Mengenal Lebih dekat Ondel Ondel Betawi Ondel-ondel atau juga dikenal dengan barongan atau barungan, sangat melekat dengan budaya Bet...
Mengenal Lebih dekat Ondel Ondel Betawi
Ke 8 ikon budaya betawi antara lain sebagai berikut :
- Ondel-ondel;
- [Kembang Kelapa];
- [Ornamen Gigi Balang];
- [Baju Sadariah];
- [Kebaya Kerancang];
- [Batik Betawi];
- [Kerak Telor]; dan
- [Bir Pletok].
Ondel – ondel
Bentuk atau desain Ondel - ondel
- Wajah laki-laki berwarna merah, alis hitam tebal, berkumis dan terlihat ramah
- Wajah perempuan berwarna putih, bermata hitam sayu, alis hitam melengkung, bulu mata lentik, bibir merah, telinga bergiwang atau beranting anting dan jidatnya bermahkota.
- Pakaian ondel-ondel laki-laki berwarna gelap dengan model baju pangsi, berselempang kain bermotif batik Betawi serta menggunakan ikat pinggang dan bawahan kain batik Betawi.
- Pakaian ondel-ondel perempuan memakai busana kebaya panjang atau baju kurung bermotif kembang-kembang dan bawahan kain batik Betawi dengan selendang atau selempang disangkutkan di pundak kiri ke arah pinggang kanan serta menggunakan ikat pinggang.
- Rambut terbuat dari ijuk warna hitam.
- Hiasan kepala yang disebut kembang kelapa (manggar)dengan jumlah 20 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki.
Filosofi atau makna Ondel – ondel : Sebagai perlambang kekuatan yang memiliki kemampuan memelihara keamanan dan ketertiban, tegar, berani, tegas, jujur dan anti manipulasi.Fungsi, penggunaan dan penempatan Ondel – ondel
- Sebagai pelengkap berbagai upacara adat tradisional masyarakat Betawi.
- Sebagai dekorasi pada acara seremonial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, festival, pentas artis asing, pameran, pusat perbelanjaan, Industri Pariwisata, gedung pertemuan dan area publik yang memungkinkan dari aspek estetika dan keselamatan umum.
- Penempatan di sisi kanan kiri pintu masuk, di lobby sebagai pelengkap photo (photo wall), dipanggung pementasan atau dalam bentuk visual di LED/Videotron, atau di tempat lain sesuai estetika.
Berdasarkan regulasi itu disebutkan bahwa secara filosofi ondel-ondel bermakna sebagai perlambang kekuatan yang memiliki kemampuan memelihara keamanan dan ketertiban, tegar, berani, tegas, jujur dan anti manipulasi.
Regulasi tersebut juga menyebutkan fungsi serta penggunaan dan penempatan ondel-ondel. Yakni sebagai pelengkap berbagai upacara adat tradisional masyarakat Betawi. Kemudian sebagai dekorasi pada acara seremonial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, festival, pentas artis asing, pameran, pusat perbelanjaan, industri pariwisata, gedung pertemuan dan area publik yang memungkinkan dari aspek estetika dan keselamatan umum.
Sampai saat ini umumnya pembuatan ondel-ondel bisa dilakukan melalui pengrajin ataupun sanggar-sanggar kesenian dan budaya Betawi yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Di antara puluhan sanggar yang tercatat oleh Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), ada beberapa yang tercatat sebagai sanggar ondel-ondel. Di Jakarta Pusat yaitu Grup Utan Panjang dan Surya Jaya, di Jakarta Timur yaitu Beringin Sakti, dan di Bekasi yaitu Irma Irama.
Jika melihat ke belakang, keberadaan ondel-ondel boleh dikatakan sudah diketahui cukup lama.
Hal ini terungkap dari tulisan W. Scot, seorang pedagang Inggris yang pada awal abad ke tujuh belas berada di Banten, yang dikutip oleh W. Fruin Mees dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II yang intinya kurang lebih sebagai berikut :
Ondel-ondel yang menggambarkan laki-laki wajah nya bercat merah, sedangkan untuk perempuan berwarna putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan arak-arakan, seperti mengarak pengantin sunat dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki dan perempuan. Tetapi dewasa ini tergantung dari permintaan yang empunya hajat. Bahkan dalam perayaan-parayaan umum seperti ulang tahun hari jadi Kota Jakarta, biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga merupakan arak-arakan tersendiri yang cukup meriah.
Musik pengiring Ondel-ondel tidak tentu, tergantung masing-masing rombongan. Ada yang diiringi Tanjidor, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung Setu. Ada yang diiringi gendang pencak Betawi seperti rombongan "Beringin Sakti: pimpinan Duloh (Almarhum), sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Ada pula yang diiringi Bende, "Kemes", Ningnong dan Rebana Ketimpring, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan, pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, "Ngamen". Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani termasuk "abangan", khususnya yang terdapat didaerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Di beberapa tempat seperti di Cireundue, Ciputat, sering pula digunakan dalam pesta-pesta "baritan", semacam upacara "bersih desa", yang biasa diselenggarakan setelah panen raya, dahulu antara bulan juli sampai agustus. Pembuatan Ondel-ondel dilakukan secara tertib. Baik waktu membentuk kedoknya, demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu.
Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disedikan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti dibakari kemenyan. Demikian pula Ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantiasa diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah satu seorang yang dituakan. Menutut istilah setempat upacara demikian itu disebut "ukup" atau "ngukup".
Dulunya Ondel-ondel digunakan dalam ritual mengusir roh jahat dengan tujuan menjaga masyarakat dari ancaman wabah penyakit.
Selayaknya pesta ulang tahun yang meriah dengan atribut perayaan, hari jadi Kota Jakarta pun tak pernah lepas dari kehadiran Ondel-ondel. Sebagai maskot Jakarta, boneka besar setinggi 2,5 meter dengan garis tengah sekitar 80 sentimeter ini bagaikan tanda dimulainya perayaan ulang tahun ibu kota. Gedung perkantoran hingga pusat perbelanjaan ramai-ramai menempatkan Ondel-ondel sebagai gardu depan.
Dalam awal kemunculannya, Ondel-ondel bukan atribut seperti yang diperankan saat ini. Ondel-ondel justru memiliki sejarah kekuatan magis yang dipercaya masyarakat Betawi. Konon, Ondel-ondel yang muncul sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa digunakan sebagai penolak bala atau roh jahat untuk menghindari ancaman wabah penyakit.
Ritual mistis menolak bala dilakukan masyarakat Betawi dengan mengarak Ondel-ondel keliling kampung. Dalam ritual arak-arakan ini, atraksi Ondel-ondel didampingi beberapa pengiring yang memainkan instrument lokal seperti alat musik gesek, gendang, suling, dan kecrek.
Terkait dengan sitem arak-arakan dalam menjalankan ritual, pada awalnya boneka penolak bala ini dikenal dengan nama barongan, bukan Ondel-ondel. “Dulu namanya barung, lalu menjadi barongan, artinya dalam bahasa Betawi adalah sekelompok atau serombongan karena barungan bukan kesenian yang bisa dimainkan sendiri. Bentuk boneka yang besar itu dianggap memiliki kekuatan magis yang mampu melindungi kampung dari wabah penyakit, gagal panen, atau hama tikus. Upacara bersih kampung dengan mengarak Ondel-ondel ini dilakukan pemimpin adat,” ujar Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi kepada Suara Pemred.
Selain proses arak-arakan, ritual magis Ondel-ondel juga dilakukan saat proses pembuatan boneka. Upacara ukup atau ngukup yakni upacara sesajen berupa bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam yang disertai pembacaan jampe atau mantera dan membakar dupa digelar sebelum para perajin membentuk bagian wajah Ondel-ondel dari kayu Cempaka. Tujuan ritual sesajen ini untuk meminta berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan rahmatNya dalam kelancaran fungsi Ondel-ondel mengusir roh halus atau roh jahat dan wabah penyakit lainnya.
Kendati kental dengan simbol magis lewat bentuknya yang seperti raksasa dan perawakan wajahnya yang menakutkan, Ondel-ondel juga membawa filosofi menjaga keseimbangan alam. Filosofi ini bisa dilihat dari Ondel-ondel yang selalu berpasangan, laki-laki dan perempuan. Pasangan Ondel-ondel itu diibaratkan sepasang manusia yang menjaga keseimbangan alam dengan melanjutkan sebuah kehidupan baru lewat pernikahan. “Mereka berpasangan ibaratnya menjaga keseimbangan yang membentuk sebuah kehidupan baru. Makna lain dari pasangan ini juga diibaratkan seperti bumi dan langit, alam manusia dan alam Yang Maha Agung. Selalu berpasangan, jika hanya satu berarti sengkle, nggak seimbang,” jelas Yahya.
Meski pertunjukan kesenian Ondel-ondel saat ini lebih ditujukan untuk hiburan semata, namun ritual magis masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Betawi terutama di daerah Jakarta Timur. Upacara ukup atau ngukup tetap mengambil bagian dalam acara bersih kampung, sedekah bumi, dan nyadran juga sebagai simbol meminta rahmat perlindungan sebelum petani menanam benih atau nelayan menebar jalanya di lautan lepas.
Keberadaan Ondel-ondel sebagai simbol dan budaya Jakarta juga terus dipertahankan oleh para seniman jalanan di ibu kota yang memainkan Ondel-ondel keliling kota. Istilahnya ngamen. Namun, bila Ondel-ondel dalam sejarahnya berkeliling sebagai bagian dari ritual magis, kini para seniman jalanan mengarak Ondel-ondel tujuan mencari nafkah hidup. Keberadaan para seniman jalanan Ondel-ondel harus diakui turut menjaga eksistensi Ondel-ondel.
Acara-Acara Yang Menggunakan Kebudayaan Ondel-Ondel
Acara-acara yang menggunakan kebudyaan Ondel-ondel diantaranya adalah pernikahan adat Betawi, khitanan, hajatan untuk tamu yang dihormati dan untuk acara menghibur para wisatawan asing yang sedang libur ke DKI Jakarta. Ondel-ondel tidak akan berjalan tanpa iringan musik khas Betawi yaitu musik tehyan, musik tradisional ini mendaptakan pengaruh dari China. Kadang-kadang sekelompok orang bermain tanjidor, yaitu alat musik yang berasal dari istilah Portugis (tangedores). Ada juga Ondel-ondel yang menggunakan musik gendang pencak Betawi, musik ningnong, gambang kromong, dan rebana ketimprung
Ondel-Ondel Sebagai Alat Mencari Nafkah (Mengamen)
Sejak zaman pemerintahan Ali Sadikin yaitu pada tahun 1966-1977 menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Ondel-ondel menjadi pentas seni kerajinan masyarakat yang menghibur. Ondel-ondel biasanya digunakan sebagai hajatan masyarakat Betawi, penyambutan tamu kehormatan dan sebagai penyemarak pesta rakyat.
Ondel-ondel merupakan kebudayaan yang di peruntukan untuk menghibur rakyat khususnya daerah Jakarta dan sekitarnya. Bentuknya yang unik dan menarik mampu membius siapa saja yang melihatnya baik orangtua maupun anak-anak. Biasanya kita dapat mudah menjumpai Ondel-ondel pada saat Ulang Tahun Ibukota DKI Jakarta, ditempat-tempat seperti jalan-jalan Ibukota, Monas, Pekan Raya Jakarta (PRJ), Dunia Fantasi Ancol (Dufan) dll.
Namun kini Ondel-ondel sudah mulai bergeser dari fungsinya yang tadinya hanya untuk menghibur rakyat saja, kini dijadikan alat untuk mencari nafkah oleh sekelompok warga Jakarta. Sekelompok warga berkeliling men-arak Ondel-ondel dijalan-jalan disekitaran dan dipinggiran Jakarta sambil menadangakan sebuah ember kepada para warga yang mereka lintasi. Sekelompok warga ini berdalih bahwa mencari nafkah menggunakan Ondel-ondel merupakan bagian dari melestarikan dan mengenalkan kebudayaan Ondel-ondel Jakarta kepada masyarakat dan khususnya anak-anak .
Memang sejak dulu sudah ada kebudayaan Ondel-ondel digunakan untuk mencari nafkah tetapi tidak sebanyak sekarang. Pada saat itu Ondel-ondel hanya digunakan oleh peroranganan untuk mengamen saja, tidak sekelompok warga seperti sekarang yang bisa memacetkan jalan.
Memang memainkan kesenian Ondel-ondel merupakan salah satu dari bagian dari melestarikan dan mengenalkan kebudayaan daerah tersebut, hanya saja sekelompok warga tersebut kurang memahami arti sebuah budaya, estetika budaya, dan nilai yang terkandung dalam budaya tersebut dan bagaimana cara untuk melestarikan dan mengenalkan. Tetapi mereka tentu mempunyai alasan kenapa Ondel-ondel dijadikan alat untuk mencari nafkah (mengamen).
Regulasi tersebut juga menyebutkan fungsi serta penggunaan dan penempatan ondel-ondel. Yakni sebagai pelengkap berbagai upacara adat tradisional masyarakat Betawi. Kemudian sebagai dekorasi pada acara seremonial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, festival, pentas artis asing, pameran, pusat perbelanjaan, industri pariwisata, gedung pertemuan dan area publik yang memungkinkan dari aspek estetika dan keselamatan umum.
Sampai saat ini umumnya pembuatan ondel-ondel bisa dilakukan melalui pengrajin ataupun sanggar-sanggar kesenian dan budaya Betawi yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Di antara puluhan sanggar yang tercatat oleh Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), ada beberapa yang tercatat sebagai sanggar ondel-ondel. Di Jakarta Pusat yaitu Grup Utan Panjang dan Surya Jaya, di Jakarta Timur yaitu Beringin Sakti, dan di Bekasi yaitu Irma Irama.
Jika melihat ke belakang, keberadaan ondel-ondel boleh dikatakan sudah diketahui cukup lama.
Hal ini terungkap dari tulisan W. Scot, seorang pedagang Inggris yang pada awal abad ke tujuh belas berada di Banten, yang dikutip oleh W. Fruin Mees dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II yang intinya kurang lebih sebagai berikut :
"Pada tahun 1605, iring-iringan Pangeran Jayakarta Wijayakrama untuk ikut merayakan pada khitanan pangeran Abdul Mafakhir yang tiga tahun sebelumnya dalam usia 7 tahun telah dinobatkan sebagai Sultan Banten menggantikan ayahandanya, Sultan Muhammad, yang wafatnya di Palembang, antara lain membawa boneka berbentuk raksasa ("een reus raksasa itu adalah apa yang dewasa ini kita kenal sebagai ondel-ondel , yang pada zaman dahulu lazim dianggap perwujudan Danyang Desa, penolak mata petaka.Walaupun pertunjukan rakyat semacam itu terdapat pula di beberapa tempat lain seperti di Priangan dikenal dengan sebutan Badawang, di Cirebon disebut Gendruwo, di Banyumas disebut Barongan Buncis dan si Bali disebut Barong landung, tetapi ondel-ondel memiliki karakterisrik yang khas. Sebagai catatan, diharapkan dalam membuat disainnya agar dapat menunjukkan ekspresi garang tetapi menyenangkan untuk dilihat, tidak mengesankan makhluk besar berwajah bodoh. Ondel-ondel tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya dijadikan personifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampung dan seisinya. Dengan demikian dapat dianggap sebagai membawakan lakon atau cerita, sebagaimana halnya dengan "bekakak" dalam upacara "potong bekakak" digunung gamping disebelah selatan Kota Yogyakarta, yang diselenggarakan pada bulan Sapar setiap tahun.
Ondel-ondel yang menggambarkan laki-laki wajah nya bercat merah, sedangkan untuk perempuan berwarna putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan arak-arakan, seperti mengarak pengantin sunat dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki dan perempuan. Tetapi dewasa ini tergantung dari permintaan yang empunya hajat. Bahkan dalam perayaan-parayaan umum seperti ulang tahun hari jadi Kota Jakarta, biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga merupakan arak-arakan tersendiri yang cukup meriah.
Musik pengiring Ondel-ondel tidak tentu, tergantung masing-masing rombongan. Ada yang diiringi Tanjidor, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Gejen, kampung Setu. Ada yang diiringi gendang pencak Betawi seperti rombongan "Beringin Sakti: pimpinan Duloh (Almarhum), sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Ada pula yang diiringi Bende, "Kemes", Ningnong dan Rebana Ketimpring, seperti rombongan Ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Disamping untuk memeriahkan arak-arakan, pada masa yang lalu biasa pula mengadakan pertunjukan keliling, "Ngamen". Terutama pada perayaan-perayaan Tahun Baru, baik Masehi maupun Imlek. Sasaran pada perayaan Tahun Baru Masehi daerah Menteng, yang banyak dihuni orang-orang Kristen. Pendukung utama kesenian ondel-ondel adalah petani termasuk "abangan", khususnya yang terdapat didaerah pinggiran kota Jakarta dan sekitarnya.
Di beberapa tempat seperti di Cireundue, Ciputat, sering pula digunakan dalam pesta-pesta "baritan", semacam upacara "bersih desa", yang biasa diselenggarakan setelah panen raya, dahulu antara bulan juli sampai agustus. Pembuatan Ondel-ondel dilakukan secara tertib. Baik waktu membentuk kedoknya, demikian pula pada waktu menganyam badannya dengan bahan bambu.
Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disedikan sesajen yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam dan sebagainya, disamping sudah pasti dibakari kemenyan. Demikian pula Ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantiasa diadakan sesajen. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah satu seorang yang dituakan. Menutut istilah setempat upacara demikian itu disebut "ukup" atau "ngukup".
Ondel-Ondel, Ritual Penolak Bala
Dulunya Ondel-ondel digunakan dalam ritual mengusir roh jahat dengan tujuan menjaga masyarakat dari ancaman wabah penyakit.
Selayaknya pesta ulang tahun yang meriah dengan atribut perayaan, hari jadi Kota Jakarta pun tak pernah lepas dari kehadiran Ondel-ondel. Sebagai maskot Jakarta, boneka besar setinggi 2,5 meter dengan garis tengah sekitar 80 sentimeter ini bagaikan tanda dimulainya perayaan ulang tahun ibu kota. Gedung perkantoran hingga pusat perbelanjaan ramai-ramai menempatkan Ondel-ondel sebagai gardu depan.
Dalam awal kemunculannya, Ondel-ondel bukan atribut seperti yang diperankan saat ini. Ondel-ondel justru memiliki sejarah kekuatan magis yang dipercaya masyarakat Betawi. Konon, Ondel-ondel yang muncul sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa digunakan sebagai penolak bala atau roh jahat untuk menghindari ancaman wabah penyakit.
Ritual mistis menolak bala dilakukan masyarakat Betawi dengan mengarak Ondel-ondel keliling kampung. Dalam ritual arak-arakan ini, atraksi Ondel-ondel didampingi beberapa pengiring yang memainkan instrument lokal seperti alat musik gesek, gendang, suling, dan kecrek.
Terkait dengan sitem arak-arakan dalam menjalankan ritual, pada awalnya boneka penolak bala ini dikenal dengan nama barongan, bukan Ondel-ondel. “Dulu namanya barung, lalu menjadi barongan, artinya dalam bahasa Betawi adalah sekelompok atau serombongan karena barungan bukan kesenian yang bisa dimainkan sendiri. Bentuk boneka yang besar itu dianggap memiliki kekuatan magis yang mampu melindungi kampung dari wabah penyakit, gagal panen, atau hama tikus. Upacara bersih kampung dengan mengarak Ondel-ondel ini dilakukan pemimpin adat,” ujar Yahya Andi Saputra, Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi kepada Suara Pemred.
Selain proses arak-arakan, ritual magis Ondel-ondel juga dilakukan saat proses pembuatan boneka. Upacara ukup atau ngukup yakni upacara sesajen berupa bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam yang disertai pembacaan jampe atau mantera dan membakar dupa digelar sebelum para perajin membentuk bagian wajah Ondel-ondel dari kayu Cempaka. Tujuan ritual sesajen ini untuk meminta berkat dari Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan rahmatNya dalam kelancaran fungsi Ondel-ondel mengusir roh halus atau roh jahat dan wabah penyakit lainnya.
Kendati kental dengan simbol magis lewat bentuknya yang seperti raksasa dan perawakan wajahnya yang menakutkan, Ondel-ondel juga membawa filosofi menjaga keseimbangan alam. Filosofi ini bisa dilihat dari Ondel-ondel yang selalu berpasangan, laki-laki dan perempuan. Pasangan Ondel-ondel itu diibaratkan sepasang manusia yang menjaga keseimbangan alam dengan melanjutkan sebuah kehidupan baru lewat pernikahan. “Mereka berpasangan ibaratnya menjaga keseimbangan yang membentuk sebuah kehidupan baru. Makna lain dari pasangan ini juga diibaratkan seperti bumi dan langit, alam manusia dan alam Yang Maha Agung. Selalu berpasangan, jika hanya satu berarti sengkle, nggak seimbang,” jelas Yahya.
Meski pertunjukan kesenian Ondel-ondel saat ini lebih ditujukan untuk hiburan semata, namun ritual magis masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat Betawi terutama di daerah Jakarta Timur. Upacara ukup atau ngukup tetap mengambil bagian dalam acara bersih kampung, sedekah bumi, dan nyadran juga sebagai simbol meminta rahmat perlindungan sebelum petani menanam benih atau nelayan menebar jalanya di lautan lepas.
Keberadaan Ondel-ondel sebagai simbol dan budaya Jakarta juga terus dipertahankan oleh para seniman jalanan di ibu kota yang memainkan Ondel-ondel keliling kota. Istilahnya ngamen. Namun, bila Ondel-ondel dalam sejarahnya berkeliling sebagai bagian dari ritual magis, kini para seniman jalanan mengarak Ondel-ondel tujuan mencari nafkah hidup. Keberadaan para seniman jalanan Ondel-ondel harus diakui turut menjaga eksistensi Ondel-ondel.
Acara-Acara Yang Menggunakan Kebudayaan Ondel-Ondel
Acara-acara yang menggunakan kebudyaan Ondel-ondel diantaranya adalah pernikahan adat Betawi, khitanan, hajatan untuk tamu yang dihormati dan untuk acara menghibur para wisatawan asing yang sedang libur ke DKI Jakarta. Ondel-ondel tidak akan berjalan tanpa iringan musik khas Betawi yaitu musik tehyan, musik tradisional ini mendaptakan pengaruh dari China. Kadang-kadang sekelompok orang bermain tanjidor, yaitu alat musik yang berasal dari istilah Portugis (tangedores). Ada juga Ondel-ondel yang menggunakan musik gendang pencak Betawi, musik ningnong, gambang kromong, dan rebana ketimprung
Ondel-Ondel Sebagai Alat Mencari Nafkah (Mengamen)
Sejak zaman pemerintahan Ali Sadikin yaitu pada tahun 1966-1977 menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Ondel-ondel menjadi pentas seni kerajinan masyarakat yang menghibur. Ondel-ondel biasanya digunakan sebagai hajatan masyarakat Betawi, penyambutan tamu kehormatan dan sebagai penyemarak pesta rakyat.
Ondel-ondel merupakan kebudayaan yang di peruntukan untuk menghibur rakyat khususnya daerah Jakarta dan sekitarnya. Bentuknya yang unik dan menarik mampu membius siapa saja yang melihatnya baik orangtua maupun anak-anak. Biasanya kita dapat mudah menjumpai Ondel-ondel pada saat Ulang Tahun Ibukota DKI Jakarta, ditempat-tempat seperti jalan-jalan Ibukota, Monas, Pekan Raya Jakarta (PRJ), Dunia Fantasi Ancol (Dufan) dll.
Namun kini Ondel-ondel sudah mulai bergeser dari fungsinya yang tadinya hanya untuk menghibur rakyat saja, kini dijadikan alat untuk mencari nafkah oleh sekelompok warga Jakarta. Sekelompok warga berkeliling men-arak Ondel-ondel dijalan-jalan disekitaran dan dipinggiran Jakarta sambil menadangakan sebuah ember kepada para warga yang mereka lintasi. Sekelompok warga ini berdalih bahwa mencari nafkah menggunakan Ondel-ondel merupakan bagian dari melestarikan dan mengenalkan kebudayaan Ondel-ondel Jakarta kepada masyarakat dan khususnya anak-anak .
Memang sejak dulu sudah ada kebudayaan Ondel-ondel digunakan untuk mencari nafkah tetapi tidak sebanyak sekarang. Pada saat itu Ondel-ondel hanya digunakan oleh peroranganan untuk mengamen saja, tidak sekelompok warga seperti sekarang yang bisa memacetkan jalan.
Memang memainkan kesenian Ondel-ondel merupakan salah satu dari bagian dari melestarikan dan mengenalkan kebudayaan daerah tersebut, hanya saja sekelompok warga tersebut kurang memahami arti sebuah budaya, estetika budaya, dan nilai yang terkandung dalam budaya tersebut dan bagaimana cara untuk melestarikan dan mengenalkan. Tetapi mereka tentu mempunyai alasan kenapa Ondel-ondel dijadikan alat untuk mencari nafkah (mengamen).
KESIMPULAN
- Pada mulanya Ondel-ondel digunakan untuk mengusir roh halus yang membuat bahaya masyarakat akan tetapi pada zaman sekarang Ondel-ondel digunakan pesta rakyat dan keluar dari tujuan dan peruntukan budaya yaitu untuk alat mencari nafkah (mengamen).
- Ondel-ondel umumnya dibuat sepasang yaitu pria dan wanita tetapi terkadang ada juga yang membuat anak dari Ondel-ondel dan mempunyai ciri khas masing-masing.
- Acara-acara yang menggunakan ondel-ondel adalah acara pernikahan, acara hajatan, untuk menyambut tamu yang dianggap terhormat.
referensi :DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN, Ikhtisar Kesenian Betawi, 2003
sumber: DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Mengenal Lebih dekat Ondel Ondel Betawi, Semoga bermanfaat. Terima kasih
COMMENTS