$type=ticker$cols=4

Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau

Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau L ingga adalah sebuah pulau yang sekaligus merupakan nama sebuah kabupaten...

Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau


Lingga adalah sebuah pulau yang sekaligus merupakan nama sebuah kabupaten yang terdapat dalam Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten ini beribukota di Daik. Nama ibukota dan pulau ini sering digabung menjadi satu, sehingga menjadi “Daik-Lingga”. Masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu, yang sebagian besar beragama Islam, beradat-istiadat Melayu, dan berbahasa Melayu. Dalam kebudayaan Melayu, walaupun telah dilarang oleh agamanya (Islam), masyarakatnya masih percaya terhadap hal-hal yang bersifat animisme seperti: Jin, mambang, dewa (deo), jerambang, jembalang, dan orang bunian. Makhluk-makhluk tersebut oleh mereka disebut sebagai “orang halus”. Makhluk-makhluk ini dipercayai, disamping dapat mendatangkan kesejahteraan, juga dapat menimbulkan malapetaka. Untuk itu, harus diupayakan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang tidak diinginkan (bencana atau malapetaka) tidak terjadi. Salah satu kegiatan yang berkenaan dengan kepercayaan itu adalah upacara.

Di kalangan orang Daik-Lingga ada sebuah upacara yang disebut sebagai “basuh lantai”. Secara etimologis nama upacara ini terdiri atas dua kata, yaitu basuh yang berarti “mencuci atau membersihkan” dan lantai yang berarti “alas rumah atau lantai”. Jadi, secara keseluruhan basuh lantai berarti “membersihkan lantai”. Bisa jadi, ini ada kaitannya dengan keadaan yang sesungguhnya, yaitu membersihkan lantai dari percikan darah pada saat seseorang melahirkan, karena upacara ini sangat erat kaitannya dengan daur hidup (lingkaran hidup individu), khususnya yang berkenaan dengan kelahiran. Lepas dari itu, yang jelas orang Daik-Lingga mempercayai bahwa lantai ada penghuninya. Untuk itu, jika terkena darah, khususnya darah perempuan yang sedang melahirkan, lantai tersebut harus “dibersihkan” dengan cara disiram dengan air, diminyaki, dibedaki, dan disisiri. Pendek kata, diperlakukan bagaikan manusia. Jika tidak, makhluk halus yang menempati lantai akan mengganggu, tidak hanya orang yang membantu kelahiran (Mak Dukun atau Mak Bidan), melainkan juga ibu dan atau bayinya. Misalnya, bayi akan menangis secara terus-menerus atau sakit-sakitan. Agar ibu dan anak yang dilahirkan serta dukun selamat, maka perlu diadakan suatu upacara. Dan, upacara itu, sebagaimana telah disebutkan di atas, bernama “basuh lantai”. Tujuannya bukan semata-mata agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang menempati lantai, tetapi juga sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa karena proses kelahiran dapat berjalan lancar.

Upacara ini dilaksanakan ketika bayi telah berumur 44 hari. Sebelum umur itu seorang ibu dan bayinya tidak diperbolehkan keluar rumah. Sebelum umur itu pula, Sang bayi tidak diperboleh turun ke tanah. Namun, jika satu dan lain hal, seorang ibu harus ke luar rumah, maka ia harus membawa kacip (alat yang dipergunakan untuk membelah sirih-pinang) atau pisau atau paku yang ujungnya disusuki bawang. Sementara itu, di sisi Sang jabang bayi yang ditinggal ibunya, juga harus ada peralatan yang berupa pisau, paku, atau sepotong besi yang berwujud apa saja. Tujuannya adalah agar berbagai makhluk halus tidak mengganggunya.

Hari yang dipilih untuk melaksanakan upacara ini adalah Jumat, karena menurut kepercayaan masyarakat setempat, hari tersebut adalah hari yang dirahmati Tuhan. Adapun waktunya, biasanya pada pagi hari karena siangnya (setelah sholat Jumat) dilanjutkan dengan acara kenduri. Uparacanya sendiri dilakukan di lantai sebuah kamar yang ketika itu digunakan sebagai tempat untuk melahirkan. Upacara yang biasanya dihadiri oleh kerabat dan tetangga ini, dipimpin oleh Mak Dukun/Bidan (yang dahulu membantu kelahiran) dan Pak Jantan (suami Mak Dukun). Sedangkan acara kenduri dilaksanakan di ruang tamu dan dipimpin oleh ulama setempat.

Sebagai catatan, sebenarnya hubungan antara ibu yang sedang hamil dan Mak Dukun terjadi tidak hanya pada kelahiran dan upacara basuh lantai saja, tetapi juga ketika kandungan telah berumur 7 bulan. Ketika itu Sang suami datang ke rumah Mak Dukun dengan membawa telur dan pulut. Tujuannya adalah agar Sang dukun bersedia membantu isterinya dalam proses kelahiran. Pemberitahuan dan sekaligus permohonan ini oleh masyarakat setempat disebut sebagai “menepah”, dengan telur dan pulut sebagai syaratnya. Sejak itu, suami dan isterinya yang sedang mengandung itu setiap hari Jumat datang ke rumah Mak Dukun. Mereka membawa sebotol air dan tiga buah limau untuk dimanterai. Air dan buah yang telah dimanterai itu kemudian digunakan untuk mandi selama tiga hari berturut-turut.

Peralatan Upacara

Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam upacara basuh lantai ini adalah: 
  1. Nampan yang berisi sepiring nasi/pulut kuning (beras ketan dengan kunyit sebagai pewarnanya), sepiring serabi dan kuahnya (kue yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan santan kelapa), sepiring lauk ikan (dimasak dengan kuah);
  2. Satu buah kelapa yang sudah dibersihkan sebagian kulit luarnya;
  3. Sebuah lilin;
  4.  Cermin dan sisir; 
  5. Sebuah gunting;
  6. Benang warna putih yang panjangnya sekitar 7 meter; 
  7. Seekor ayam1) (untuk bayi laki-laki berupa ayam betina, sedangkan untuk bayi perempuan berupa ayam jantan); 
  8. Sepiring padi dan sepiring beras putih;
  9. Jeruk nipis; 
  10. Semangkuk kecil minyak langi (terbuat dari gambir, asam, kapur, dan limau, kemudian ditumbuk); 
  11. Semangkuk kecil asam; dan
  12.  Air yang ditempatkan di wadah yang terbuat dari tanah liat (tempayan). Sedangkan, peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kenduri adalah, 10 buah nampan (tergantung kemampuan penyelenggara upacara) yang masing-masing berisi sepiring ketupat (25 buah ketupat), sepiring ayam gulai, sepiring gulai udang, sepiring sambal kacang, sepiring serundeng, dan sepiring sambal kelapa. Bagi keluarga yang tidak mampu biasanya akan dibantu oleh para tetangganya. Bantuan itu bisa berupa uang atau bahan (beras, gula, kelapa dan lain sebagainya).
Jalannya Upacara

Setelah semua peralatan yang diperlukan dalam upacara basuh lantai ini tersedia, maka peralatan itu dibawa ke tempat upacara (kamar). Ibu dan bayi yang akan diupacarai duduk di tempat tidur. Sementara, Mak Dukun dan Pak Jantan duduk di lantai. Upacara diawali dengan pembacaan Al Quran (Surat Al Fatihah) oleh Pak Jantan. Setelah itu, ia berdoa agar ibu dan Sang Jabang Bayi, beserta keluarganya terhindar dari segala gangguan atau rintangan dalam kehidupannya. Sementara, Mak Dukun meletakkan tempayan yang berisi air di depan Pak Jantan. Di depan Mak Dukun sendiri telah tersedia sebuah nampan yang berisi: pulut (ketan) kuning sebanyak 4 kepal, secawan bubur merah, 2 buah jeruk nipis yang masing-masing terbelah empat, secawan kecil asam, 4 buah serabi, dan semangkuk minyak langi. Sembari mencuci tangan dengan air yang telah disediakan, Mak Dukun berdoa, kemudian mencuci lantai dengan cara mengguyur dan menggosok lantai yang pernah digunakan untuk proses kelahiran.

Setelah lantai dianggap bersih, Mak Dukun (sembari membaca mantera) mengolesinya dengan pulut, serabi, jeruk nipis, dan asam. Kemudian, disiram dengan minyak langi. Selanjutnya lantai disiram lagi dengan air untuk membersihkan sisa-sisa pulut, serabi, dan bahan-bahan lain yang telah dioleskan. Setelah itu lantai digoresi dengan sisir dan cermin.

Upacara diteruskan dengan pengguyuran (pemandian). Dalam hal ini bayi disiram oleh Mak Dukun dengan air yang telah dicampur perasan jeruk nipis, sebanyak tiga kali. Namun, sebelumnya Sang Dukun mentiup kedua telinga dan badan bayi masing-masing sejumlah tiga kali. Setelah itu, bayi diserahkan kepada ibunya. Di pangkuan ibunya, sebelum dimandikan lagi, lagi-lagi bayi ditiup telinga dan badannya sebanyak tiga kali. Kemudian, bayi diserahkan kepada neneknya untuk dihanduki (dikeringkan), dibedaki, dan diberi pakaian. Sementara itu, Sang ibu duduk di lantai dan dimandikan (diguyur dengan air yang telah dicampur dengan perasan jeruk nipis sebanyak 3 kali) oleh Mak Dukun. Setelah acara mandi selesai, Sang ibu kembali duduk di tempat tidur sambil menggendong bayinya. Lalu, Mak Dukun mendekatkan seekor ayam ke bayi. Jika ayam mematuk beras yang ada di telapak tangan Sang ibu, itu dianggap sebagai pertanda baik. Sebaliknya, jika ayam mematuk bayi, itu adalah pertanda buruk. Untuk itu, biasanya Sang ibu menjulurkan tangannya ke arah ayam, sehingga bayi terhindar dari patukan ayam.

Upacara dilanjutkan dengan acara lompat tiung (benang) yang bertempat di luar kamar. Acara ini dimulai dengan pengalungan benang pada leher Sang ibu yang dalam posisi berdiri dan menggendong bayinya. Sementara, Mak Dukun dan Pak Jantan ada di sebelah kiri dan kananya. Setelah pembacaan doa (oleh Pak Jantan) mereka saling melemparkan beras, padi dan uang logam ke kaki Sang ibu dan bayi yang digendongnya sejumlah tujuh kali. Makna simbolik dari pelemparan beras, padi, dan uang logam ke lantai adalah bahwa hidup di dunia hanya sementara. Suatu saat akan kembali kepada Tuhan. Untuk itu, diharapkan akan selalu ingat kepada-Nya. Selanjutnya, Sang ibu diminta oleh Mak Dukun dan Pak Jantan untuk melompati seutas tali atau benang sejumlah tiga kali. Makna simbolik yang ada dibalik lompatan ini adalah bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari berbagai rintangan atau halangan. Untuk itu, manusia harus selalu waspada (selalu hati-hati) agar bisa melewati berbagai rintangan. Ini artinya, kelak Sang bayi diharapkan dapat mengatasi berbagai rintangan dalam hidupnya.

Acara selanjutnya adalah pemutaran (pengelilingan) buah kelapa yang di atasnya ada lilin yang menyala. Pemutaran ini dilakukan oleh Mak Dukun dan Pak Jantan; masing-masing tiga kali (mengelilingi Sang ibu dari arah kanan ke arah kiri dan sebaliknya). Kelapa adalah tanaman yang dapat tumbuh di mana saja dan dapat dibuat apa saja (makanan dan minuman). Makna simbolik yang terkandung dari pemutaran buah kelapa ini adalah, agar Sang bayi kelak dapat hidup di mana saja dan berguna bagi masyarakatnya. Sedangkan makna simbolik yang ada di balik lilin adalah penerangan hidup. Ini artinya, Sang bayi kelak selalu dalam jalan yang benar karena apa pun yang terjadi ia tetap pada pedoman hidupnya.

Selanjutnya adalah pengolesan minyak langi pada ibu dan bayinya. Pengolesan ini dimaksudkan tidak hanya untuk membersihkan diri agar terhindar dari gangguan makhluk halus, tetapi juga sekaligus sebagai penolak bala. Setelah itu, dilakukan pemutusan kalung-benang dengan api. Makna simbolis yang terkandung adalah agar Sang bayi di kemudian hari dapat hidup dengan selamat (dapat melalui berbagai rintangan dalam hidupnya). Kemudian, bekas sumbu lilin yang terbakar diremas dan dioleskan pada alis ibu dan bayinya. Maksudnya adalah agar ibu dan anak selalu diberi jalan terang, lurus, selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang jahat.

Acara diteruskan dengan pengguntingan ujung rambut Sang ibu dan anaknya serta merapikan dengan sisir. Makna simbolik yang terkandung di dalamnya adalah pembuangan hal-hal yang tidak baik pada diri ibu dan anaknya. Pemotongan ini juga sekaligus menandai, bahwa Si anak sudah diperbolehkan untuk keluar rumah dan menginjak tanah. Langkah selanjutnya adalah penumpahan beras ke badan bayi, pengguncangan buah kelapa ke telinga kanan dan kiri bayi. Penumpahan beras dimaksdukan agar di kemudian hari banyak rezekinya, sehingga hidupnya sejahtera. Sedangkan, pengguncangan buah kelapa ke telinga kanan dan telinga kiri sang bayi dimaksudkan agar selalu ingat bahwa hidup ini akan terus berjalan (ibarat tunas kelapa yang tumbuh terus), sehingga harus selalu hati-hati dan waspada dalam hidupnya.

Siang harinya, setelah sholat Jumat, dilanjutkan dengan acara kenduri. Acara yang diikuti oleh kerabat dan tetangga dekat ini dipimpin oleh ulama setempat (lebai). Upacara kendurian ini merupakan ungkapan terima kasih atau rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah pembacaan doa yang dipimpin oleh lebai, maka kendurian diakhiri dengan makan bersama. Selanjutnya, ketika para tamu sudah pulang, tuan rumah memberikan hantaran yang berupa makanan berserta lauk-pauknya kepada Mak Dukun. Selain itu, juga seekor ayam, kain dan sejumlah uang sebagai ungkapan terima kasih.

Nilai Budaya

Ada beberapa nilai yang terkandung dalam upacara basuh lantai. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian, kerja keras, gotong royong, kehati-hatian, keselamatan, keteguhan, dan religius.

Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota masyarakat dalam suatu tempat (rumah yang punya hajat), duduk bersama di atas tikar, makan bersama dan doa bersama demi keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.

Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi, maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.

Nilai kerja keras tercermin dalam serangkaian kegiatan yang disebut sebagai lompat tiung (lompat benang). Di sini ibu sang jabang bayi diminta oleh Mak Dukun untuk melangkah (melompat) ke belakang dan ke depan (mundur dan maju). Pelompatan benang ini, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, bermakna simbolis bahwa hidup penuh dengan berbagai rintangan dan karenanya harus bekerja keras.
Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara. Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, serta menyumbang, baik dalam bentuk uang maupun bahan (beras, kelapa, gula, dan teh), dan lain sebagainya.
Nilai kehati-hatian tercermin dalam pengguyuran atau penumpahan beras pada badan Sang bayi oleh Mak Dukun, yang dilanjutkan dengan pengguncangan buah kelapa pada telinga kanan dan kiri sang bayi. Arti simbolik dari kegiatan ini, pada hakekatnya sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu, bahwa kehidupan akan berjalan terus, sebagaimana tunas kelapa yang akan terus bertumbuh. Oleh karena itu, Sang anak harus selalu waspada dan hati-hati di dalam menjalani kehidupannya.
Nilai keselamatan tercermin dalam adanya kepercayaan bahwa peralihan kehidupan seorang individu dari satu masa ke masa yang lain penuh dengan ancaman (bahaya) dan tantangan. Untuk mengatasi krisis dalam daur kehidupan seorang manusia itu, maka perlu diadakan suatu upacara. Basuh Lantai merupakan salah satu upacara yang bertujuan untuk mencari keselamatan pada tahap kehidupan di masa kanak-kanak.

Nilai religius tercermin dalam doa bersama pada penutup kendurian yang merupakan bagian akhir dari serentetan tahapan dalam upacara Basuh Lantai. Tujuannya adalah agar keluarga yang punya hajat selamat dalam segala hal dan ucapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang telah diperkenankan-Nya. Nilai ini juga tercermin dalam persyaratan yang disediakan pada upacara tersebut, yaitu seekor ayam betina jika yang diupacarai anak laki-laki, dan seekor ayam jantan jika, anak perempuan. Arti simbolik dari kedua jenis kelamin ayam tersebut bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan segala sesuatu yang ada di dunia ini secara berpasangan.

Nilai keteguhan tercermin dalam makna simbolik dari pengolesan alis ibu dan bayinya dengan abu sumbu lilin, yaitu berpegang teguh pada aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang pada masyarakatnya. (Gufron)

Anda baru saja membaca artikel dengan judul Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau, Semoga bermanfaat. Terima Kasih
Sumber:
Galba, Sindu, Dibyo Harsono, dkk. 2001. Upacara Tradisional Di Daik Lingga. Tanjungpinang: Bappeda Kabupaten Kepulauan Riau dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Tanjungpinang.

COMMENTS

BLOGGER
Nama

Administrasi Guru,73,Alat Musik Tradisional,34,Alur Tujuan Pembelajaran,5,Alur Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia,1,Alur Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris,1,Alur Tujuan Pembelajaran IPAS,1,Alur Tujuan Pembelajaran Matematika,1,Alur Tujuan Pembelajaran PJOK,1,Alur Tujuan Pembelajaran PKN,1,Alur Tujuan Pembelajaran Seni Musik,1,Alur Tujuan Pembelajaran Seni Rupa,1,Alur Tujuan Pembelajaran Seni Tari,1,Alur Tujuan Pembelajaran Seni Teater,1,Antivirus,2,Antivirus 2016,2,Antivirus Terbaik,2,App,2,App Android,1,App Review,1,ATP,6,ATP Agama Buddha,1,ATP Agama Hindu,1,ATP Agama Islam,1,ATP Agama Katolik,1,ATP Agama Konghucu,1,ATP Agama Kristen,1,ATP Bahasa Indonesia,1,ATP Bahasa Inggris,1,ATP IPAS,1,ATP Matematika,1,ATP PJOK,1,ATP PKN,1,ATP Seni Musik,1,ATP Seni Rupa,1,ATP Seni Tari,1,ATP Seni Teater,1,Bahasa Indonesia,1,Bahasa Inggris,2,Basis Data,4,Batik,2,Berita Rekomendasi,17,Blog,11,Blogspot,6,Brainware,1,Budaya Dunia,1,Budaya Indonesia,143,Burung,19,Cirebon,1,Danau,1,DBMS,3,Domain,4,Email,8,Facebook,1,Fauna Indonesia,19,Film Terbaru 2016,1,Flora dan Fauna Indonesia,11,Game,1,Game Terbaru,1,Geodesi,22,Geografi,26,Geologi,3,Globe,1,Gmail,3,Gunung,1,Hardware,17,HDD,1,Hewan Langka di Indonesia,19,Hiburan,1,Hosting,7,Ilmu Pengetahuan Sosial,19,Ilmu Ukur Tanah,4,Info West Movie,1,Internet,17,IP,2,IPAS,1,IPS,21,Istilah IT,25,IT,28,Jaringan Komputer,16,K13,1,Kelas 1 SD,25,Kelas 2 SD,10,Kelas 3 SD,5,Kelas 4 SD,19,Kelas 5 SD,4,Kelas 6 SD,3,Keyboard,3,Komponen Jaringan Komputer,7,Komputer,28,KTSP,13,Kuliner Nusantara,2,Kurikulum Merdeka,48,Kurikulum K13,11,Lagu Daerah,20,LCD,2,LED,2,Linkedin,1,Makanan Khas Indonesia,9,Malware,2,Mapel Agama Konghucu dan Budi Pekerti,1,Mapel Bahasa Indonesia,3,Mapel Bahasa Inggris,1,Mapel IPAS,1,Mapel Matematika,2,Mapel Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti,1,Mapel Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI),2,Mapel Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti PAK,1,Mapel Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti,1,Mapel PJOK,2,Mapel PPKn,2,Mapel Seni Musik,1,Mapel Seni Rupa,1,Mapel Seni Tari,1,Mapel Seni Teater,1,Matematika,1,Minuman Khas Indonesia,2,Modul,2,Modul Ajar,32,Modul Ajar Agama Hindu Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Agama Konghucu dan Budi Pekerti,1,Modul Ajar Agama Konghucu Kelas 4 SD,1,Modul Ajar Bahasa Indonesia,3,Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 SD,1,Modul Ajar Bahasa Inggris,1,Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 1 SD,2,Modul Ajar IPAS Kelas 4 SD,1,Modul Ajar Kurikulum Merdeka,23,Modul Ajar Matematika,2,Modul Ajar Matematika Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Matematika Kelas 4 SD,1,Modul Ajar PAI,2,Modul Ajar PAI Kelas 1 SD,1,Modul Ajar PAK,1,Modul Ajar PAK Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti,2,Modul Ajar Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti,2,Modul Ajar Pendidikan Agama Kristen,1,Modul Ajar Pendidikan Agama Kristen Kelas 1 SD,1,Modul Ajar PJOK,2,Modul Ajar PJOK Kelas 1 SD,1,Modul Ajar PJOK Kelas 4 SD,1,Modul Ajar PPKn,1,Modul Ajar PPKn Kelas 1 SD,1,Modul Ajar PPKn Kelas 4 SD,1,Modul Ajar Seni Musik,2,Modul Ajar Seni Rupa,2,Modul Ajar Seni Rupa Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Seni Tari,2,Modul Ajar Seni Tari Kelas 1 SD,1,Modul Ajar Seni Teater,1,Modul Ajar Seni Teater Kelas 1 SD,1,Mouse,2,New Info,18,Obyek Wisata,2,P3K,3,Pahlawan Nasional,1,Pahlawan Wanita,1,Pakaian Adat,11,Pembelajaran,1,Pendidikan Agama Buddha,1,Pendidikan Agama Hindu,1,Pendidikan Agama Islam,1,Pendidikan Agama Katolik,2,Pendidikan Agama Konghucu,2,Pendidikan Agama Kristen,2,Perangkat Keras Komputer,14,Perangkat Komputer,14,Peta,9,PJOK,1,PKN,1,PPPK,3,Promes dan KKM,1,Prota,3,Prota PAI SD KTSP,3,Prota Tematik SD KTSP,3,Protokol Jaringan,1,Provinsi Bali,3,Provinsi Bangka Belitung,2,Provinsi Banten,3,Provinsi Bengkulu,2,Provinsi DI Yogyakarta,3,Provinsi DKI Jakarta,13,Provinsi Gorontalo,2,Provinsi Jambi,4,Provinsi Jawa Barat,3,Provinsi Jawa Tengah,2,Provinsi Jawa Timur,2,Provinsi Kalimantan Barat,2,Provinsi Kalimantan Selatan,2,Provinsi Kalimantan Tengah,2,Provinsi Kalimantan Timur,2,Provinsi Kalimantan Utara,2,Provinsi Kepulauan Riau,3,Provinsi Lampung,1,Provinsi Maluku,2,Provinsi Maluku Utara,2,Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,26,Provinsi NTB,2,Provinsi NTT,2,Provinsi Papua,2,Provinsi Papua Barat,2,Provinsi Riau,10,Provinsi Sulawesi Barat,2,Provinsi Sulawesi Selatan,2,Provinsi Sulawesi Tengah,2,Provinsi Sulawesi Tenggara,2,Provinsi Sulawesi Utara,3,Provinsi Sumatera Barat,24,Provinsi Sumatera Selatan,5,RAM,1,Rekomendasi Antivirus,2,Rekomendasi Film,1,ROM,1,RPP dan Silabus,8,RPP K13,4,Rumah Adat,9,Security,3,Sejarah,2,Seni Musik,1,Seni Rupa,1,Seni Sastra,2,SeniTari,1,SeniTeater,2,Senjata tradisional,8,SIG ( Sistem Informasi geografi),9,Silabus K13,1,Simbol Peta,2,SK,1,Skala Peta,1,SmartPhone,4,Soal Latihan,1,Software,2,Sosial Masyarakat.,2,Sosial Media,6,Storage device,2,Suku Provinsi Aceh,1,Sumatera Utara,8,Sungai,1,Taman Nasional,12,Tari Topeng,1,Tarian Adat,21,Tarian Provinsi Aceh,11,Tips & Trik,16,Topologi Jaringan,2,Twitter,1,UMKM,1,Upacara Adat,4,Virus Komputer,2,Website,9,Worm,2,Yahoo,5,
ltr
item
DTECHNOINDO: Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau
Upacara Basuh Lantai (Daik-Lingga)-Provinsi Kepulauan Riau
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8d7j_wx84lNRjN4z2j1T1ttZRYXYiXSw7H4ITHrn_zfVANUcBLs7Swpqf5bGPXJCWmS1XakTPBpiCnjaC8OKfZH1KujZJPjWpYB5LymILEPATVTfw4VPlAdHBmoPeNpiy6dfFQrBcwoM/s1600/upacara+adat+kepulauan+riau-+1%2529+Basuh+lantai+di+Lingga.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8d7j_wx84lNRjN4z2j1T1ttZRYXYiXSw7H4ITHrn_zfVANUcBLs7Swpqf5bGPXJCWmS1XakTPBpiCnjaC8OKfZH1KujZJPjWpYB5LymILEPATVTfw4VPlAdHBmoPeNpiy6dfFQrBcwoM/s72-c/upacara+adat+kepulauan+riau-+1%2529+Basuh+lantai+di+Lingga.jpg
DTECHNOINDO
https://dtechnoindo.blogspot.com/2017/04/upacara-basuh-lantai-daik-lingga.html
https://dtechnoindo.blogspot.com/
https://dtechnoindo.blogspot.com/
https://dtechnoindo.blogspot.com/2017/04/upacara-basuh-lantai-daik-lingga.html
true
6671659477346282417
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content