelai dijemput oleh pihak keluarga mempelai wanita untuk dibawa ke rumah mempelai wanita. Maksud penjemputan ini adalah untuk mengadakan acara perayaan yang kedua kalinya, karena perayaan yang pertama sudah diadakan di rumah mempelai laki-laki. Acara perayaan ini tidak jauh berbeda dengan yang diadakan di rumah mempelai laki-laki yang lalu.
3.Mandi Simburan.
Setelah acara perayaan di rumah mempelai wanita ini selesai, pada sore harinya ada lagi acara pengantin mandi dan diikuti oleh semua keluarga. Acara ini dinamakan “mandi simburan”.
Pada acara ini di siapkan tempat (baskom) yang berisi air dan bunga dan juga rangkaian dari janur untuk prosesi mandi simburan ini, selain kedua mempelai kemeriahaan acara ini di ikuti oleh seluruh keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat acara berlangsung umumnya kalau acara mandi simburan ini sudah berlangsung seluruhnya bisa basah.
Setelah mandi simburan ini maka secara resmi pengantin dapat berkumpul untuk melakukan hubungan badan, dan keesokan harinya sebelum di lakukannya “ratiban” maka pengantin laki-laki pulang ke rumah nya untuk memberi tahukan kepada orang tuanya bahwa mereka sudah berkumpul sebagai tanda pengantin laki-laki memberikan emas atau pakaian sebagai "tanda" atau “UPA” bahwa mereka sudah berkumpul.
Salah satu fungsi utama temu/tunggu jero yang berfungsi di sini adalah bahwa kalau di antara pengantin ada yang merasa kecewa misalnya ketahuan bahwa perempuan tersebut tidak “perwan lagi” atau pengantil laki-laki ternyata sudah memiliki istri sebelumnya maka orang yang pertama di kasih tau adalah “temu/tunggu jero”, oleh karena itulah pada zaman dahulu masyarakat Palembang sangat sedikit sekali yang melakukan perceraian dan juga dapat berfungsi sebagai penanggal atau penjaga keselamatan berlangsungnya seluruh acara perkawinan yang kemungkinan akan ada gangguan dari orang yang tak senang.
4. Beratip
Akhir acara pihak keluarga mempelai wanita mengadakan acara, “beratip”. Acara ini sebagai penutup dari semua acara yang telah diadakan oleh pihak keluarga kedua mempelai. Acara ini juga untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan rahmat-Nya kepada keluarga yang telah mengadakan semua acara dengan sukses dan selamat. Umumnya acara ini sekarang di lakukan pada Kamis malam atau malam Jumat walaupun pada dulunya sering di lakukan pada sabtu malam atau malam Minggu.
Ratib ini bukan hanya untuk penutup acara pengantin tetapi juga untuk acara-acara selamatan rumah baru, kenaikan pangkat, baru sembuh dari sakit dan beberapa acara lainnya oleh sebab itu ada juga yang di kenal dengan ratib saman.
Dalam upacara perkawinan adat Palembang, peran kaum wanita sangat dominan, karena hampir seluruh kegiatan acara demi acara diatur dan dilaksanakan oleh mereka. Pihak lelaki hanya menyiapkan "ponjen uang". Acara yang dilaksanakan oleh pihak lelaki hanya cara perkawinan dan acara beratib yaitu acara syukuran disaat seluruh upacara perkawinan sudah diselesaikan.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Tradisi Pernikahan Palembang - Provinsi Sumatera Selatan, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Via
Mahligai “Inspirasi Pernikahan Adat Palembang”, Edisi ke-5 2007
[1][2][3]
Kategori: Upacara Tradisional Indonesia, Upaca PernikahanTiap daerah di Indonesia itu pasti punya adat yang unik banget, salah satunya adalah adat melamar. Nah, salah satu daerah yang memiliki adat melamar cukup unik di Indonesia adalah Palembang. Ibukota provinsi Sumatera Selatan ini diketahui punya adat melamar yang masih kuat, unik dan bisa dibilang cukup ribet. Melihat adat perkawinan Palembang, jelas terlihat bahwa busana dan ritual adatnya mewariskan keagungan serta kejayaan raja-raja dinasti Sriwijaya yang mengalami keemasan di Semananjung Melayu berabad silam.
Topik: Upacara Tradisional;Sumatera Selatan; Palembang
Asal Lokasi : Sumatera Selatan
Pada zaman kesultanan Palembang berdiri sekitar abad 16 lama berselang setelah runtuhnya dinasti Sriwijaya, dan pasca Kesultanan pada dasarnya perkawinan ditentukan oleh keluarga besar dengan pertimbangan bobot, bibit dan bebet. Pada masa sekarang ini perkawinan ditentukan oleh kedua pasang calon mempelai pengantin itu sendiri. Untuk memperkaya pemahaman dan persiapan pernikahan.
Cara di bawah ini sesuai dengan adat tapi seiring perkembangan zaman bisa saja dimodifikasi sesuai kesepakatan keluarga dan kemampuan.Saat akan memasuki jenjang pernikahan menurut adat istiadat perkawinan Palembang, banyak tahap yang mesti dilalui.
Tahapan - Tahapan Tradisi Pernikahan Adat Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
A. Sebelum Pernikahan
1. Madik
Madik berasal dari bahasa Berasal dari kata bahasa Jawa Kawi yang berarti mendekat atau pendekatan. Madik dalam upacara adat pernikahan Palembang adalah langkah awal bagi keluarga mempelai laki-laki untuk menikahkan anaknya. Adapun yang diselidiki tentang wanita tersebut antara lain adalah tingkah laku, kecantikannya, dan keturunannya. Biasanya, penyelidikkan dilakukan oleh seorang perempuan dari pihak laki-laki yang sudah berusia tua yang dipercaya dan berpengalaman. Tugasnya melakukan pengamatan atau penelitian terhadap sang gadis (calon menantu), maupun lingkungan keluarga mereka. Pengamatan dimaksud dilakukan secara diam-diam dari jauh dan hasil pengamatan itu kemudian dilaporkan kepada pihak keluarga pria.
via thebridedept.com
Dalam pengamatan ini untuk mengetahui asal-usul, silsilah, dan gelarnya masing-masing. Gelar suku Palembang ada empat (4) tingkatan, antara lain:
Laki-laki
|
Perempuan
|
---|---|
Raden
|
Raden Ayu
|
Masagus
|
Masayu
|
Kemas
|
Nyimas
|
Kiagus Nyayu
|
Nyayu
|
Di dalam adat pernikahan Palembang pada zaman sekarnag, madik sudah tidak cocok untuk dipakai karena kebanyakan dari kedua calon mempelai sudah saling kenal.
2. Menyenggung
Menyenggung (Menyengguk atau sengguk) berasal dari bahasa Jawa kuno yang artinya memasang "pagar" agar gadis yang dituju tidak diganggu oleh sengguk (sebangsa musang, sebagai kiasan tidak diganggu perjaka lain). Menyenggung adalah pernyataan tujuan penegasan maksud keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan. Untuk maksud itu, biasanya dikirim seorang utusan ke rumah keluarga perempuan. Guna melakukan penjajakan atau pembicaraan pendahuluan dengan pihak keluarga perempuan mengenai minat atas diri si gadis keluarga tersebut.
via images.weddingku.com
Selanjutnya, berlangsunglah pembicaraan yang berkaitan dengan maksud tersebut, tetapi belum mengikat dan belum mengarah kepada hal-hal yang mendalam. Bahkan apabila ternyata si gadis yang dimaksud sudah ada yang mengikat atau melamarnya, maka pembicaraan akan terhenti sampai di situ saja. Apabila belum ada yang melamar, maka biasanya dibicarakan tentang waktu, tanggal dan bulan rencana kedatangan utusan pihak keluarga laki-laki guna menyampaikan lamaran resminya.3. Ngebet
Via kapanlagi.com
Bila proses sengguk telah mencapai sasaran, maka kembali keluarga dari pihak pria berkunjung dengan membawa tenong sebanyak 3 buah, masing-masing berisi terigu, gula pasir dan telur itik. Pertemuan ini sebagai tanda bahwa kedua belah pihak keluarga telah "nemuke kato" serta sepakat bahwa gadis telah 'diikat' oleh pihak pria. sebagai tanda ikatan, utusan pria memberikan bingkisan pada pihak wanita berupa kain, bahan busana, ataupun benda berharga berupa sebentuk cincin, kalung, atau gelang tangan.Untuk adat menyengguk dan ngebet sudah sangat jarang di lakukan pada karenakan pergerseran dan kemajuan zaman, untuk negbet pada saat sekarang sama seperti “tunangan”.4. Berasan
Berasan berasal dari bahasa Melayu artinya bermusyawarah, yaitu bermusyawarah untuk menyatukan dua keluarga menjadi satu keluarga besar. Pertemuan antara dua pihak keluarga ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang diminta oleh pihak si gadis dan apa yang akan diberikan oleh pihak pria. Pada kesempatan itu, si gadis berkesempatan diperkenalkan kepada pihak keluarga pria. Biasanya suasana berasan ini penuh dengan pantun dan basa basi. Setelah jamuan makan, kedua belah pihak keluarga telah bersepakat tentang segala persyaratan perkawinan baik tata cara adat maupun tata cara agama Islam. Pada kesempatan itu pula ditetapkankapan hari berlangsungnya acara "mutuske kato".
Via 4.bp.blogspot.com
Dalam tradisi adat Palembang dikenal beberapa persyaratan dan tata cara pelaksanaan perkawinan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak keluarga, baik secara syariat agama Islam, maupun menurut adat istiadat. Menurut syariat agama Islam, kedua belah pihak sepakat tentang jumlah mahar atau mas kawin, Sementara menurut adat istiadat, kedua pihak akan menyepakati adat apa yang akan dilaksanakan, apakah adat Berangkat Tigo Turun, adat Berangkat duo Penyeneng, adat Berangkat Adat Mudo, adat Tebas, ataukah adat Buntel Kadut (Pihak pria memberikan uang baik untuk gegawan, acara sampai selesai) , dimana masing-masing memiliki perlengkapan dan persyaratan tersendiri.Setelah mengetahui hal-hal yang paling kecil sekalipun, maka keluarga calon mempelai laki-laki mengutus beberapa orang untuk melamar pada pihak keluarga calon mempelai wanita. Utusan ini dipimpin oleh seorang yang pandai berbicara, baik masalah adat maupun masalah-masalah yang lainnya.
Rombongan utusan ini membawa sangkek-sangkek yang berisi bahan-bahan mentah, seperti: Gula, gandum, telur, dan lain-lain. Jumlah sangkek-sangkek ini selalu ganjil, yaitu: tiga, lima, tujuh, dan seterusnya. Jumlah sangkek-sangkek ini juga menunjukkan tingkat kemampuan sosial ekonomi dari keluarga pihak mempelai laki-laki.
5. Mutus Kato
Mutus kato atau mutusi rasan dalam bahasa Palembang berarti membuat perembuk untuk mengambil kata sepakat tentang kapan hari dan tanggal pernikahan akan dilangsungkan dan dengan cara bagaimana dan apa persyaratannya. Di dalam acara mutus kato tersebut utusan pihak keluarga lelaki terdiri dari sembilan orang, dan dengan membawa sembilan tenong, lazimnya pembawa tenong itu terdiri dari perempuan.
Via Kapanlagi.com
Mutus kato adalah rentetan dari proses adat istiadat Palembang dalam menentukan calon menantu. Tahapan ini adalah tahapan yang terakhir atau tahapan final sebagai tanda keseriusan pihak laki-laki terhadap si gadis yang diinginkan sebagai menantu. Dalam acara inilah segala sesuatu yang sifatnya dianggap penting harus dikemukakan dan diutarakan dengan sejelas-jelasnya dan terbuka, apapun masalahnya yang ada kaitannya dengan masalah pernikahan.Adapun hal-hal yang biasanya dibahas pada saat mutus kato ini yang sifatnya dianggap final antara lain:
- Masalah mas kawin (mahar) adalah tentang bentuk, nilai dan berapa jumlah mas kawin atau mahar yang diminta si gadis (calon pengantin).
- Persetujuan bersama tentang jumlah bantuan pihak keluarga laki-laki, guna pembiayaan perayaan pernikahan di rumah pihak keluarga perempuan.
- Penetapan bersama tentang hari, tangggal dan bulan akan berlangsungnya upacara akad nikah, serta upacara perayaan pesta atau munggah.
- Tata cara adat yang akan diangkat dalam pelaksanaan perayaan pernikahan itu
6. Nganterke Belanjo
Prosesi nganterke belanjo biasanya dilakukan sebulan atau setengah bulan bahkan beberapa hari sebelum acara Munggah. Prosesi ini lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan kaum pria hanya mengiringi saja. Uang belanja (duit belanjo) dimasukkan dalam ponjen warna kuning dengan atribut pengiringnya berbentuk manggis.
B.Persiapan Menjelang Akad Nikah
Ada beberapa ritual yang biasanya dilakukan terhadap calon pengantin wanita yang biasanya dipercaya berkhasiat untuk kesehatan kecantikan, yaitu betangas. Betangas adalah mandi uap, kemudian Bebedak setelah betangas, dan bepacar. Dulunya kegiatan ini di lakukan seseorang yang bertindak sebagi pelayang pengantin yang bertindak sebagai “Temu Jero” di mana seluruh kegiatan di atas di lakukan oleh beliau selama beberapa hari tersebut sampai dengan acara terakhir yaitu ratiban.
1. Betangas.
Via radioaustralia.net.au
Merupakan mandi uap dengan ramuan rempah-rempah dimana kita duduk diatas kursi atau tempat yang telah di sediakan dan di bawah tempat duduk tersebut di berikan uap dari rebusan rempah-rempah, para calon pengantin menggunakan kain untuk menutupi seluruh badan kecuali muka, bahkan sebagian calon pengantin menutup secara keseluruhan. Betangas ini bertujuan untuk mengeluarkan keringat dan membersihkan pori-pori biar pada saat hari H diharapkan tidak banyak mengeluarkan keringat dan bau.2. Bebedak
Bebedak istilah untuk mendandai calon penganten secantik mungkin dari tatanan rambut, muka badan kaki tangan dan keseluruhannya.
3. Bepacar
Berpacar (berinai) yang diberikan pada seluruh kuku kaki dan tangan dan juga telapak tangan dan kaki yang disebut pelipit. Pacar ini juga menandakan bahwa mereka akan memasuki kehidupan baru sebagai pasangan rumah tangga. Ada satu lagi kegiatan yang di fungsikan untuk mengetahui dan menelusuri silsiah dan ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah yaitu ziarah.
C. Pelaksanaan Pernikahan
1. Upacara Akad Nikah
Menyatukan sepasang kekasi menjadi suami istri untuk memasuki kehidupan berumahtangga. Upacara ini dilakukan dirumah calon pengantin pria, seandainya dilakukan dirumah calon pengantin wanita, maka dikatakan 'kawin numpang'. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan masa, kini upacara akad nikah berlangsung dikediaman mempelai wanita. Sesuai tradisi bila akad nikah sebelum acara Muggah, maka utusan pihak wanita terlebih dahulu ngantarke keris ke kediaman pihak pria.
via demokrat.or.id
Pada zaman dahulu juga pada saat akad nikah ada timbangan dan kitab suci dimana Al Quran yang berarti rumah tangga untuk menjalankan syariat agama dan berlaku adil, dan karena berucap di depan Al Quran dan timbangan pada zaman dahulu jarang sekali terjadi perceraian karena takut kualat karena telah berucap.Bila akad nikah ini dilakukan jauh hari sebelum acara munggah dan akad nikah tersebut di lakukan di tempat pengantin perempuan maka pengantin pria akan pulang ke rumahnya, dan kembali saat pagi sebelum acara munggah.
2.Ngocek Bawang
Ngocek Bawang diistilahkan untuk melakukan persiapan awal dalam menghadapi hari munggah. Pemasangan tapup, persiapan bumbu-bumbu masak dan lain sebagainya disiapkan pada hari ini. Ngocek bawang kecik ini dilakukan dua hari sebelum acara munggah.
Selanjutnya pada esok harinya sehari sebelum munggah, dilakukan acara ngocek bawang besak. Seluruh persiapan berat dan perapian segala persiapan yang belum selesai dikerjakan pada waktu ini. Daging, ayam dan lain sebagainya disiapkan saat munggah, mengundang (ngulemi) ke rumah besannya, dan si pihak yang di ulemi pada masa ngocek bawang wajib datang, biasannya pada masa ini diutus dua oarang yaitu wanita dan pria.
3. Munggah
via 4.bp.blogspot.com
Prosesi ini merupakan puncak rangkaian acara perkawinan adat Palembang. Selain melibatkan banyak pihak keluarga kedua mempelai, juga dihadiri para tamu undangan. Munggah bermakna agar kedua pengantin menjalani hidup berumah tangga selalu seimbang atau timbang rasa, serasi dan damai.Pelaksanaan Munggah dilakukan dirumah kediaman keluarga pengantin wanita. Sebelum prosesi Munggah dimulai terlebih dahulu dibentuk formasi dari rombongan pria yang akan menuju kerumah kediaman keluarga pengantin wanita. Sebelum prosesi Munggah dimulai terlebih dahulu dibentuk formasi yang akan berangkat menuju rumah pengatin wanita.
Formasi itu adalah :
- Kumpulan (grup) Rudat
Pada saat pengantin lelaki di antar kembali ke tempat pengantin prempuan sebelum acara munggah dan diarak pakai rebana. Mempelai laki-laki diantar oleh keluarganya dengan membawa barang-barang, dari bahan makanan sampai pakaian, yang diletakkan di dalam nampan atau hidangan, namanya “gawaan”.
Mempelai laki-laki didampingi seorang pendamping, yang membawa bunga langsir. Ini melambangkan penyerahkan dari pihak laki-laki untuk diterimakannya menjadi keluarga pada pihak wanita. Arak-arakan ini dinamakan “munggah”.
- Kuntau (Pencak Silat) dan Pembawa Bunga Langsih
Pada saat kedatangan ini biasanya di awali dengan berbalas pantun dan atraksi buka palang pintu dari pencak silat, dan Pengatin Pria yang diapit oleh kedua orang tua, dua orang pembawa tombak, seorang pembawa payung pengantin, didampingi juru bicara, pembawa bunga langsih dan pembawa ponjen adat serta pembawa hiasan adat dan gegawan ,yang terpenting dari kedatangan ini adalah bunga langsih (bunga yang di maksud terserah jenis bungnya apa yang penting enak di pandang dan sekarang banyak juga yang mengganti bunga langsih ini dengan bunga plastik) yang harus di bawa karena kalau tidak ada pengantin tidak akan dapat masuk kerumah pengantin perempuan.
Pada saat sampai ini maka pengantin perempuan akan memberikan kain tajung dan kemeja kepada pengantin pria “Pemapak” dan dibuatkan “jerambah” (kain panjang biasa atau dari selendang songket yang di bentangkan dari pintu masuk sampai ke pintu kamar pengantin).
4. Suap-suapan & Cacap-cacapan
-Suap-suapan
Kedua acara ini pada di bawakan oleh perempuan baik dari pembawa acara, pelantun pantun, pembaca doa, begitu juga dengan yang melakukan suapan dengan pengantin, pada saat di tempat acara pengantin perempuan duduk di belakang pengantin pria dan di lakukan suapan dari nasi kunyit panggang ayam (mirip seperti tumpeng).
- Cacapan-cacapan
Untuk cacap-capan ritual yang di lakukan sama seperti suap-suapan tetapi untuk cacap-cacapan ini berupa air bunga yang di usapkan di dahi dan ubun-ubun (seputaran kepala), untuk sekarang biasanya kedua acara di atas sudah di campur antara perempuan dan laki-laki jadi ada juga yang melakukan cacap-cacapan adalah laki-laki ayah dari pengantin perempuan dan pengantin laki-laki.
Nasi kuning panggang ayam yg harus ada saat suap-suapan dan cacap-cacapan
Setelah acara ini biasanya di lakukan acara perjamuan dengan susunan makanan panjang di mana di tengahnya ada kelmplang “Tunjung”, srikaya, bolu kojo, bluder dan berbagai makanan lainnya (untuk di ingat biasanya kelmplang tunjung hanya di jadikan sebagai symbol tidak boleh di makan).Tetapi sekarang ini karena perubahan zaman biasanya setelah kedua acara di atas langsung ke tempat acara resmi seperti ke tenda atau gedung tempat di langsungkannya resepsi pernikahan.
D. SETELAH PERNIKAHAN
1. Nganter Bangkeng
Setelah acara munggah selesai, malamnya rombongan muda-mudi dari pihak laki-laki datang ke rumah mempelai wanita untuk mengantarkan pakaian-pakaian mempelai laki-laki. Muda-mudi dari pihak laki-laki ini disambut oleh muda-mudi dari pihak wanita dengan mengadakan acara gayung bersambut (Ningkuk) sampai larut malam. Inilah yang dinamakan acara “nganter bangkeng”.
Hari Perayaan I:
Hari perayaan biasanya di adakan keesokan harinya di rumah mempelai laki-laki (Jika pada saat munggah sudah di tempat perempuan). Pada hari perayaan ini, kedua mempelai dijemput oleh pihak keluarga mempelai laki-laki untuk dibawa ke rumah keluarga mempelai laki-laki, untuk mengadakan suatu acara yang dinamakan “perayaan”. Acara perayaan ini khusus untuk remaja putri atau gadis-gadis saja, dengan memakai dan mengenakan baju kebaya dan berkain panjang serta berselendang. Hiburannya adalah orkes melayu atau orkes gambus.
Zaman dulu perayaan ini bukan hanya ada juga yang di sebut “Fatayat” yaitu kumpulan ibu-ibu terutama dari pengajian berkumul dengan membaca puji-pujian kepada allah ataupun tadarusan.
Musik yang di pakai pada saat itu adalah Orkes tanjidor yang ber irama melayu tetapi untuk acara saweran biasyanya penyanyinya adalah “banci’yang sudah di dandani bukan seperti sekarang acara Orgen Tunggal dengan penyanyi wanita yang seksi.
2. Nyanjoi
Rombongan muda-mudi dari pihak mempelai wanita datang ke rumah mempelai laki-laki. Kedatangannya disambut oleh muda-mudi dari pihak mempelai laki-laki dan diisi dengan acara gayung bersambut. Inilah yang dinamakan “nyanjoi penganten”.
Hari Perayaan II:
Kedua mempelai dijemput oleh pihak keluarga mempelai wanita untuk dibawa ke rumah mempelai wanita. Maksud penjemputan ini adalah untuk mengadakan acara perayaan yang kedua kalinya, karena perayaan yang pertama sudah diadakan di rumah mempelai laki-laki. Acara perayaan ini tidak jauh berbeda dengan yang diadakan di rumah mempelai laki-laki yang lalu.
3.Mandi Simburan.
Setelah acara perayaan di rumah mempelai wanita ini selesai, pada sore harinya ada lagi acara pengantin mandi dan diikuti oleh semua keluarga. Acara ini dinamakan “mandi simburan”.
Pada acara ini di siapkan tempat (baskom) yang berisi air dan bunga dan juga rangkaian dari janur untuk prosesi mandi simburan ini, selain kedua mempelai kemeriahaan acara ini di ikuti oleh seluruh keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat acara berlangsung umumnya kalau acara mandi simburan ini sudah berlangsung seluruhnya bisa basah.
Setelah mandi simburan ini maka secara resmi pengantin dapat berkumpul untuk melakukan hubungan badan, dan keesokan harinya sebelum di lakukannya “ratiban” maka pengantin laki-laki pulang ke rumah nya untuk memberi tahukan kepada orang tuanya bahwa mereka sudah berkumpul sebagai tanda pengantin laki-laki memberikan emas atau pakaian sebagai "tanda" atau “UPA” bahwa mereka sudah berkumpul.
Salah satu fungsi utama temu/tunggu jero yang berfungsi di sini adalah bahwa kalau di antara pengantin ada yang merasa kecewa misalnya ketahuan bahwa perempuan tersebut tidak “perwan lagi” atau pengantil laki-laki ternyata sudah memiliki istri sebelumnya maka orang yang pertama di kasih tau adalah “temu/tunggu jero”, oleh karena itulah pada zaman dahulu masyarakat Palembang sangat sedikit sekali yang melakukan perceraian dan juga dapat berfungsi sebagai penanggal atau penjaga keselamatan berlangsungnya seluruh acara perkawinan yang kemungkinan akan ada gangguan dari orang yang tak senang.
4. Beratip
Akhir acara pihak keluarga mempelai wanita mengadakan acara, “beratip”. Acara ini sebagai penutup dari semua acara yang telah diadakan oleh pihak keluarga kedua mempelai. Acara ini juga untuk menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan rahmat-Nya kepada keluarga yang telah mengadakan semua acara dengan sukses dan selamat. Umumnya acara ini sekarang di lakukan pada Kamis malam atau malam Jumat walaupun pada dulunya sering di lakukan pada sabtu malam atau malam Minggu.
Ratib ini bukan hanya untuk penutup acara pengantin tetapi juga untuk acara-acara selamatan rumah baru, kenaikan pangkat, baru sembuh dari sakit dan beberapa acara lainnya oleh sebab itu ada juga yang di kenal dengan ratib saman.
Dalam upacara perkawinan adat Palembang, peran kaum wanita sangat dominan, karena hampir seluruh kegiatan acara demi acara diatur dan dilaksanakan oleh mereka. Pihak lelaki hanya menyiapkan "ponjen uang". Acara yang dilaksanakan oleh pihak lelaki hanya cara perkawinan dan acara beratib yaitu acara syukuran disaat seluruh upacara perkawinan sudah diselesaikan.
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Tradisi Pernikahan Palembang - Provinsi Sumatera Selatan, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
Via
Mahligai “Inspirasi Pernikahan Adat Palembang”, Edisi ke-5 2007
[1][2][3]
COMMENTS