Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan S ulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Sulawesi. I...
Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan
Salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan adalah Mappalili. Mappalili (Bugis) atau Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis) atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi.
A. Struktur dan Arsitektur Rumah Adat
Kendati tanpa dipaku, papan pada dinding dan lantai tetap kokoh kuat hingga puluhan tahun. Bagian atap menjadi bagian yang paling unik dari rumah adat Sulawesi Selatan ini. Atap rumah tongkonan berbentuk seperti perahu terbaling lengkap dengan buritannya. Ada juga yang menganggap bentuk atap ini seperti tanduk kerbau. Atap rumah tongkonan sendiri dibuat dari bahan ijuk atau daun rumbia, meski pun kini penggunaan seng sebagai bahan atap lebih sering ditemukan.
B. Fungsi Rumah Adat
Bagian Atas atau disebut juga rattiang banua adalah ruangan yang terdapat di loteng rumah. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan benda pusaka yang dianggap memiliki nilai sakral. Benda-benda berharga yang dianggap penting juga di simpan dalam ruangan ini.
Bagian Tengah atau disebut juga kale banua adalah bagian inti dari rumah adat Sulawesi Selatan. Bagian ini terbagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan fungsi-fungsi khususnya, yaitu bagian utara, bagian tengah, dan bagian selatan.
- Bagian utara disebut dengan istilah ruang Tengalok. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan meletakan sesaji (persembahan). Selain itu, jika pemilik rumah sudah mempunyai anak, maka ruangan ini juga digunakan sebagai tempat tidur anak.
- Bagian pusat disebut Sali. Ruangan ini digunakan untuk beragam keperluan, seperti sebagai tempat pertemuan keluarga, dapur, ruang makan, sekaligus tempat meletakan mayat yang dipelihara.
- Bagian selatan bernama Ruang Sambung. Ruangan ini khusus digunakan sebagai kamar kepala keluarga. Tidak sembarang orang dapat masuk ke ruangan ini tanpa seizin pemilik rumah.
C. Ciri Khas dan Nilai Filosofis
Selain dari bentuk atapnya yang seperti tanduk kerbau, ada beberapa ciri khas lain dari rumah tongkonan yang membuatnya begitu berbeda dengan rumah adat dari suku-suku lain di Indonesia.
Ciri-ciri tersebut di antaranya:
- Memiliki ukiran di bagian dinding dengan 4 warna dasar, yaitu merah, putih, kuning dan hitam. Masing-masing warna memiliki nilai filosofis, merah melambangkan kehidupan, putih melambangkan kesucian, kuning melambangkan anugerah, dan hitam melambangkan kematian.
- Di bagian depan rumah terdapat susunan tanduk kerbau yang digunakan sebagai hiasan sekaligus ciri tingkat strata sosial si pemilik rumah. Semakin banyak tanduk kerbau yang dipasang, maka semakin tinggi kedudukan pemilik rumah. Tanduk kerbau sendiri dalam budaya toraja adalah lambang kekayaan dan kemewahan.
- Di bagian yang terpisah dari rumah tongkonan terdapat sebuah bagunan yang berfungsi sebagai lumbung padi atau disebut alang sura. Lumbung padi juga berupa bangunan panggung. Tiang-tiang penyangganya dibuat dari batang pohon palem yang licin sehingga tikus tidak bisa masuk ke dalam bangunan. Lumbung padi dilengkapi pula dengan ukiran bergambar ayam dan matahari yang melambangkan kemakmuran dan keadilan.
Dari kenampakan gambar pakaian adat Sulawesi Selatan di atas, kita dapat melihat bahwa baju bodo merupakan baju tanpa lengan. Jahitan hanya digunakan untuk menyatukan sisi kanan dan kiri kain, sementara pada bagian bahu dibiarkan polos tanpa jahitan. Bagian atas baju bodo digunting atau dilubangi sebagai tempat masuknya leher. Lubang leher ini pun dibuat tanpa jahitan. Sebagai bawahan, sarung dengan motif kotak-kotak akan dikenakan dengan cara digulung atau dipegangi menggunakan tangan kiri. Pemakainya juga akan mengenakan beragam pernik aksesoris seperti kepingan-kepingan logam, gelang, kalung, bando emas, dan cincin.
- Warna jingga dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
- Warna jingga dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10 hingga 14 tahun.
- Warna merah darah dipakai oleh untuk 17 hingga 25 tahun.
- Warna putih dipakai oleh para inang dan dukun.
- Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
- Warna ungu dipakai oleh para janda.
Kendati aturan tersebut pada masa silam wajib dipatuhi, namun sekarang ini para wanita yang akan menggunakan pakaian adat Sulawesi Selatan ini bebas hendak mengenakan baju dodo dengan warna apapun, mengingat kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh warga Sulawesi Selatan semakin luntur setelah masuknya Islam ke Indonesia.
2. Pakaian Pria dalam Adat Sulawesi Selatan
Berbeda dengan baju bodo yang dibuat dari kain muslin, pakaian adat Sulawesi Selatan khusus untuk laki-laki ini justru dibuat dari bahan yang lebih tebal. Seperti dari kain lipa sabbe atau lipa garusuk. Sementara untuk warnanya biasanya tidak ada ketentuan alias bisa disesuaikan dengan selera para penggunanya.
Selain passapu, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk mengenakan aksesoris pelengkap pakaian yang digunakan. Beberapa aksesoris di antaranya adalah gelang, keris, selempang atua rante sembang, sapu tangan, dan sigarak atau hiasan penutup kepala.
- Gelang yang digunakan adalah gelang dengan motif naga dan terbuat dari emas, sehingga gelang ini dinamai gelang ponto naga.
- Keris yang dipakai adalah keris dengan kepala dan sarung terbuat dari bahan emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng.
- Sapu tangan yang dikenakan adalah sapu tangan dengan hiasan khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu ambara.
1. Tari Kipas Pakarena
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang penari wanita. Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengiring yang dimainkan dari alat musik tradisional Sulawesi Selatan yang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong rinci ini merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik pengiring ini biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu pemusik biasanya memainkan seruling dan yang lainnya memainkan gendrang dengan cara yang berbeda-beda sehingga menghasilkan suara yang padu.
2.Tari Pattennung
Adapun penari pattennung menggunakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan yaitu berupa baju bodo panjang, lipaq sabbe (sarung), curak lakba, serta hiasan bangkara, rante ma’bule, pontoyang digunakan dalam tari pattenun. Adapun properti yang digunakan berupa sarung lempar.
3.Tari Ma'Gellu
Seiring perkembangannya, saat ini tarian Ma’gellu’ juga dipertunjukkan di upacara kegembiraan seperti pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat. Tarian Ma'gellu dilakukan oleh remaja putri berjumlah ganjil diiringi irama gendang yang ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang.
4. Tari Ma'randing
Kata ma'randing sendiri berasal dari kata randing yang berarti "mulia ketika melewatkan". Tari ini menunjukkan kemampuan dalam memakai senjata tradisional Sulawesi Selatan dan menunjukkan keteguhan hati serta kekuatan seseorang yang meninggal selama hidupnya. Tarian Ma'randing dibawakan oleh beberapa orang yang setiap orangnya membawa perisai besar, pedang dan sejumlah ornamen. Setiap objek menyimbolkan beberapa makna. Perisai yang dibuat dari kulit kerbau (bulalang) menyimbolkan kekayaan, karena hanya orang kaya yang memiliki kerbau sendiri. Pedang (doke, la'bo' bulange, la'bo' pinai, la'bo' todolo) menunjukkan kesiapa untuk perang, yang menyimbolkan keberanian.
Tari ini dilakukan dengan 4 prinsip gerakan, yaitu :
- Komanda menginspeksi tiap orang dan senjatanya, menyimbolkan disiplin.
- Senjata diulur dan perisai ditarik kebelakang, menyimbolkan kesigapan.
- Salah satu kaki diangkat sementara itu yang lain di tanah, menyimbolkan keteguhan hati.
- Para menari mundur kebelakang, sementara itu satu penari bergerak ke kanan dan yang lain ke kiri, menyimbolkan kesigapan.
4. Senjata Tradisional
1. Senjata Tradisional Badik Raja
2. Senjata Tradisional Badik Lagecong
3. Senjata Tradisional Badik Luwu
4. Senjata Tradisional Badik Lompo Battang
5. Suku Bangsa
Suku Makassar
Suku Bugis
Suku Mandar
Suku Toraja
Suku Bentong
Suku Duri
Suku Enrekang
Suku Konjo Pegunungan
Suku Konjo Pesisir
Suku Luwu
Suku Kajang
6. Bahasa Daerah
- Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Makassar dan Sekitarnya. Tersebar di Kota Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, sebagian Bulukumba sebagian Maros dan sebagian Pangkep.
- Bahasa Bugis adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Bone sampai ke Kabupaten Pinrang, Sinjai, Barru, Pangkep, Maros, Kota Pare Pare, Sidrap, Wajo, Soppeng Sampai di daerah Enrekang, bahasa ini adalah bahasa yang paling banyak di pakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
- Bahasa Pettae adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Tana Luwu, mulai dari Siwa,Kabupaten Wajo, Enrekang Duri, sampai ke Kolaka Utara,Sulawesi Tenggara.
- Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Tana Toraja dan sekitarnya.
- Bahasa Mandar adalah bahasa suku Mandar, yang tinggal di provinsi Sulawesi Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju Utara. Di samping di wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
- Bahasa Massenrempulu adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia di Sulawesi Selatan. Bahasa ini memiliki tiga kelompok dialek di Kabupaten Enrekang, yaitu dialek Duri, Endekang dan Maiwa. Kelompok dialek bahasa Duri memilki kedekatan dengan bahasa Toraja dan bahasa Tae' Luwu. Penuturnya tersebar di wilayah utara Gunung Bambapuang, Kabupaten Enrekang sampai wilayah perbatasan Tana Toraja. Kelompok dialek bahasa Endekang mempunyai penutur di ibukota Kabupaten Enrekang dan beberapa kecamatan sekitarnya. Sedangkan penutur kelompok dialek bahasa Maiwa terdapat di Kecamatan Maiwa dan di Kecamatan Bungin (Maiwa Atas).
- Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Konjo pesisir dan Bahasa Konjo Pegunungan, Konjo Pesisir tinggal di kawasan pesisir Bulukumba dan Sekitarnya, di sudut tenggara bagian selatan pulau Sulawesi sedangkan Konjo pegunungan tinggal di kawasan tenggara gunung Bawakaraeng.
- Bahasa Selayar adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan yang bermukim diujung selatan provinsi ini khususnya Kab. Kep. Selayar.
- Ammac Ciang
- Anak Kukang
- Anging Mamiri
- Ati Raja
- Batti'Batti
- Ganrang Pakarena
- Ma Rencong
- Pakarena
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan, Semoga bermanfaat. Terima kasih.
COMMENTS