Rumah Belah Bubung - Rumah Adat Provinsi Kepulauan Riau 1. Asal-Usul K epulauan Riau merupakan salah satu satu provinsi di Indonesia....
Rumah Belah Bubung - Rumah Adat Provinsi Kepulauan Riau
1. Asal-Usul
Kondisi alam dan keyakinan masyarakat Kepulauan Riau sangat mempengaruhi pola arsitektur rumahnya. Pengaruh alam sekitar dan keyakinan dapat dilihat dari bentuk rumahnya, yaitu berbentuk panggung yang didirikan di atas tiang dengan tinggi sekitar 1,50 meter sampai 2,40 meter.
Penggunaan bahan-bahan untuk membuat rumah, pemberian ragam hias, dan penggunaan warna-warna untuk memperindah rumah merupakan bentuk adaptasi terhadap lingkungan dan ekpresi nilai keagamaan dan nilai budaya.
Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.
2. Bahan dan Tenaga
a. Bahan-Bahan
- Kayu. Kayu biasanya digunakan untuk membuat tiang, tangga, gelegar, bendul, rasuk, dan lain sebagainya.
- Papan. Papan merupakan kayu yang telah dibelah tipis, tebalnya sekitar 3-5 cm. Papan digunakan untuk membuat dinding dan lantai.
- Bambu (nibung). Selain kayu, bambu sering kali digunakan untuk membuat rumah, khususnya ketika kayu sulit didapat.
- Daun Nipah dan daun Rumbia. Jenis daun ini digunakan untuk membuat atap rumah.
- Seng. Seng digunakan sebagai pengganti daun Nipah dan Rumbia untuk membuat atap rumah.
- Rotan. Rotan digunakan untuk mengikat atap rumah.
- Tukang. Keberadaan tukang dalam mendirikan bangunan sangat penting. Tukang tidak saja berkaitan dengan mutu rumah tetapi juga untuk menjaga keamanan yang punya rumah dari hal-hal mistik. Tukang yang ahli tidak saja pandai mengerjakan bagian-bagian rumah tetapi juga pandai membuat rancangan bangunan.
- Tenaga umum. Tenaga umum biasanya diperlukan untuk mengumpulkan bahan-bahan bangunan dan ketika mendirikan bangunan. Tenaga umum ini disebut juga tukang ulur atau tukang wak sendul. Disebut tukang ulur karena pekerjaanya mengulur-ulurkan atap, kayu-kayu, atau peralatan tukang. Sedangkan yang disebut tukang wak sendul adalah mereka yang ingin belajar menjadi tukang, membantu dalam pekerjaan kasar.
4. Tahapan Pembangunan Rumah Rakit
a. Persiapan
1) Musyawarah
2) Mempersiapkan Tempat
- Orang yang hendak membangun rumah (suami-istri) pergi ke tempat pawang. Kepada pawang mereka menyampaikan rencananya untuk membangun rumah.
- Setelah itu, suami istri yang hendak membangun rumah bersama pawang pergi ke tempat akan didirikan rumah.
- Setelah sampai ke tempat di mana hendak didirikan rumah, pawang menyerahkan tongkat berujung runcing sepanjang dua hasta kepada istri pemilik tanah. Diserahkan kepada pihak perempuan berdasarkan keyakinan bahwa perempuan mempunyai sifat yang halus.
- Kemudian si istri pemilik tanah memasukkan tongkat tersebut ke dalam tanah di tengah-tengah lokasi perumahan sampai tersisa segenggaman tangan.
- Kemudian tongkat itu digoyang perlahan-lahan dan kemudian dicabut.
- Setelah tercabut, pawang mengumpulkan tanah yang melekat pada tongkat tersebut dan menyimpannya.
- Kemudian pawang mengambil tanah bekas lobang tongkat dan dikepal menjadi satu kepalan.
- Tanah yang dikepal kemudian diserahkan kepada orang yang hendak mendirikan bangunan untuk dibawa tidur di rumahnya. Tetapi jika orang yang hendak membangun rumah menyatakan ragu dan tidak sanggup, maka pawanglah yang membawa pulang tanah tersebut.
- Jika orang yang hendak membangun rumah membawa pulang sendiri kepalan tanah bekas lubang tongkat tersebut, maka keesokan harinya ia harus melaporkan mimpinya kepada pawang. Mimpi orang yang hendak membangun rumah menjadi bahan analisa (tilikan) dengan membandingkan dengan melihat tanah yang melekat pada tongkat. Tetapi jika yang membawa pulang tanah sekepal tersebut adalah pawang, maka keesokan harinya orang yang hendak membangun rumah datang untuk menanyakan hasil tilikan pawang. Dari hasil tilikan pawang itulah dapat diketahui apakah tanah tersebut ada penunggunya apa tidak (biasanya disebut Jembalang Tanah), jahat apa tidak, kalau jahat dapat dibujuk apa tidak, dan lain sebagainya.
- Berdasarkan hasil tilikan pawang, kemudian orang yang hendak mendirikan rumah mengadakan upacara semahan atau disebut juga upacara menetau, mematikan tanah. Dalam upacara menetau ini, hewan yang dipotong biasanya ayam, kambing, atau kerbau.
b. Tahap Pembangunan
Pembangunan rumah Belah Bubung secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga tahap pembangunan, yaitu pembangunan bagian bawah, tengah, dan atas.
1) Bagian Bawah
- kayu-kayu yang sudah direndam di dalam air selama 1 sampai 3 bulan dikeringkan. Kemudian dipisah-pisahkan sesuai dengan peruntukannya. Misalnya untuk tiang, rasuk, dan sebagainya.
- Setelah semua kayu-kayu terkelompokkan sesuai dengan peruntukannya, kepala tukang memerintahkan kepada anak buahnya untuk mulai pembuatan bagian-bagian untuk rumah, misalnya untuk tiang dan sebagainya. Adakalanya kayu-kayu itu harus dibelah terlebih dahulu karena ukurannya besar, ditarah dengan kapak, ditarah dengan patil, dan kemudian diketam agar permukaan kayu menjadi halus. Bahan-bahan yang sudah diolah tersebut kemudian disimpan di tempat kering atau tempat yang tidak terkena hujan.
- Dilanjutkan dengan pemancangan tiang. Namun sebelumnya, orang yang hendak mendirikan rumah terlebih dahulu melaksanakan upacara Menegakkan Rumah. Pelaksanaan upacara ini biasanya diadakan pada Jumat pagi hari. Tujuan upacara ini adalah untuk memohon kepada Tuhan keselamatan orang yang hendak membangun rumah dan juga para tukangnya.
3) Bagian Atas
(proses pembuatan bagian tengah rumah Belah Bubung dalam proses pengumpulan data)
5. Bagian-Bagian Rumah Belah Bubung
1) Selasar.
2) Rumah Induk.
- Ruangan muka. Ruangan ini menjadi tempat kaum ibu, serta tempat tidur keluarga perempuan dan anak-anak yang belum berumur 7 tahun.
- Ruangan tengah. Ruangan ini menjadi tempat tidur anak laki-laki yang sudah berumur 7 tahun.
- Ruang dalam. Tempat ini merupakan tempat tidur orang tua perempuan dan anak perempuan yang sudah dewasa.
6. Ragam Hias
Secara umum ada tiga macam hiasan yang digunakan, yaitu: flora, fauna dan alam.
1) Flora
Hiasan yang menstilisasi tumbuh-tumbunan banyak digunakan. Secara umum, penggunaan stilisasi tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok induk, yaitu: kelompok kaluk pakis, kelompok bunga-bungaan, dan kelompok pucuk rebung.
- Kelompok kaluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu motif daun-daunan dan motif akar-akaran. Hiasan berbentuk daun meliputi motif daun susun, daun tunggal dan daun bersanggit. Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi motif akar pakis, akar rotan, dan akar tunjang.
- Kelompok bunga-bungaan meliputi stilisasi bunga Kundur, bunga Melati, bunga Manggis, bunga cengkeh, bunga Melur, bunga Cina, dan bunga Hutan.
- Kelompok Pucuk Rebung meliputi motif Pucuk Rebung dan Sulo Lalang.
- Warna Hijau digunakan untuk mewarnai motif daun.
- Warna Putih, Kuning, Merah, atau cat emas digunakan untuk mewarnai motif bunga.
- Warna Hijau dan Biru digunakan untuk mewarnai motif tangkai.
Ukiran yang menggunakan bentuk hewan dalam rumah Belah Bubung sangat sedikit jumlahnya. Adapun hewan yang dipilih adalah hewan yang dianggap baik oleh masyarakat, misalnya semut beriring, itik sekawan, dan lebah bergantung. Namun demikian penggambaran detail dari hewan-hewan tersebut tidak jelas. Dinamakan motif semut beriring karena bentuknya dianggap seperti semut beriring; dinamakan itik sekawan karena bentuknya mirip itik berjalan bergerombol; dan dinamakan lebah bergantung karena bentuknya seperti lebah bergantung. Penggunaan warna ditentukan oleh selera orang yang punya rumah.
3) Alam
Motif alam yang sering digunakan adalah motif Bintang-Bintang dan Awan Larat. Warna yang digunakan untuk mewarnai ukiran Bintang-Bintang pada umumnya adalah warna Putih, Kuning dan Keemasan. Sedangkan warna yang digunakan untuk mewarnai Awan Larat adalah warna hijau, biru, merah, kuning, dan putih.
4) Kaligrafi atau Kalimah.
Motif kaligrafi atau kalimah merupakan ukiran yang berasal dari ayat-ayat al-Quran. Penggunaan ayat-ayat al-Quran merupakan bentuk ukiran yang merefleksikan kepercayaan atau agama masyarakat Kepulauan Riau, yaitu Islam. Warna yang digunakan untuk mewarnai ukiran kaligrap atau kalimah adalah warna Putih, Biru, Hijau, Kuning, Keemasan atau Perak.
5) Motif lain.
Hiasan lain yang biasanya digunakan diantaranya adalah: Selembayung yang diletakkan di puncak atap, Sayap Layang-Layang yang diletakkan pada ujung kaki cucuran, Pinang-Pinang atau Gasing-Gasing, Papan Tebuk; dan Balam Dua Selengek atau ukiran berbentuk burung Balam. Warna yang biasanya digunakan adalah: warna Putih sebagai tanda kesucian; warna Merah sebagai tanda persaudaraan dan keberanian; warna Kuning sebagai lambang kekuasaan; warna Biru sebagai tanda kekuasaan di laut; warna Hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran; warna Hitam melambangkan keperkasaan; dan warna Keemasan sebagai lambang kejayaan dan kekuasaan.
7. Nilai-Nilai
Pemilihan tempat yang dilakukan secara cermat dan teliti dengan meminta bantuan pawang, pemilihan dan pengolahan bahan-bahan bangunan, penyerahan pembangunan rumah kepada ahlinya merupakan usaha mendirikan rumah sehingga benar-benar dapat menjadi tempat berlindung secara jasmani dan memberikan ketentraman secara rohani kepada penghuninya.
Tata ruang rumah dengan beragam jenis fungsinya merupakan simbol agar semua orang taat pada aturan. Adanya bagian ruang yang berfungsi sebagai ruang-ruang privat, seperti ruang-ruang pada rumah Induk, dan ruang publik, seperti selasar dan penanggah, merupakan usaha untuk menanamkan dan menjaga nilai kesopanan, etika bermasyarakat.
Penggunaan ragam hias berkaitan dengan beragam warnanya tidak saja mengandung nilai estetika (keindahan) tetapi juga nilai etis, moral, sosial dan religius. Ukiran Daun Bersusun melambangkan kasih sayang, ukiran Daun Bersanggit melambangkan kehidupan bermasyarakat, ukiran Akar Pakis melambangkan keyakinan bahwa semuanya akan kembali pada yang Satu, ukiran Akar Rotan melambangkan kehidupan yang harus terus berkembang, dan ukiran Akar Tunjang melambangkan tempat berpijak. Ukiran berbentuk fauna melambangkan hidup bergotong royong, ketertiban umum dan sebagainya. penggunaan ukiran dari ayat-ayat al-Quran tidak saja untuk hiasan tetapi juga sebagai azimat, yaitu agar terhindar dari gangguan mahkluk halus dan sebagainya.
Pelaksanaan upacara baik ketika hendak mendirikan rumah, sedang mendirikan dan setelah mendirikan rumah bukan untuk memamerkan kekayaan tetapi merupakan ungkapan saling menghormati sesama makhluk Tuhan, dan juga sebagai bentuk ungkapan syukur atas rizqi yang telah diberikan oleh Tuhan.
Dengan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam rumah Belah Bubung, maka kita akan mampu memahami dan menghargai beragam khazanah yang terkandung didalamnya. Bisa saja, karena perubahan zaman, arsitektur rumah Belah Bubung berubah, tetapi dengan memahami dan memberikan pemaknaan baru terhadap simbol-simbol yang digunakan, maka nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh para pendahulu dapat terjaga dan tetap sesuai dengan zamannya. (AS/bdy/15/11-07).
Referensi:
- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983/1984, Arsitektur Tradisional Daerah Riau, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- Djonie Soegeng, 2003, Arsitektur Melayu Modern: Penggalian Jiwa dan Transformasi Budaya, Pekan Baru, Unri Press.
- Mahyudin Al Mudra, 2004, Rumah Melayu; Memangku Adat Menjemput Zaman, Yogyakarta, Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Penerbit AdiCita.
- Tenas Effendy, dkk. 2004. Corak Ragi; Tenun Melayu Riau. Yogyakarta, Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Penerbit AdiCita.
- Arsitektur Tradisional Riau {2}, dalam http://www.properti.net/berita/?q=3491, diakses tanggal 7 November 2007.
- Profil Anjungan Riau, dalam http://www.tamanmini.com/anjungan/riau/profil, diakses tanggal 7 November 2007
- http://www.astudio.id.or.id/artkhus52minangkabau_malaka.htm, diakses tanggal 7 November 2007
- http://melayuonline.com
Anda baru saja membaca artikel dengan judul Rumah Belah Bubung - Rumah Adat Provinsi Kepulauan Riau, Semoga bermanfaat. Terima Kasih.
COMMENTS